artikelku ke #100 [akhirnya!]
"Suatu hari saya membeli sebuah mobil balap kecil berwarna kuning cerah, terbuat dari kayu, harganya 99 sen. Keinginan itu muncul hanya karena dorongan hati ingin menyenangkan cucu saya yang berusia 18 bulan. Ia pasti akan menyukainya.
Bersamaan dengan itu, saya mendengar berita bahwa pengujian terhadap 1.200 jenis mainan dari berbagai toko-termasuk toko dimana saya membeli mainan--mengungkapkan bahwa sebagian besar mengandung kadar timbal dalam berbagai tingkatan. Saya tidak tahu apakah warna cerah mobil mainan yang saya beli juga mengandung timbal atau tidak.
Namun yang pasti nanti akan mendarat di mulut cucu saya. Kini setelah beberapa bulan, mainan itu masih tersimpan di meja saya, tak jadi saya berikan."
Kisah pengalaman itu ditulis sendiri oleh Daniel Goleman, dalam pengantar buku Ecological Intelligence (kecerdasan ekologis) saat mengungkap rahasia dibalik produk-produku yang kita beli.
Orang ada yang menyebut timbal dengan timbel. Di pelajaran kimia, kita mengenal timbal (Pb) sebagai salah satu unsur golongan IVA yang merupakan unsur logam berwarna abu-abu kebiruan, mempunyai kerapatan yang tinggi, mempunyai massa atom 207,2 sma, nomor atom 82, dengan titik lebur 600,65°K dan titik didih 2023°K. Larut dalam HNO3 pekat, sedikit larut dalam HCl dan H2SO4 encer pada suhu kamar.
Timbal biasanya dipakai untuk pembuatan baterai, produk-produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa Polyvinyl Chloride (PVC), solder, bahan kimia dan pewarna, seperti cat tembok. Inilah mengapa timbal bisa menjadi bahan "berbahaya"bagi kita terutama anak-anak.
Ada sebuah temuan menarik dari hasil studi ”Rapid Market Screening (RMS)” Pure Earth terhadap lebih dari 5.000 sampel barang konsumsi dan produk makanan di 25 negara berpenghasilan rendah dan menengah menemukan tingkat prevalensi kandungan timbal yang melebihi baku mutu.
Nah, kandungan tinggi tersebut ternyata ditemukan antara lain pada peralatan makan berbahan logam (52 persen), peralatan makan keramik (45 persen), berbagai jenis cat (11 hingga 48 persen), mainan (13 persen ), dan kosmetik (12 persen).
Jadi, meskipun timbal tidak terlihat dengan mata telanjang dan tidak berbau, paparan timbal dapat membahayakan kesehatan anak.
Balita dan Mainan
Anak kecil cenderung memasukkan tangan, mainan, atau benda lain―yang mungkin terbuat dari timah atau terkontaminasi timah atau debu timah―ke dalam mulutnya. Inilah yang menjadi kekuatiran kita yang utama.
Jadi kalau kita memiliki anak kecil di rumah, harus dipastikan anakkita tidak memiliki akses terhadap mainan, perhiasan, atau barang lain yang mungkin mengandung timbal.
Apalagi selama liburan kemarin mungkin banyak anak yang dibelikan mainan oleh orang tuanya, sebagai hadiah saat musim liburan. Ternyata beberapa jenis mainan, terutama mainan impor, mainan antik, dan perhiasan mainan dikuatirkan mengandung timbal.
Timbal umumnya bisa ditemukan pada cat, logam, dan bagian plastik pada beberapa mainan dan perhiasan mainan, dan barang koleksi antik.
Sebagai bentuk keseriusan mengatasi masalah timbal, pada tahun 2008, Undang-Undang Peningkatan Keamanan Produk Konsumen (CPSIA) [PDF – 118 KB] di Amerika Serikat ditandatangani menjadi undang-undang. Isinya mewajibkan mainan atau produk bayi ahrus diuji sesuai standar wajib sebelum dijual.
Sayangnya, penggunaan timbal dalam plastik memang belum dilarang. Timbal digunakan untuk membantu melembutkan plastik, membuat mainan lebih fleksibel untuk kembali ke bentuk aslinya. Timbal juga dapat digunakan dalam mainan plastik untuk menstabilkan molekul dari panas.
Debu timbal bisa terbentuk pada mainan saat beberapa plastik terkena sinar matahari, udara, dan deterjen yang membuat ikatan kimia antara timbal dan plastik.
Timbal juga bisa digabungkan dengan logam lain, seperti timah, untuk menghasilkan paduan yang digunakan untuk membuat mainan.
Bagaimana Kita Tahu Mainan Ber-timbal?
Sebenarnya tidak mudah mendeteksinya, hanya laboratorium bersertifikat yang bisa secara akurat menentukan berapa banyak timbal dalam sebuah mainan.
Meskipun tersedia alat yang bisa dibuat sendiri untuk menunjukkan adanya timbal telah tersedia, alat tersebut ternyata belum bisa menunjukkan berapa banyak timbal yang ada dalam sebuah benda, dan tingkat keakuratannya dalam mendeteksi kadar timbal yang rendah belum dpat dipastikan.
Kebanyakan anak-anak yang terpapar timbal tidak menunjukkan gejala apa pun. Tes timbal dalam darah adalah cara terbaik untuk mengetahui apakah anak kita terpapar timbal, dan harus dilakukan dengan bantuan medis.
Penyedia layanan kesehatan anak bisa membantu kita memutuskan apakah tes timbal dalam darah diperlukan dan bisa merekomendasikan tindakan tindak lanjut yang tepat jika anak kita terpapar. Ketika kadar timbal dalam darah meningkat, efek buruk timbal juga dapat meningkat.
Menggunakan mainan yang mengandung timbal saja tidak akan menyebabkan anak kita memiliki kadar timbal yang tinggi dalam darahnya. Masalahnya adalah karena anak kecil sering kali memasukkan mainan, jari, dan benda lain ke dalam mulutnya sebagai bagian dari perkembangan normalnya.
Mengunyah, menghisap, atau menelan mainan perhiasan yang mengandung timbal akan membuat anak kita terpapar timbal. Sehingga kita harus selektif saat memilih jenis mainan di rumah kita, terutama karena kekuatiran kita, anak-anak kita tidak hanya menyentuhnya, tapi juga menggigit atau sekedar menjilat atau mengulumnya.
Sehingga kita harus selalu memastikan mencuci mainan dan tangan anak setelah bermain secara teratur dapat membantu mengurangi risiko paparan timbal.
Banyaknya mainan pendidikan anak yang beredar di pasaran harus membuat para konsumen jeli. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menemukan mayoritas mainan anak mengandung logam berat yang sangat berbahaya.
Logam berbahaya yang terdapat pada mainan anak yaitu timbal (Pb), merkuri (Hg), cadmium (Cd), dan chromim (Cr).
Kadar logam yang diuji masih dalam batas standar yang ditetapkan SNI tetapi tetap membahayakan bagi anak-anak. Kadar logam tersebut seiring waktu akan terakumulasi di dalam tubuh anak dan menyebabkan berbagai penyakit.
Bahaya Timbal Ancaman Kesehatan Anak
Pertama; Bahaya dari Lingkungan, Rumah dan Mainan
Jika anak kita terpapar timbal berisiko tinggi, maka ia akan mengalami gangguan kesehatan serta tumbuh kembangnya. Pusat Riset Kesehatan Lingkungan dan Okupasi Indonesian Medical Education and Research Institute Universitas Indonesia (IMERI UI) bersama dengan Yayasan Pure Earth Indonesia, menemukan kadar timbal pada darah yang berbahaya pada sebagian anak.
Temuan ini menjadi kekuatiran kita apalagi ketika faktanya kajian itu menyebutkan, 89 persen dari 564 anak memiliki kadar timbal pada darah yang melebihi ambang batas aman yang ditetapkan oleh WHO sebesar 5 mikrogram per desiliter.
Bahkan, 4 persen memiliki kadar timbal darah yang harus mendapatkan terapi, yakni lebih dari 45 mikrogram per desiliter.Tingginya kadar timbal darah pada anak-anak berasal dari tanah dan debu.
Selain itu ada hubungan signifikan kadar timbal darah pada ayah dan anak yang bekerja di area yang lingkungannya berhubungan dengan timbal.
Faktor penguat rentannya anak-anak terpapar timbal karena anak-anak sangat mudah memasukkan tangan ke dalam mulut. Terutama ketika bermain atau menggunakan mainan yang berbahan baku timbal.
Kontaminasi paparan timbal bisa berdampak buruk bagi kesehatan serta tumbuh kembang anak. Timbal dapat menyebabkan penurunan kecerdasan, gangguan perilaku, dan masalah belajar.
Anak yang terpapar timbal bisa berisiko jangka panjang mengalami tekanan darah tinggi, penyakit jantung, gangguan ginjal, gangguan imunitas, serta gangguan sistem reproduksi. Selain itu paparan timbal berisiko menyebabkan anemia karena dapat mengganggu pembentukan sel darah merah dalam tubuh.
Pencegahan yang paling mudah dapat dilakukan adalah membangun kesadaran dan pemahaman baik di masyarakat. Misalnya dengan mencuci tangan sebelum makan, dan menggunakan alas kaki saat bermain di luar rumah. Serta memastikan anak mendapatkan gizi seimbang.
Banyak orang tua yang berprofesi sebagai pekerja yang berisiko terpapar langsung dari peralatan berbahan timbal karena saat bekerja tidak menggunakan alat pelindung diri.
Termasuk kebiasaan tidak langsung mengganti pakaian yang digunakan saat berada di rumah dan berinterkasi dengan anak. Padahal paparan timbal yang menempel di baju bisa berisiko terhirup atau bersinggungan dengan anak-anak di rumah.
Kedua; Bahaya Dari Cat di Fasilitas Publik
Mungkin tak pernah terbayangkan jika banyak fasilitas di ruang publik ternyata menggunakan cat yang terpapar timbal. Tingginya penggunaan cat dengan kadar timbal melebihi ambang menjadikan jutaan anak-anak Indonesia terpapar logam berat.
Bahkan fakta yang mengejutkan adalah sedikitnya 33 juta anak usia emas di Indonesia berisiko terpapar timbal dari cat warna cerah yang banyak digunakan di fasilitas pendidikan, tempat penitipan anak, taman bermain, dan taman-taman kota.
Tingginya risiko anak-anak terpapar timbal ini dilaporkan Nexus3-IPEN, terkait International Lead Poisoning Prevention Week (Pekan Pencegahan Keracunan Timbal Internasional) ke-11 yang diadakan pada 22-28 Oktober 2023.
Laporan tersebut merilis data bahwa 73 persen cat dekoratif yang dijual di Indonesia memiliki kandungan timbal di atas batas aman 90 ppm (bagian per juta). Hanya 27 persen sampel yang memiliki konsentrasi di bawah 90 ppm.
Beberapa cat pada alat bermain mengalami peluruhan, yang berpotensi menjadi debu timbal, dan meningkatkan risiko kesehatan pada anak.
Padahal cat tersebut digunakan terutama pada fasilitas anak-anak, taman bermain, sekolah, mainan, dan lain-lain. Konsentrasi timbal tertinggi ditemukan dalam cat dekoratif 140.000 ppm dan 250.000 ppm dalam cat marka jalan warna kuning.
Solusi yang paling mudah adalah mendorong dan mewajibkan produksi cat bebas timbal adalah cara termudah untuk mencegah keracunan timbal pada anak-anak, terutama penggunaannya di ruang publik yang banyak di gunakan oleh masyarakat terutama anak-anak sebagai tempat bermain.
Fakta yang sangat mengejutkan adalah bahan kimia beracun dan berbahaya banyak ditemukan di puluhan taman bermain di Jakarta. Terutama pada berbagai alat bermain dengan cat warna-warna cerah seperti merah, kuning, hijau, dan putih. Bahkan temuan konsentrasi timbal yang terdeteksi di taman-taman kota Jakarta berkisar 4.000 ppm sampai 100.000 ppm.
Beberapa perusahaan produsen cat di Indonesia yang berpartisipasi dalam pilot reformulasi cat yang didukung UNEP (United Nation Environment Programme) tahun 2019-2022 sudah berhasil menguji coba produk tanpa timbal.
Meskipun begitu, tanpa peraturan pemerintah yang melarang penggunaan timbal dalam produksi cat, pekerja pabrik cat, pasar, dan konsumen Indonesia maka akan tetap berisiko teracuni timbal lewat debu peluruhan cat. Pemerintah harus segera mengeluarkan peraturan pelarangan impor pigmen dan pengering bertimbal, impor cat bertimbal, produksi, distribusi, penjualan dan penggunaan cat dekoratif, cat semprot, dan marka jalan untuk berbagai penggunaan di Indonesia.
4 Langkah Antisipasi Para Orang Tua
Paparan timbal pada masa kanak-kanak dapat memicu dampak buruk yang besar dan permanen terhadap kesehatan, terutama pada perkembangan otak.
Orang tua harus lebih jeli mengetahui dan memahami apa batas aman konsentrasi cat timbal yang dapat dicapai dan disarankan badan-badan dunia yaitu dalam akdar 90 bagian per juta (ppm, berat kering cat).
langkah antisipasi kita sebagai orang tua serta kebijakan yang terlambat dapat semakin memperburuk dampak timbal, tidak saja pada anak-anak namun juga pada orang dewasa seperti kita.
Anak-anak, terutama anak balita, sangat rentan terhadap efek racun timbal dan dapat menderita dampak buruk permanen kesehatan, terutama pada perkembangan otak dan sistem saraf.
Timbal juga menyebabkan bahaya jangka panjang pada orang dewasa, termasuk peningkatan risiko tekanan darah tinggi, masalah kardiovaskular, dan kerusakan ginjal.
Bahkan pada paparan timbal dalam kadar tinggi pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, lahir mati, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan keterbelakangan mental pada anak.
Namun tindakan preventif yang paling utama bisa kita lakukan dari kita sendiri adalah;
Pertama; Jeli Memilih Bahan Cat
Karena kontaminasi timbal umumnya berasal dari bahan baku seperti cat yang banyak kita gunakan untuk keperluan interior rumah dan lainnya, mau tak mau sebagai orang tua dan sebagai konsumen cat, kita diharapkan untuk lebih jeli saat berbelanja cat.
Saat berbelanja keperluan cat, harus meminta cat tanpa timbal dari produsen dan pengecer cat, apalagi jika keperluannya untuk interior rumah, kamar anak. Bahkan untuk fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan anak, tempat bermain dan taman kota.
Kedua: Berhati-Hati Memilih Mainan dan Ruang Bermain Anak
Mainan berbahan cat yang berwarna cerah dianggap patut menjadi bagian dari kewaspadaan orang tua. Anak-anak yang sedang dalam tumbuh kembang seringkali mendapatkan "faslitas khusus" berupa mainan yang dirancang khusus sebagai pendukung balita bermain.
Termasuk permainan yang dapat membantu sistem sensorik, daya tangkap, pengasah ketajaman indera, dan skill. Umumnya mainan yang dirancang untuk balita itu di beri warna cerah sebagai daya tariknya.
Disinilah kita harus berhati-hati, dengan mencari tahu kemungkinan jenis bahan mainan khusus tersebut, apakah dilapisi jenis cat yang mengandung timbal atau tidak.
Demikian juga orang tua harus lebih jeli dan hati-hati ketika memilih tempat bermain anak, agar kekuatiran anak bersentuhan dengan benda-benda yang mengandung timbal bisa dikurangi.
Ketiga: Membiasakan Anak Mencuci Tangan
Meskipun mainan berbahan timbal tidak otomatis meningkatkan timbal dalam darah anak kita secara langsung, seiring waktu kontaminasi bisa berbahaya untuk anak kita.
Apalagi jika secara intens menyentuh, memasukkan kedalam mulut dan tak diikuti kebiasaan baik mencuci tangan setelah bermain. Sehingga kebiasaan baik kita yang telah kita mulai sejak pandemi, dengan selalu melakukan kebiasaan baik mencuci tangan harus kita biasakan pada anak-anak kita.
Keempat; Melakukan Chek Up Jika Diperlukan
Untuk memastikan bagaimana kadar timbal di dalam darah anak kita, tak ada salahnya kita memeriksakan anak ke dokter. Apalagi bagi balita kita yang sering mengalami sakit. Sebagai bentuk kewaspadaan, kita patut mencurigai jika interaksi balita kita dengan mainnya mungkin bisa saja terjadi.
Meskipun tersedia alat yang bisa dibuat sendiri untuk menunjukkan adanya timbal telah tersedia, alat tersebut ternyata belum bisa menunjukkan berapa banyak timbal yang ada dalam sebuah benda, dan tingkat keakuratannya dalam mendeteksi kadar timbal yang rendah belum dapat dipastikan.
Apalagi kebanyakan anak-anak yang terpapar timbal tidak menunjukkan gejala apa pun. Sehingga check up untuk mengetahui kadar timbal dalam darah adalah cara terbaik untuk mengetahui apakah anak kita terpapar timbal, dan harus dilakukan dengan bantuan medis.
Hasilnya nanti bisa menjadi rekomendasi kita untuk memutuskan apakah tes timbal dalam darah diperlukan dan bisa merekomendasikan tindakan tindak lanjut yang tepat jika anak kita terpapar.
Jadi sebelum kebijakan larangan penggunaan timbal belum sepenuhnya bisa dilakukan Pemerintah, 4 langkah antisipatif tersebut dapat membantu mengurangi kekuatiran kita. Apalagi mainan dan ruang publik belum sepenuhnya dapat kita ketahui dan kita awasi, apakah memang benar mengandung timbal atau tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2HDan bagi Pemerintah, mungkin sudah waktunya untuk memberikan "label" atau sertifikasi khusus di area publik bahwa sarana tersebut telah diinspeksi dan bebas dari timbal. Selain menjadi jaminan keamanan kesehatan, sekaligus juga mengedukasi publik tentang bahaya timbal bagi kesehatan.