Produk Thrift dari sisi kesehatan?
Apakah produk thrift aman secara kesehatan, bagaimana treatmentnya. Lebih jelasnya, jika berbelanja baju thrift karena pada dasarnya adalah produk seken, maka butuh perawatan terlebih dulu sebelum digunakan.
Minimal mencucinya terlebih dulu sebelum dipakai agar bersih dan nyaman dikenakan. Sebagian ada yang menyarankan agar direndam air tidak terlalu panas terlebih dulu sekitar 15---30 menit dinilai cukup efektif menghilangkan bakteri maupun kuman yang ada di pakaian tersebut.
Dari sisi kesehatan, thrifting bisa berdampak khususnya pada kesehatan pengguna produknya. Pengguna produk thrifting berpotensi mengalami gangguan kesehatan.Â
Riset memang menunjukkan terdapat beberapa spesies mikroorganisme yang bisa bertahan hidup di pakaian, yaitu bakteri Escherichia coli (E. coli), bakteri Staphylococcus aureus (S. aureus), jamur (kapang atau khamir), serta berbagai jenis virus.Â
Mikroorganisme---bakteri dan jamur---yang bertahan hidup di pakaian bekas tersebut bisa menyebabkan berbagai penyakit kulit pada penggunanya. Maka konsumen barang thrift harus berhati-hati dalam treatmen atau perawatan paska belanja.Â
Bagaimana dari sisi Lingkungan?
Dan yang lebih menarik adalah bahwa produk thrift shop ternyata dianggap ramah lingkungan.
Fashion waste atau limbah fesyen memang tak bisa dihindari apalagai pakain kebutuhan primer. Saat sebuah trend muncul pakaian diproduksi massal. Dan saat masa trend kadaluarsa, maka produk yang berlebih masih tersimpan di pasaran dan harus "dibuang". Fenomena fast fashion menghasilkan limbah baru.
Produk ini disatu negara mungkin telah tidak lagi up to date, tapi di negara lain, justru menjadi trend baru. Perbedaan ini secara ekonomi bisa menguntungkan salah satu pihak, dan merugikan pihak lain seperti kasus produk thrift  dampaknya pada UMKM kita.
Tapi dari sisi lingkungan ini justru menjadi sebuah solusi positif mengatasi limbah fesyen atau fashion waste. Termasuk upaya kita mendorong ekonomi sirkuler sebagai solusi atasi masalah lingkungan.
Tapi bagaimana dengan alasan Indonesia Fashion Chamber (IFC), atau organisasi yang menaungi desainer Indonesia, menolak penjualan baju bekas impor atau thrifting. Alasannya thrifting akan berdampak buruk terhadap lingkungan dan produk mode lokal.
Akibat membanjirnya impor pakaian bekas dapat menurunkan angka penjualan pakaian produksi lokal karena kalah bersaing dan mMenurut CNBC Indonesia ternyata menjadi tujuan tempat 'membuang' pakaian bekas dari negara lain.
Padahal kata Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja,tidak semua pakaian bekas yang diimpor dapat layak pakai. Jumlah pakaian yang tidak bisa digunakan bisa mencapai 60-70%.
Nah, jadi untuk lebaranmu kali ini, disaat ekonomi sulit,apa keputusanmu, apakah kamu termasuk kategori yang peduli dengan lingkungan dan fashion waste, apakah produk thrift dan preloved bisa menjadi alternatif untuk menyemarakkan lebaranmu kali ini?.