Mengapa ide menulis harus dicari?. karena jika pikiran benar-benar buntu, kita tak tahu kemana harus mencari idenya. Mungkin seperti mencari barang hilang, jangan ditanya dimana hilangnya?. Kalau tahu jawabannya bukan hilang namanya. Atau mungkin kita tahu jawabannya, tapi "yang mana" karena banyak pilihannya.
Saya dulu punya ide aneh saat akan mencari ide tulisan, dengan memberi tanda disetiap artikel di koran, (masalahnya karena koran tersebut milik sekolah). Teman-teman tahu jika ada kode contreng di koran itu pasti ulah saya.Â
Ketika membaca judul atau isi, pikiran langsung berkelana kemana-mana mencari apa yang menarik jadi tulisan. Kadang-kadang, saat diskusi dengan teman guru, terbersit gagasannya. Mungkin bisa disebut idenya ini sebagai, posisikan sebagai penulis saat membaca berita.
Saya juga punya buku notes kecil "buku ide" namanya, nama asal sebut karena memang berdasarkan fungsinya mencatat ide apapun yang menarik yang melintas di kepala.
Bisa saja ide bisnis, jadi isi buku itu seperti gado-gado, semua ide ada didalamnya, termasuk ide sketsa tempat bisnis atau sekedar merek yang keren yang bisa menginspirasi. Bisa jadi cuma quotation, pendek kata selama bisa memancing ide, saya simpan di dalam buku ide.
Saat ada waktu luang buku itu bisa membantu menjadi pengingat yang baik. Catatan untuk ide tulisan juga saya input di dalam buku itu, biasanya cuma judul singkat atau sekalian judul jadi, jika memang menarik,
Ide juga bisa berasal dari tontonan televisi, seperti dalam tulisan "Belajar dari Ethan, Atasi Konflik Berlarut Gunakan Non-Existence Formula Sebagai Alternatif", saya peroleh setelah selesai menonton film lawas Kevin Coastner, 3 days to kill di tivi swasta. Pembelajaran parentingnya saya jadikan bahan tulisan.
Namun memang ada kala bukan kebuntuan yang menganggu, tapi justru tulisan apa yang paling menarik untuk dibuat dengan "stok mood" yang ada.
Biasanya, seperti kata para penulis hebat, menulis tak bisa dipaksa (seperti orang jatuh cinta--nanti kan bisa "jatuh" sendiri cintanya kalau sudah waktunya). Jadi saat menulis jika tiba-tiba buntu, biasanya ditinggalkan, sambil menunggu waktu dan mood yang tepat menyambung lagi.
Menulis dan mengedit juga tak perlu dilakukan bersamaan (ini juga kata penulis pakar), ada saatnya mood kita mengedit bisa menjadi inspirasi baru.Â
Selain mengedit, juga bisa mendapatkan gagasan tulisan baru, bahkan bisa lebih dari satu. Sisihkan, dan catat! (kata-kata ini saya kutip dari YouTuber kuliner masak-memasak).
Saya yakin setiap orang punya cara yang khas dan paling disukainya untuk "memanen" gagasan. Selain membaca buku, nonton tivi, jalan-jalan atau dari obrolan bersama teman.Â
Tiba-tiba kita bilang," wah keren itu idenya, bisa jadi tulisan". Terus teman-teman bilang, "hati-hati, kalau ada ide bagus disimpan, nanti diambilnya, bisa jadi tulisan tuh".
Dimana Idenya
Sebenarnya tak cuma penulis pemula dan amatiran seperti saya yang bisa kena block writer's, penulis yang berpengalaman juga bisa buntu, stuck tak tahu harus menulis apa.
Mungkin benar jika ada yang bilang menulis butuh mood, agar bergairah. Karena bisa saja saat sedang ditengah penulisan artikel atau buku atau skripsi, tiba-tiba buntu atau ada perasaan tidak nyaman untuk melanjutkan. (seperti hubungan cinta yang dipaksakan).
Kata-kata seakan berhenti mengalir dan semua ide yang terpikirkan hilang begitu saja. Bahkan ada kalanya ide yang begitu cemerlang hilang menguap, saat diganggu konsentrasi lain. Kalau sudah begitu, pasti kita bingung apa yang harus dilakukan.
Ada baiknya kita belajar dari para penulis yang berpengalaman, mungkin ada satu atau dua gagasan yang sama, tapi pada intinya, itulah cara memancing ide agar muncul atau tak mudah sirna dari ingatan kita.
Pertama; Membaca Buku atau Artikel Apa Saja
Seperti saya ceritakan di awal kebiasaan saya membaca koran dengan menandai beberapa artikel yang bisa ditulis ulang menjadi ide yang berbeda. Jika memang buntu, ada kalanya membongkar buku fiksi dan non fiksi di pustaka rumah bisa menjadi alternatif penggugah ide.
Seperti kemarin saya menemukan ide tulisan parenting, dari koleksi komik milik putri saya, "Topeng Kaca", yang mengisahkan gadis miskin pecinta teater yang berjuang meraih impiannya.
Artinya bahwa ide tak mesti dari buku favorit kita, tapi bisa dari mana saja. Tapi memilih bacaan dari pakar top juga disarankan oleh banyak penulis berpengalaman agar ide kita tak hanya lahir, tapi menjadi tulisan yang lebih baik
Jika semua jalan buntu, Mbah google bisa diajak kolaborasi untuk meminta wejangan.(Ide ditolak, Mbah Google bertindak). Tanyakan saja, apa isu yang trending dan viral, biasanya untuk satu permintaan "gratis" itu akan muncul 1.000-an hasil pencarian. Tinggal dipilih yang paling kena dihati. (seperti ketika kita memilih pasangan yang klop di hati).
Kedua; Saat Menonton Film, Posisikan sebagai Penulis
Seperti di artikel saya sebelumnya ""Belajar dari Ethan, Atasi Konflik Berlarut Gunakan Non-Existence Formula Sebagai Alternatif", saya menemukan idenya setelah usai menonton film.
Kalau Mbak Siska Fajariany, memang khusus nonton dan mencari review pendukungnya untuk membuat tulisan yang selalu mendapat apresiasi "nilai tertinggi dan populer, hingga diganjar Artikel Pilihan dan Artikel Utama".
Bukti bahwa tontonan adalah sumber ide yang menarik. Menonton menjadi cara efektif, karena pada dasarnya hampir semua acara TV dan film memiliki scriptwriter yang menuliskan naskah, dan bisa memancing gagasan.
Atau seperti dilansir Writer’s Digest, saat menonton sebuah film atau acara apa pun itu, cobalah untuk memposisikan diri sebagai penulis dan bukan penonton. Perhatikan konten film tersebut, tema besarnya, bagaimana plotnya, pengembangan karakter, dan detail lainnya. Maka tak lama akan lahirlah ide tulisan yang menarik.
Ketiga; Bertemu Orang
Mengapa harus bertemu orang untuk mencari ide tulisan, karena bisa jadi setiap orang punya pengalaman yang menarik setiap harinya, cerita saat obrolan bisa memantik ide.
Bahkan keluhan soal ulah anak saja, bisa menjadi ide artikel "parenting". Saat saya bertemu siswa di sekolah di hari pertama sekolah, begitu banyak cerita dari mereka sampai saya pikir bisa menjadi tambahan referensi untuk calon buku saya yang sudah saya pendam lama.
Artikel, Siswa Juga Alami Post Holiday Blues, Ajak Mereka Buat 2 Resolusi Sebagai Solusinya, saya dapatkan idenya dari sana. Ketika berinteraksi dengan mereka, mendengar kisah liburan, dan akhirnya membuat kesepakatan bersama-resolusi-siswa dan kelas, karena harapan kelas bisa meraih prestasi lebih banayk di tahun 2024.
Keempat; Bercermin Pada Diri Sendiri
Kehidupan pribadi kita adalah sebuah kisah hidup yang menarik. Apa yang kita alami dan jalani, bisa menjadi ide, ketika diaplikasikan pada kasus lain yang mungkin bisa kita alami. Begitu juga pilihan solusi yang kita lakukan, jika kita mengalami hal serupa.
Artinya bahwa selain bertemu orang lain, bercermin pada kisah hidup sendiri juga dapat menghasilkan banyak ide. Makanya ada buku otobiografi, kisah sukses, On Top, Youth Leader, karena idenya dari orang lain dan dari kisah diri sendiri.
Diri kita bahkan bisa menyimpan kisah yang komplek, misalnya jika kita pernah mengalami quarter life crisis dengan segala kehebohan di dalamnya. Atau mungkin fenomena Baby blues saat melahirkan anak pertama. Konflik keluarga (ini ide bagus tapi tak perlu dibagikan, akan jadi drama atau gosip di instagram dan tiktok--seperti kisah pramugari dan pilot yang viral itu).
Kelima; Buat Playlist untuk Menulis atau Buku Ide?
Beragam cara bisa dipilih. Saya dulu juga terbiasa menyimpan list daftar hari penting dalam setahun, tujuannya ya untuk bisa mempersiapkan artikel sesuai momentum hari penting tersebut. Sederhana idenya, tapi bisa memudahkan lahirnya tulisan saat buntu pikiran.
Atau menyimpan lagu-lagu koleksi sebagai pengantar saat menulis. Memang sih, ada juga penulis yang bisa menulis sambil mendengarkan lagu, ada juga yang tidak. Atau ide dari lagu juga bisa menginspirasi. Kalau kita bisa, coba buat playlist berisikan lagu yang menggambarkan tema besar tulisan kita itu.
Katakanlah ada satu lagu yang sangat menyentuh, lalu kita gunakan untuk ide menulis sebuah cerita dari lagu tersebut.Â
Ada sebuah buku menarik karya penulis muda brilian, asal Bandung, Brian Khrisna yang judulnya semua diambil dari judul lagu, keren sekali puisinya dan tulisannya.
Keenam; Mencari Kutipan Inspiratif
Pengalaman seorang wartawan yang saya tulis dalam artikel Mengenang "Sang Maverick", Membaca Pemikiran Kritis Rizal Ramli dari Literasi berdasarkan kisahnya ketika bertemu mendiam Rizal Ramli dan diberi sebuah buku menarik.
Seperti dituturkan oleh Yayat R. Cipasang dalam sebuah esai Obituari: Hadiah Buku dari Rizal Ramli (03/01/2024). Ketika pada suatu hari ia diberi buku berjudul "Quotations" terbitan salah satu koran tertua di Inggris The Times oleh RR. Buku yang mengoleksi ucapan dan kata-kata bijaksana tokoh, filsuf, wartawan, budayawan hingga negarawan.
Rupanya RR saat itu terkesan dengan Yayat yang tengah mematung dan memelototi buku koleksinya. RR yang selalu respek dengan wartawan, tiba-tiba membuka lemarinya. "Saya punya lima copy, ini satu untuk Anda," RR menyodorkan buku setebal 788 halaman untuk Yayat ketika itu.
"Kenapa tulisan (kolom) Goenawan Mohamad bagus, dia sering mengutip dari buku ini. Dulu saya temukan buku seperti ini di apartemennya," kata RR ketika itu. Dan pemberian buku hadiah RR itulah yang kemudian membuat Yayat terus berlatih menulis esai dan kolom.
Bahkan penulis hebat seperti Goenawan Muhammad menggunakan "quotation" untuk menghasilkan karya Caping-Catatan Pinggir yang legendaris itu.
Ketujuh; Jalan-Jalan Alias Traveling
Bagi penyuka traveling, trabel story saja sudah menjadi ide yang bukan sekedar ditulisa, tapi bisa langsung dijual jadi buku atau artikel. Banyak kisah perjalanan menemukan hal-hal unik atau pengalaman yang dibutuhkan orang lain sebagai panduan.
Seperti apa yang harus dilakukan ketika berlibur di Pulau Komodo, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di Bali, apa persiapan jika ingin berlibur ke Pulau Pari Kepulauan Seribu, semuanya adalah ide yang luar biasa menjadi sumber ilham tulisan.
NY Book Editors, bilang, jika kamu tak bisa mengunjungi negeri yang jauh, berkeliling kota saja bisa menjadi ide menarik, Tidak percaya?, yuk jalan-jalan, pasti "penyakit Writer's Block-nya" sembuh.
Semua pilihan tips di atas, bisa dipilih tergantung mood kita. Atau kita bisa mulai dengan membongkar koleksi film lama, buku lama, komik anak-anak?, semuanya bisa kok.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H