Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Tawuran dan Remaja Nakal, Salah Siapa?

28 Januari 2024   00:19 Diperbarui: 2 Februari 2024   20:32 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi sulit masyarakat antri Migor sumber gambar CNN INdonesia

Ekonomi sulit masyarakat antri Migor sumber gambar CNN INdonesia
Ekonomi sulit masyarakat antri Migor sumber gambar CNN INdonesia

Kedua; Kondisi Ekonomi Sulit-Ekolit

Kondisi ekonomi sulit banyak membuat frustasi banyak remaja, kesenjangan yang jomplang, ditambah lagi dengan bentuk pertemanannya yang semakin bebas. Kemunculan fenomena ini merupakan bagian dari mata rantai masalah yang menciptakan kegagalan sosial membentuk lingkungan menjadi kondusif dan aman. 

Bukan pemandangan yang aneh jika kita masuk ke kampung-kampung di pinggiran kota, kebiasaan para remaja yang putus sekolah atau fresh graduate yang tidak melanjutkan pendidikan, tanpa pekerjaan duduk seharian di kedai atau warung kopi hanya sekedar menghabiskan waktu.

Ketiadaan lapangan kerja atau ketidakmampuan mengikuti perkembangan karena faktor skill atau keahlian yang dimiliki tidak memiliki daya saing, membuat mereka "gagal" mengikuti perubahan.

Ilustrasia anak atau remaja bermain gadget sumber gambar kesehatan KONTAN
Ilustrasia anak atau remaja bermain gadget sumber gambar kesehatan KONTAN

Ketiga; Sihir Digitalisasi

Perkembangan digital mau tak mau menjadi titik stimulasi timbulnya masalah. Daya tariknya yang kuat membuat kecenderungan remaja untuk bermain bersama kelompoknya (termasuk secara online) menjadi sebuah bentuk atau cara para remaja mengekalkan eksistensi mereka.

Melalui perantaraan sistem komunikasi digital para remaja terhubung tidak saja secara online tapi juga offline kondisi inilah yang dianggap oleh banyak pihak termasuk para orang tua sebagai kekuatiran terbesar. Kondisi usia yang masih labil, ditambah masalah ekonomi dan model pergaulan serta kontrol sosial yang kurang.

Beberapa kasus kekerasan dipicu oleh perselisihan karena gameonline, atau kecanduan gameonline yang memicu kejahatan.

Ilustrasi remaja berkelompok sumber gambar GenPI.co
Ilustrasi remaja berkelompok sumber gambar GenPI.co

Keempat; Sistem Sosial yang Gagal

Kegagalan sistem sosial yang permisif maupun yang cuek turut menyumbang pada meningkatnya kenakalan remaja dan kejahatan kelompok. Kondisi ekonomi yang sulit, ketidaksetaraan, dan kurangnya kontrol sosial menciptakan lingkungan yang memudahkan remaja untuk mencari eksistensi di luar rumah. 

Pengawasan orang tua yang menurun karena fokus pada kondisi ekonomi yang sulit dan kurangnya waktu untuk pengasuhan, memberikan celah bagi remaja yang masih labil untuk mengeksplorasi identitas mereka sendiri di luar rumah.

Remaja menjadi kelompok yang mudah sekali dibentuk oleh sistem sosial yang gagal. Tindak kekerasan yang makin marak terjadi dipicu oleh banyak ketimpangan yang terakumulasi pada ketidakpuasan sosial, kondisi ekonomi sulit, dan gangguan budaya akibat maraknya penggunaan gadget sebagai stimulannya.

Begitu juga dengan problem ketimpangan ekonomi, yang semakin tajam intensitasnya semenjak pandemi, transisi ekonomi dan dinamika ekonomi yang di tandai dengan inflasi yang tinggi, kenaikan harga kebutuhan pokok, kenaikan migas

Dampaknya termasuk bertambahnya kemiskinan, berkurangnya lapangan kerja dan menurunya daya beli (purchasing power), pendapatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun