Buku karya penulis hebat seperti Pak Kus itu menjadi salah satu motivasi, agar kita memperlakukan tulisan kita tak sekedarnya. Karena kumpulan karya kita di kompasiana adalah "asset" besar kita.
Mungkinkah Editing dan Peluang Label Baru?
Sebenarnya apa sih enaknya punya tulisan berlabel?, jawabannya memang sangat subjektif, tergantung apa keperluannya. Karena toh bisa memiliki ruang menulis, bisa dinilai dan langsung bisa tahu "kualitas" secara tidak langsung, di kompasiana sudah sangat menggembirakan.
Tapi seandainya ada (mekanisme revisi), bisa menjadi "alat" memotivasi para penulis untuk selalu berusaha memperbaiki tulisannya yang telah pernah terbit agar menjadi lebih baik lagi. Dan "sim salabim "  dapat "label revisi" ;), dari artikel biasa jadi Bukan Artikel Biasa  alias BAB.
Dan label bisa menunjukkan bagaimana kualitas pembelajaran yang sudah kita lakukan (apapun jenis tulisan kita), menjadi makin baik, runut, sistematis atau bahkan kritis atau sebaliknya. Kecuali jika sudah berurusan dengan konten yang sensitif soal--pemikiran, politik, yang memang sulit dikompromikan harus berlabel pilihan atau utama.
Bagaimanapun ruang menulis kompasiana memang lebih menjadi ruang belajar. Dan segala sesuatu penilaiannya kita serahkan pada para pakar yang ada di kompasiana. Dan apapun hasilnya menjadi evaluasi bagi kita sendiri.Â
Saya yang masih belajar juga selalu menyadari bahwa, tulisan pun sering tak sistematis, tak runut atau typo. Masih harus terus belajar dari kompasianer lain yang luar biasa.
Trims ya sudah membacanya. Salam literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H