Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Bukan Hanya Soal Logo Segitiga, Mengapa Para Environmentalist Lebih Memilih Tumbler?

5 Januari 2024   20:48 Diperbarui: 8 Januari 2024   13:16 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mendaur ulang botol AMDK sumber gambar kumparan

"Eh botol mineralnya jangan dibuang, diisi ulang saja, hitung-hitung bisa menghemat plastik." "Boleh kok botol mineral diisi ulang, tapi jangan air panas, bakal jadi racun nanti".

Tak sedikit dari kita yang mungkin melakukan hal serupa kejadian diatas. Dengan alasan dan asumsi yang kurang lebih sama. Sebagian kita masih berpedoman pada adanya logo segitiga dibawah botol, paling tidak masih dalam jenis yang "sehat" untuk dijadikan wadah makanan atau minuman".

Tapi banyak dari kita mengabaikan bahwa sebagian botol atau wadah memang yang memiliki logo segitiga yang aman untuk konsumsi atau food grade, ternyata tak boleh dipakai ulang, seperti halnya botol minuman mineral, Mengapa?.

Mungkin kita harus memulainya dari pertanyaan mendasar, mengapa para environmentalist lebih menyarankan untuk memakai tumbler sebagai piranti minuman yang dapat dipakai ulang, daripada menyarankan menggunakan botol bekas minuman mineral. Apa alasan dibaliknya?.

Contoh tersebut dapat menjadi pembelajaran untuk kasus yang lain. Terutama karena pemahaman kita yang kurang tentang berbagai unsur kimiawi dan prosesnya, serta dampaknya terhadap kesehatan. 

Seperti pemahaman kita terhadap logo segitiga yang bisa menunjukkan jenis plastiknya dan seberapa besar dampaknya bagi kesehatan saat kita memanfaatkanya sebagai wadah makanan atau minuman.

ilustrasi mendaur ulang botol AMDK sumber gambar kumparan
ilustrasi mendaur ulang botol AMDK sumber gambar kumparan

Memangnya Bisa Dipakai Ulang?

Bukankah jika memang kemasan botol tersebut dianggap aman, sudah sejak lama para pakar lingkungan menyarankan untuk memakai ulang botol, sebagai cara kita menghemat penggunaan plastik secara berlebihan. Jadi jelas ada alasan penting di balik alasan botol mineral tak boleh dipakai ulang.

Jadi ketika kita membeli minuman mineral berikut botolnya, saran yang ditawarkan justru mendaur ulang. Bahkan beberapa instansi mendorong kampanye yang masif mendorong kesadaran untuk mendaur ulang botol ini dengan menawarkan imbal balik benefit, berupa uang untuk setiap botol bekas yang bersedia ditukar dalam mesin pengumpul botol plastik bekas tersebut,

Kita mengenalnya sebagai mesin Reverse Vending Machine (RVM), yaitu mesin penukar botol plastik pasca-konsumsi. Mengapa kampanye itu yang didorong?.

Botol air minum dalam kemasan (AMDK), setelah kita habiskan minuman itu, botolnya langsung kita buang. Tapi tak sedikit yang menggunakannya untuk diisi jenis minuman lainnya. 

Setelah proses pengisian air pertama dalam kemasan tersebut dan dibuka saat kita mengkonsumsinya, botol plastik bekas minuman bisa melepaskan zat berbahaya bila dipakai berulangkali. 

Alasan kesehatan dan terbatasnya masa pakai botol-botol jenis tertentu itu mungkin menjadi alasan utama agar botol bekas pakai tak disarankan dipakai ulang.

Setiap jenis botol plastik memiliki batas masa pakai terbatas waktunya, faktor apakah botol tersebut aman di pakai ulang sangat tergantung pada jenis plastik yang digunakan untuk membuat botol. 

Kebanyakan botol plastik sekali pakai terbuat dari jenis plastik yang dikenal sebagai polyethylene terephthalate (PET atau PETE). Menurut International Bottled Water Association, botol PET atau PETE aman digunakan kembali hingga batas tertentu. Asosiasi tesebut merekomendasikan konsumen hanya menggunakan kembali botol-botol ini sebanyak satu atau dua kali. 

Artinya bahwa botol minuman sekali pakai, seperti polycarbonate dan polypropylene, tidak disarankan untuk digunakan kembali. Bahan kimia yang menjadi bahan dasarnya berpotensi menyebabkan risiko kesehatan.

Teknisnya yang harus kita ketahui, bahan plastik di dalam botol dapat terurai dan melepaskan bahan kimia seperti bisphenol A (BPA) dan phthalates. Bahan kimia ini telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk ketidakseimbangan hormon dan masalah perkembangan pada anak-anak. 

Apalagi jika botol terkena panas atau dibiarkan di bawah sinar matahari dalam waktu lama, hal ini dapat mempercepat kerusakan plastik, sehingga semakin tidak aman untuk digunakan kembali. 

Sekalipun ada pakar yang membolehkan memakai ulang dengan syarat, tidak digunakan kembali dalam jangka waktu lama, dibersihkan dengan benar atau disimpan di lingkungan yang hangat. Tapi jikalaupun saran itu dijalankan tapi tidak didukung perawatan botol bekas pakai dengan benar, sehingga bisa memancing bahaya baru.

Selain berpotensi menimbulkan risiko kesehatan dari pemakaian kembali botol bekas minuman, ada permasalahan lingkungan yang perlu dipertimbangkan. 

Sehingga, setelah botol tersebut dipakai, sangat penting bagi kita untuk mendaur ulangnya atau menyerahkannya ke bank sampah agar dapat didaur ulang pihak lain.

Artinya meskipun mengisi ulang dan menggunakan kembali botol-botol ini dapat mengurangi jumlah sampah, hal ini tidak mengatasi masalah sampah plastik dan polusi yang lebih besar.

Kini kita dihadapkan pada persoalan baru dampak dari plastik yang makin masif digunakan, yaitu larutnya bahan kimia berbahaya dalam bentuk butiran plastik ke dalam tanah dan air. 

ilustrasi mengumpulkan botol AMDK sumber gambar liputam6.com
ilustrasi mengumpulkan botol AMDK sumber gambar liputam6.com

Mengenal Logo Segitiga 

Meski tak semua orang peduli dan memahami adanya logo segitiga dalam setiap kemasan plastik, namun logo itu sebanrnya sangat penting diketahui agar kita tak gagal paham soal gaya hidup hijau yang kita jalankan. 

Ternyata simbol itu tidak hanya tentang daur ulang plastik. Masing-masing segitiga ada maknanya dan berpengaruh untuk kesehatan dan lingkungan.

Pertama; PETE atau PET (Polyethylene terephthalate), segitiga dengan angka 1 di tengahnya. Biasanya digunakan di botol kemasan sekali pakai, jenis plastik yang paling umum untuk mengemas produk konsumsi.

Dan didesain untuk sekali pakai. Alasannya, plastik PET sulit didekontaminasi. Untuk membersihkan botol jenis ini membutuhkan bahan kimia yang berbahaya. Hal ini membuat plastik PET menjadi tempat berkembang bakteri yang baik. dan jika digunakan terus menerus, plastik PET memiliki kecenderungan untuk terurai dan melepaskan zat-zat yang berbahaya bagi tubuh dan bersifat karsinogenik. 

Kedua; HDPE (High-Density Polyethylene) dengan segitiga dengan angka 2 di tengahnya. Biasanya bahannya kaku, berwarna, dan tidak tembus pandang. Plastik ini banyak digunakan untuk menyimpan minuman dan bahan pembersih rumah tangga. Jenis ini aman digunakan berulang kali.

Ketiga ; PVC (Polyvinyl chloride) jenis plastik yang sangat lentur, jenis Biasanya digunakan untuk kontainer makanan dan mainan anak-anak.

Keempat : LDPE (Low-Density Polyethylene), selain botol, plastik ini juga digunakan untuk membuat kantong plastik. Bisa digunakan ulang dan relatif aman, namun tidak dapat didaur ulang. Dan kita disarankan mengurangi penggunaan kantong plastik berbahan LDPE ini.

Kelima; PP (Polypropylene) Plastik PP adalah salah satu plastik yang aman digunakan berulang kali sebagai kemasan makanan atau minuman. 

Keenam; PS (Polystyrene) contohnya styrofoam. Plastik jenis ini tidak direkomendasikan untuk digunakan, karena bisa berpotensi memicu kanker jika terkena panas.

Ketujuh: BPA, polikarbonat, dan LEXAN. Plastik yang tidak termasuk ke dalam 6 kategori lainnya. Bahaya dan risiko yang ditimbulkan plastik jenis ini masih dalam penelitian.

Totalitas Gaya Hidup Hijau

Jika memang kita berkeinginan untuk memulai gaya hidup hijau sebaiknya kita juga mulai peduli dengan hal-hal kecil lainnya yang ada di lingkungan kita, bukan sekedar menggunakan ulang botol mineral dengan mengurangi konsumsi plastik. Akan lebih baik jika sejak awal kita memilih memakai tumbler.

Namun salah paham soal botol mineral tadi hanya sekelumit dari banyak hal yang harus kita pahami soal gaya hidup hijau. Agar lebih totalitas setidaknya kita harus lebih ekstra peduli pada lingkungan sekitar kita.

Kita tentu semakin tidak asing dengan istilah zero waste shop atau zero waste product?. Kini semakain banyak orang yang peduli lingkungan menggunakan metode atau cara pemanfaatan barang ulang pakai dan berbelanja dengan seminim mungkin menggunakan material plastik.

Jadi agar tak salah jalan kita juga harus memulai banyak langkah penting sebagai buktinya.

Pertama; Menghemat penggunaan listrik

Bahkan kebiasaan kita membiarkan stop kontak dicolokan listrik adalah kebiasaan yang salah menurut gaya hidup hijau. Karena selama stop kontak terhubung kedalam sumber aliran listrik, maka selama itu proses elektrifikasi terus berjalan ,meskipun perangkat elektronik kita dalam posisi mati (off).

Dalam kadar persentase kecil, listrik tetap dikonsumsi oleh mesin elektronik tersebut. Jumlahnya baru akan menjadi material ketika kita mengalikannya dengan berapa banyak perangkat yang tetap dibiarkan terhubung ke pusat arus listrik. Bagaimana jika ada jutaan rumah melakukannya?.

Kedua : Kurangi sampah rumah tangga
Banyaknya kebutuhan kita yang disediakan pasar dalam banyak jenis kemasan, mengharuskan kita lebih selektif untuk tidak memilih produk yang menjadi sumber sampah plastik. Akan lebih baik memilih kemasan yang dapat dipakai ulang pakai.

Ketiga: Optimalisasi ruang terbuka hijau di rumah
Ruang terbuka hijau di rumah sama artinya dengan area hijau atau taman, karena keberadaan tumbuhan 8 kali lebih efektif dalam menyerap polusi udara.

Keempat: Menghemat air 
Jangan biarkan air terbuang percuma, gunakan berbagai perangkat teknologi pendukung kita berhemat air di rumah. Agar pasokan air bersih bisa tetap terjaga, gunakan air sesuai kebutuhan dan fungsinya.

Ternyata masih seabrek hal yang harus kita cermati. Jangan sampai ingin dianggap "bergaya hidup hijau", namun cara-cara yang kita gunakan salah.

referensi ; 1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun