Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Niat Hati Hendak Merebut Pemilih, Apa Daya Tersandung APK Tak Estetis

20 Januari 2024   12:53 Diperbarui: 22 Januari 2024   08:25 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
APK semrawut di Jalan Panjang, Jakarta Barat, Selasa (16/1/2024).(KOMPAS.com/RIZKY SYAHRIAL)

Ada sebuah laporan media yang menarik. Zainal, warga kampung Gayam, RT 7 RW 5, Kelurahan Kutabanjar, Banjarnegara yang rumahnya tepat di pinggir jalan provinsi, Jalan Sunan Gripit, ternyata temboknya digambari orang tak bertanggung jawab dengan gambar salah satu kontestan Pilpres mendatang. (Sumber)

Kita pasti cara-cara vandalisme politik yang tidak simpatik itu justru akan menjadi bumerang, bahkan akan cenderung menimbulkan antipati.

Karena memang dalam perhelatan demokrasi, kampanye politik menjadi suatu panggung besar bagi calon legislatif untuk memperkenalkan diri dan menyuarakan visi-misi mereka. 

Namun, sayangnya, saat berkampanye dengan APK, justru sering menggunakan cara-cara merusak, terutama yang tidak ramah lingkungan.

Tapi karena persaingan politik waktunya singkat dan makin memanas sering memicu tindakan-tindakan yang tak patut dilakukan, seperti vandalisme APK. 

Poster-poster besar ditempel di tempat-tempat umum menjadi bentuk perilaku vandalisme. Tentu saja para caleg berpikir sederhana saja saat memasang APK-nya, biar mudah dikenal. Tapi lupa atau abai jika ia telah melakukan tindakan vandalisme lingkungan .

Barangkali karena isu tentang lingkungan memang belum populer tau tidak penting bagi para caleg. Mereka lebih memilih masalah ekonomi dan sosial sebagai daya penariknya.

Padahal sebagai caleg wakil rakyat seharusnya menjadi teladan dalam menjalankan segala aspek kehidupan, termasuk dalam kampanye politik. Tapi ironisnya, sebagian caleg justru menjadi pelaku vandalisme dengan menempelkan poster kampanye mereka tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan. 

Sebagai publik kita patut bertanya, sejauh mana seorang caleg dapat menjalankan tugasnya dengan bertanggung jawab, jika untuk soal lingkungan saja mereka mulai abai demi kepentingan pribadinya.

Mengapa vandalisme kampanye terjadi, sebenarnya ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya vandalisme kampanye.

Pertama, adanya tekanan untuk mencapai popularitas dan keterpilihan. Caleg sering kali merasa perlu untuk tampil mencolok agar terlihat oleh pemilih potensial. 

Kedua, kurangnya pemahaman akan dampak lingkungan dari tindakan mereka. Banyak caleg mungkin tidak menyadari bahwa poster-poster kampanye mereka dapat merusak ekosistem lingkungan tempat mereka menempel.

Ketiga; Isu lingkungan belum menjadi isu yang populer dan penting jika dikaitkan dengan pemilu dan saya tarik orang untuk memilih caleg jika mendorong isu lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun