Bahan lain seperti serbuk kayu atau merang juga berlimpah, saya dapatkan dengan bantuan siswa yang rumahnya berdekatan dengan pabrik padi.Â
Apakah sulit melakukan komposting?
Kompos dari limbah dapur diolah dengan tanah selama seminggu, kemudian dicampur dengan bahan-bahan lainnya (jika memang tersedia), seperti kotoran ternak, merang. Itulah media tanam yang saya gunakan.
Saya memanfaatkan gelas-gelas bekas jus yang saya dapatkan dari otak sampah pilah disekolah sebagai pengganti polybag.
Jadi hampir semua bahan untuk "kebun ikhlas" saya bisa diperoleh tanpa harus mengelurkan biaya.Â
Untuk bibitnya, saya biasanya dapatkan dari biji buah yang kita beli seperti pepaya. Saya bahkan mengajak siswa yang memiliki kedai di pasar untuk "menyumbang" tomat-tomat yang tidak layak dijual untuk dijadikan bibit. Â
Cara menanam bibitnyapun saya gunakan cara paling simpel. Menaburkan bibit tomat di dalam pot tanaman lain yang cukup besar, sehingga saat menyiram tanaman, bibit "titipan" juga ikut tersiram. Setelah bibit siap tanam barulah dipindahkan ke dalam gelas-gelas plastik bekas jus.
Untuk jenis tanaman tertentu seperti tanaman tumuru atau daun kari, saya memanfaatkan bibit liar yang berasal dari kotoran kalelawar yang biasa memakan biji tumuru dan tumbuh menjadi bibit liar yang banyak sekali jumlahnya.
Untuk tanaman buah kelapa, cukup diletakkan di tanah  saja asal tak terkena sinar matahari berlebihan, bisa langsung bertunas (nyaris tanpa perawatan berarti). Bibit ini saya peroleh karena buahnya memang berkebetulan sangat banyak.
Prosesnya sangat sederhana dan semua orang bisa melakukannya dari rumah
Saat pagi minggu, saya manfaatkan bersama anak-anak untuk berkebun, memasukkan media tanam kedalam gelas bekas jus, mengisinya dengan berbagai bibit yang ada.
Meletakkanya di tempat teduh, dan rutin menyiraminya setiap pagi dan sore. Hanya dalam hitungan hari, tanaman-tanaman itu sudah siap dibagikan.
Ternyata banyak hal yang menjadi multiple effect dari gagasan mengolah kebun ikhlas tersebut
Oiya, mengapa disebut "kebun ikhlas?", pertama karena memang dibagikan gratis dan ternyata sebagian teman, tetangga, atau kenalan baru yang mendapat informasi dari mulut ke mulut itu, ada yang "menyumbang" seikhlasnya jika mereka mengambilnya dalam jumlah banyak (lebih dari 1-5 bibit).Â