"Namanya juga manusia, pastilah ada saat kita merasa jenuh dengan pekerjaan. Apalagi jika ada masalah di luar sekolah yang membuat kita tertekan dan berpengaruh pada pekerjaan kita" ,"Saya sering merasa butuh waktu tambahan cuma waktu habis libur aja, setelahnya ter-cas sendiri baterai motivasinya, apalagi teringat serunya mengurus anak-anak disekolah".
Ketika guru didera turunnya motivasi, sebenarnya itu sangat manusiawi, apalagi sekarang ini profesi guru tak melulu hanya dikejar oleh orang bercita-cita jadi guru. Kini banyak mahasiswa memilih jurusan pendidikan guru karena faktor kesejahteraan yang membaik dibalik profesi guru.Â
Begitu juga dahulu, banyak orang memilih profesi guru karena waktunya lebih fleksibel dan tak menyita waktu seharian sehingga tetap bisa mengurus keluarga, terutama para perempuan
Tapi semuanya kini berubah, bahkan sejak masuk ke dalam Program Kurikulum Merdeka, banyak pekerjaan lain yang tidak hanya berhubungan dengan aktifitas belajar mengajar sebagai agenda tambahan kerja para guru.
Dan pada akhirnya, seperti jenis pekerjaan lain yang menyita waktu, profesi guru juga membutuhkan waktu kerja yang lebih banyak bahkan termasuk waktu istirahat bersama keluarga di rumah. Tuntutan kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), mengurus PMM dan lainnya yang harus dituntaskan sesuai target waktu tertentu.
Membangun Motivasi Dengan Banyak Cara
Jadi, setiap guru merasakan pengalaman yang berbeda sesuai dengan kekuatan motivasi yang dimilikinya. bisa bersemangat, biasa-biasa saja atau justru merasa terbebani, jenuh dan mungkin jadi malas.
Seringkali kita mengalami situasi saat tiba-tiba kehilangan mood mengajar, sehingga kita merasa "malas", seperti kasus post holiday blues, padahal jika kita kaitkan dengan tingkat beban kerja, setiap guru kurang lebih sama, apalagi ketika kita berhadapan dengan transisi penggunaan Kurikulum Merdeka yang banyak tantangannya.Â
Banyak cara membangkitkan kembali motivasi diri kita sendiri sebagai guru. Dengan pengalaman masing-masing guru selama ini, sebenarnya kita telah memiliki ritme atau pola tersendiri, karena meskipun pekerjaan kita jenis yang monoton, namun bentuk interaksinya sangat dinamis dengan para siswa di sekolah.
Bandingkan dengan Pengalaman Sendiri
Ini adalah cara menguatkan motivasi yang paling realistis. Ketika kita membandingkan pengalaman kita sendiri dengan kesulitan yang mungkin dihadapi oleh guru lain.Â
Kita semua pasti menyadari bahwa setiap orang memiliki perjuangan masing-masing, dan hal inilah yang bisa menjadi sumber motivasi bagi kita, karena ketika kita menyadari dan menghargai perjuangan para sahabat guru lainnya, akan membantu kita membangun motivasi diri untuk terus berkontribusi bagi pencerdasan generasi kita.
Ketika kita memikirkan siswa saja dengan berbagai masalah yang mereka hadapi untuk bisa bersekolah, berangkat sekolah, cara belajarnya, bagaimana mereka berjuang melawan perubahan disekitar mereka, perkembangan mereka sendiri, tantangan disekolah (stigma daan lain-lain), tantangan di rumah. Rasa empati yang muncul bisa menjadi motivasi agar kita juga berjuang keras demi semua anak didik kita.
Bagaimana bisa membawa perubahan yang lebih baik bagi mereka, mungkin sebuah masa depan impian mereka. Dan kita para guru membantu mengantarnya dengan segala daya yang kita bisa.
Begitu juga ketika kita mendengar dan melihat kisah para guru lainnya, perjuangannya. Ketika kita terlibat secara empati dengan pengalaman sulit yang dihadapi oleh guru-guru lain.Â
Kita bisa merasakan perjuangan mereka dan bisa merasakan betapa pentingnya peran kita sebagai guru. Bayangkan jika di posisi mereka, melintasi sungai setiap hari, apalagi saat hujan dan banjir.