Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Sayangi Ibumu Selagi Ada Waktu

26 Maret 2024   13:06 Diperbarui: 28 Maret 2024   23:01 955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
putri dan ibunya yang bahagia sumber gambar berita99.co

Suatu ketika Nabi di tanya, "siapa orang yang pertama harus aku sayangi dan hormati?". Nabi menjawab tiga kali "Ibumu!" dan barulah di jawaban keempat, "Ayahmu!".

Sebenarnya aku ingin menceritakan tentang  "Lagu Religi" yang dinyanyikan oleh Melly Goeslaw yang berkolaborasi dengan Anto Hoed tentang Ramadan yang indah, datang, dan lalu dilupakan dengan kehidupan kita sediakala. Tapi tiba-tiba aku justru teringat lagu "Bunda", gara-gara sebuah reel yang menyentuh hati melintas di laman media sosialku.

Setiap kali Melly Goeslaw menyanyikan lagu "Bunda" salah satu karya dari Potret, band miliknya, yang resmi dirilis pada tahun 1997, aku selalu merasa terhanyut.

Kubuka album biru

Penuh debu dan usang

Kupandangi semua gambar diri

Kecil bersih belum ternoda

Pikirku pun melayang

Dahulu penuh kasih

Teringat semua cerita orang

Tentang riwayatku

Kata mereka diriku selalu dimanja

Kata mereka diriku selalu ditimang

Nada-nada yang indah

Selalu terurai darinya

Tangisan nakal dari bibirku

Takkan jadi deritanya

Tangan halus dan suci

Telah mengangkat tubuh ini

Jiwa raga dan seluruh hidup

Rela dia berikan

Kata mereka diriku selalu dimanja

Kata mereka diriku selalu ditimang

Oh, bunda ada dan tiada

Dirimu 'kan selalu ada di dalam hatiku

Pikirku pun melayang

Dahulu penuh kasih

Teringat semua cerita orang

Tentang riwayatku

Kata mereka diriku selalu dimanja

Kata mereka diriku selalu ditimang

Oh, bunda ada dan tiada

Dirimu 'kan selalu ada di dalam hatiku

Ilustrasi ibu, putri dan cucunya yang riang gembira sumber kesbang.jogjakota.go.id
Ilustrasi ibu, putri dan cucunya yang riang gembira sumber kesbang.jogjakota.go.id

Bocah, Permen Karet dan Buket Bunga

Bocah laki-laki itu sedang berada di pinggiran jalan, ketika seorang laki-laki menawarinya dua buah barang pilihan, sebuah boneka mainan figur Batman dan sebuah buket bunga beserta sejumlah uang yang disembunyikan di baliknya.

Ia sempat berteriak kegirangan saat dilihatnya boneka figur Batman, tapi tiba-tiba tangannya justru meraih buket bunga. "Mengapa buket bunga yang kamu pilih?", tanya si laki-laki itu keheranan.

"Ibuku hari ini berulang tahun, jadi aku akan memberikannya hadiah", katanya tersipu. "Aku menjual permen karet hari ini, untuk bisa mendapatkan uang, dan akan aku belikan bunga untuknya", akunya sambil menunjukkan sekotak permen karet.

Ilustrasi bocah laki-laki dan bunga untuk ibu sumber gambar westen61
Ilustrasi bocah laki-laki dan bunga untuk ibu sumber gambar westen61

"Kamu bersama Ibumu?", tanya si laki-laki itu. "Ya, akan aku tunjukkan dimana ibuku, ia tak jauh dari tempatku menjual permen dan kios tempat ayahku bekerja."lanjutnya.

Mereka berdua menyusuri trotoar, lumayan jauh jaraknya tapi masih dalam blok bangunan yang tak berjauhan.

"Itu disana ibuku", kata si bocah laki-laki menunjuk sebuah titik. Padahal tak terlihat siapapun ada disana, hingga akhirnya si bocah laki-laki duduk di sebuah bangku semen. "Ibuku disini tinggalnya, ia sakit kanker, dan belum lama pergi meninggalkan aku dan ayahku. aku sangat menyayanginya, dan ia berulang tahun hari ini." 

Laki-laki itu yang tak lain adalah John Milyader, merasa tak kuasa menahan haru. Begitupun aku yang menonton video reel-nya.

Tiba-tiba kejadian itu mengingatkanku dengan ibuku. Setiap hari ibu masih ada disampingku, meski sesekali masih bisa mengobrol, bercanda menggodanya dan bermanja bercerita tentang pekerjaan, tapi aku masih merasa kurang memperhatikannya.

Jika adik menelepon dari jauh menanya kabar, aku seperti tersadar bahwa ibu baik-baik saja. Mungkin karena aku setiap hari berada didekatnya, karena ibu memilih tinggal bersamaku.

Menurut yang pernah aku dengar, sebuah rumah akan selalu dipenuhi berkah jika ada ibu kita didalamnya dan kita merawat serta menyayanginya dengan sepenuh hati. Aku bersyukur karenanya.

Aku merawat dan menyayanginya dengan sepenuh hati, tapi rasanya perhatianku tetap masih selalu kurang.


***

"Bu! Gimana hari ini" tanyanya manja berbasa-basi sepulang sekolah. Ia tersenyum dan akhirnya tertawa," biasa, kenapa tanya-tanya", ujarnya mungkin keheranan atau aku dianggap tumben karena tak seperti biasanya.

Tapi sebenarnya itulah yang sering aku lakukan ketika aku sadari aku kurang memperhatikannya, membiarkannya dengan kesibukannya sendiri di rumah sejak pensiun dan ayah pergi meninggalkannya bertahun-tahun lalu.

"Ibu masak apa hari ini?", tanyaku lagi mengulang basa-basa. "Ada dimeja semuanya, muge ungkot hari ini tak lewat, jadi masak apa yang ada---balado telor".

"Makan ah!," aku bergegas turun dari tempa tidur ibuku, diikuti pandangan mata ibuku sambil tersenyum. Aku suka suasana dan saat-saat seperti itu, seperti kembali ke masa lalu.

Ibu dan gadis kecilnya sumber gambar wolipop.detik.com
Ibu dan gadis kecilnya sumber gambar wolipop.detik.com

Mengingatkan saat kecil merengek minta dibuatkan "cang jo" sebutanku untuk bubur kacang hijau kesukaanku, dan biasanya ibuku cuma tersenyum. "Dah main sana" seolah mengusir, tapi tak lama ia keluar kamar bergegas ke dapur. Menakar segelas kacang hijau, merebusnya.

Dan harum dapur berubah menjadi aroma kacang hijau bercampur wangi pandan yang dimasak dengan santan kental.

Karena video John itu, aku seperti terngiang-ngiang kata-kata bocah laki-laki ketika mengatakan, "aku akan membelikannya buket bunga karena ibuku hari ini berulang tahun."

Mungkin ia tak seberuntung aku, karena di usiaku kini aku masih bisa mendengar suara ibu, mendengar suara langkah menyusuri dapur, dentang panci dan piring yang dipakainya saat masak. Ibuku masih bersamaku, hingga detik ini. Tapi menurutku bocak laki-laki terasa lebih menyayangi ibunya daripada aku.

Aku tak pernah membelikannya hadiah, buket bunga. Kecuali hanya selalu ingat kapan ibuku berulang tahun.

Saat ibuku ulang tahun, pagi sekali ketika ia sedang berbenah di dapur, aku memeluknya. "selamat ulang tahun Bu, semoga Allah selalu menyayangimu selalu", begitu ucapku. Biasanya ibu akan mengelak dengan alasan bau baru bangun tidur.

Tapi aku tak peduli, karena itu bau ibuku. Orang yang telah melahirkanku, merawatku dengan segala macam bau bayi yang kupunya saat itu. Ibu akan membalas pelukanku setelahnya. "Terima kasih, kok ingat ibu ulang tahun?",tanyanya menyelidik seolah seperti berharap tak ada yang ingat, tapi saya tahu ia begitu bahagia.

Begitulah ibu dengan hati dan kehidupannya, dengan caranya ia menyayangi kita.

Saat ada bersama kita kehadirannya terasa biasa, tapi mengingat kisah bocah laki-laki itu, aku merasa kini harusnya aku semakin bisa menyayanginya, semakin bisa punya waktu dengannya.

Apalagi ketika pagi aku hendak sekolah dan mencium tangannya, tatapan matanya yang riang membuatku begitu bahagia. Tentu ia juga merasakan yang sama, ketika dilihatnya gadis kecil yang dulu ditimangnya kini menjadi seorang guru seperti mimpinya.

"Dah, nanti terlambat absen," katanya ketika melihatku masih berdiri termangu menatapnya. "Pergi ya Bu". Aku berharap aku tak akan mendengar kata itu lebih cepat diucapkan ibuku.

Aku masih ingin selalu menyayanginya, bersama-sama mengisi hari dan masih bisa mendengar suara nafasnya saat bicara berdua diteras belakang rumah kala sore, ketika kami merasa begitu dekatnya.

Ilustrasi ibu dan putra-putrinya sumber gambar rukita.co
Ilustrasi ibu dan putra-putrinya sumber gambar rukita.co

Aku ingin Ibu tau gadis kecilnya kini telah memberinya cucu yang lucu yang bergantian menggodanya, dan membuat hari-harinya berwarna-warni, dan aku sudah menunaikan cita-citanya menjadi guru.

Selalulah sehat ya Bu, biar aku tetap bisa melihat, menyayangi dan memelukmu. Salam sayangku selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun