Dari sisi lingkungan; harus dapat memaksimalkan efisiensi energi, konservasi sumber daya alam dalam konteks isu lingkungan yang lebih luas.Â
Dari sudut pandang sosial; harus dapat meningkatkan kualitas hidup, Dan dari sisi ekonominya harus mampu  mendorong eksistensi ekonomi.
Dengan melihat banyak aspek sebagaimana kajian para ahli, penerapan livable city di Indonesia harus melihat aspek;
Pertama; Penataan lingkungan, bagaimana meningkatkan kualitas dengan menggunakan faktor demografi dan lingkungan; kepadatan penduduk dan efisiensi penggunan lahan dan insfrastruktur kota.
Kedua ; Konsentrasi kegiatan, harus dapat tepat menyatukan banyaknya ragam kegiatan, seperti pusat kegiatan publik pada suatu kawasan untuk memenuhi semua kebutuhan rekreatif masyarakat.
Ketiga; Intensifikasi dengan mendorong moda trasnportasi publik yang ramah lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi.
Keempat; pertimbangan besaran dan akses kota, dengan menurunkan  atau efisiensi jarak tempuh, akses dan efektifitas area dalam perkotaan yang lebih baik, seperti hadirnya transportasi publik.
Kelima; target kesejahteraan sosial-ekonomi; dengan meningkatkan kualitas hidup lebih baik,
Keenam; proses perbaikan menuju kota kompak; kebutuhan masa depan kota membutuhkan dukungan program yang tepat dan dilakukan secara intensif.
Apalagi ketika pengembang dituntut semakin responsif dengan tuntutan aplikasi kebijakan kota yang menggunakan isu-isu model pembangunan berkelanjutan.Â
Dengan mempertimbangkan enam parameter tersebut, dapat direspon dan dituangkan secara integral dan terpadu  pada cetak biru pembangunan (tata ruang) hunian livable yang lebih baik di masa depan.
Eksklusivitas dan Inklusivitas di Kota Mandiri Mungkinkah?
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya