Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Siswa Diserang Stigma, Guru dan Orang Tua Wajib Kuatkan Kolaborasi!

13 Januari 2024   16:53 Diperbarui: 19 Januari 2024   21:55 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru dan siswa belajar bersama sumber gambar istock by xaverarnad

Temuan kasus dimana siswa yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi rendah sering kali diabaikan dan dianggap kurang mampu oleh teman-temannya. Mereka mungkin juga mendapat perlakuan tidak adil dari sekolah, termasuk juga para guru atau staf sekolah.

Kasus lainnya yang bisa kita temukan di sekolah, stigma terkait orientasi Seksual. Ini juga bukan kasus yang ekslusif, bahwa dalam sekian persen siswa terdapat siswa dengan orientasi seksual yang tidak biasa. Seperti kecenderungan siswa laki-laki yang lebih memilih bermain dengan siswi perempuan.

Stigma itu munculnya dalam bentuk bullying verbal. Siswa yang memiliki orientasi seksual yang berbeda sering mengalami pelecehan verbal dan merasa tidak aman di lingkungan sekolah. Stigma ini bisa mengakibatkan isolasi sosial dan depresi.

Temuan kasus lain dalam persentase yang kecil berkaitan dengan stigma terhadap kondisi kesehatan mental. Pengalaman langsung yang pernah saya alami selama mengajar, menemukan siswa yang "lambat" dalam berinteraksi dengan teman. Namun memiliki kelebihan lain yang jauh melebihi siswa lainnya seperti daya ingat yang kuat.

Siswa yang mengalami masalah kesehatan mental seringkali diabaikan atau dianggap sebagai beban oleh teman-temannya. Stigma ini bisa makin memperburuk kesehatan mentalnya.

Ilustrasi guru dan siswa dengan pendekatan yang baik atasi stigma sumber gambar istock by andresr
Ilustrasi guru dan siswa dengan pendekatan yang baik atasi stigma sumber gambar istock by andresr

Solusi Realistis dan Langkah-Langkah Konkret

Memang tahapan solusinya tak sampai harus sampai mendatangkan ahli terapis khusus, tapi lebih pada memberi edukasi siswa di sekolah agar lebih peduli dan punya kesadaran soal kesehatan mental teman siswa lainnya. 

Sehingga bisa membuat lingkungan yang  ramah bagi siswa dengan masalah kesehatan mental, termasuk program pembimbingan dan dukungan peer-to-peer.

Solusi-solusi ini tidak hanya melibatkan tindakan langsung di tingkat personal siswa, tetapi juga perubahan dalam budaya sekolah secara keseluruhan.

Oleh karena itu, penting bagi sekolah dan para pendidik untuk ikut berperan aktif dalam meminimalisir kasus stigma dan membuat lingkungan belajar yang nyaman bagi semua.

Saya sering melakukan dialog khusus ketika menemukan kasus seperti ini, memberikan ruang berbicara kepadanya, dan berempati dengan pendekatan personal, paling tidak mencoba menjadi pendengar yang baik ketika ia berkeluh kesah.

Sebagai guru, kita juga memiliki peran sentral dalam merubah pola pikir dan merintis lingkungan belajar yang bebas diskriminasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun