Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Haruskah Calon Siswa Punya Sertifikat Juara, Saat Memilih Jalur Prestasi Saat PPDB?

29 Desember 2023   14:04 Diperbarui: 10 Januari 2024   08:02 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak lama lagi setelah usai liburan sekolah, anak-anak kita terutama yang sekarang telah berada Taman Kanak-Kanak (TK) ienjang akhir, kelas enam Sekolah Dasar (SD) dan kelas tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) akan segera melanjutkan ke sekolah baru ke jenjang di atasnya, SD, SMP, SMA-SMK dan SLB. 

Informasi pembukaan PPDB 2023 di setiap provinsi berbeda-beda, dan melalui beberapa jalur; jalur afirmasi, jalur pindah tugas orangtua, jalur zonasi, dan jalur prestasi. Rata-rata musim PPDB dimulai dengan sosialisasi yang dilakukan di bulan Maret, dilanjutkan pada Juni dan Juli untuk proses pendaftaran siswanya. 

Namun Aceh sudah membuka pendaftaran PPDB 2023. Pendaftaran jenjang SMA di Aceh, pada 22 Februari-19 Maret untuk Jalur Zonasi dan Afirmasi. Lalu tanggal 22 Februari-21 Juni, untuk jalur Perpindahan Tugas Orangtua. Sedangkan berkas dokumen hard copy mulai di antar ke sekolah pada tanggal 27 februari-20 Maret 2023.

Putri saya yang bungsu akan melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) tahun ini. Masalahnya adalah karena putri saya memiliki nilai dan prestasi bagus di kelas unggulnya, tapi selama bersekolah, ia belum pernah menyabet prestasi bergengsi, sehingga saya sempat kuatir.

Apalagi jika harus mengikuti seleksi lewat jalur prestasi, atau jalur undangan, kekuatiran itu bertambah besar. Jika pilihan itu buntu maka satu-satunya alternatif adalah melalui jalur reguler-zonasi dan afirmasi.

Menurut penuturan seorang guru dari sekolah lain, saat seleksi jalur prestasi, siswa tanpa prestasi juga ada yang diterima di sekolah mereka, setelah dalam proses seleksi wawancara menunjukkan kapasitas sebagai siswa yang memiliki pola pikir yang luas, dan cerdas.

Barangkali ia tak memiliki prestasi karena memang tak pernah menggunakan kesempatan itu dan uji kemampuannya, sehingga tak memiliki sertifikat apapun yang bisa menunjukkan  keunggulan kemampuannya, tapi memiliki kapasitas sebagai seorang juara.

Lantas apa bedanya kapasitas dan kompetensi yang akan dijadikan ukuran oleh sekolah untuk bisa menerima seorang calon siswa baru melalui jalur prestasi PPDB?.

Ilustrasi siswa SMA atau SMK, BP3 Kemendikbud Ristek asesmen bakat dan minat bagi siswa SMA/SMK (Shutterstock/Ibenk_88)
Ilustrasi siswa SMA atau SMK, BP3 Kemendikbud Ristek asesmen bakat dan minat bagi siswa SMA/SMK (Shutterstock/Ibenk_88)

Kapasitas terutama berkaitan dengan potensi terpendam seseorang. Anggaplah hal ini sebagai landasan bagi satu atau lebih kompetensi – tanah subur di mana keterampilan fungsional dan kompetensi dapat tumbuh jika dipupuk dengan baik. 

Kecerdasan dalam berpikir dan bertindak dapat menjadi bekal untuk bisa menghasilkan kompetensi tertentu. Siswa dengan karakter ini dapat menjadi siswa berprestasi pada waktunya nanti, jika diberi kesempatan atau peluang.

Jika seorang siswa menunjukkan kapasitas di bidang tertentu, itu berarti siswa tersebut memiliki bakat untuk menguasai keterampilan atau kompetensi tertentu yang belum atau telah diperoleh. 

Seiring waktu dan dengan latihan, seseorang bisa mengubah kapasitas menjadi kompetensi. Seseorang yang memiliki kapasitas untuk melakukan sesuatu akan mampu memperoleh lebih banyak keterampilan dalam bidang tersebut dibandingkan seseorang yang memiliki kapasitas lebih rendah.

Kompetensi berkaitan dengan kombinasi dari pengetahuan – keahlian dan pengalaman yang dimiliki seseorang. Keterampilan – kemampuan fisik atau mental yang dimiliki seseorang. Bisa dibuktikan dengan sertifikat-sertifikat perolehannya dari kejuaraan yang dimenangkannya.

Keterampilan dapat dibagi menjadi keterampilan keras (keterampilan fungsional atau teknis yang diperlukan untuk melakukan tugas, pekerjaan, atau peran tertentu dalam suatu organisasi) dan keterampilan lunak (keterampilan sosial dan atau komunikasi, kemampuan bahasa, dan kebiasaan atau karakteristik pribadi).

Potensi kompetensi inti yang dimiliki seorang siswa adalah keterampilan dan keahlian unik yang membedakannya dari siswa lainnya.

PPDB dan Arah Pendidikan Sekolah

PPDB adalah salah satu tahap krusial dalam sistem pendidikan di Indonesia. Sebagai penentu jalan pendidikan seseorang yang berhak masuk ke sekolah tertentu.  Salah satu jenis seleksi selain jalur undangan dan reguler, adalah jalur prestasi.

PPDB jalur prestasi menempati peran yang sangat penting dalam memastikan bahwa lembaga pendidikan menerima siswa yang sesuai dengan visi dan misi pendidikan yang diusung. 

Pilihan antara fokus pada kapasitas atau kompetensi siswa menjadi krusial dalam membentuk identitas dan arah pendidikan sebuah sekolah. 

Apakah sekolah harus menggunakan kebijakan yang kaku, artinya siswa yang masuk melalui jalur prestasi tapi tak memiliki sertifikat atau bukti prestasi tak layak diterima?. Apa yang dimaksud dengan kebijakan yang kaku?. Apakah berati tidak fleksibel?.

Untuk memahami lebih dalam permasalahan ini, kita perlu merinci berbagai jenis seleksi PPDB dan ujiannya serta mencari solusi terbaik yang bisa diadopsi oleh sekolah, agar tidak terjebak dalam pola yang kaku.

Sebenarnya jenis seleksi PPDB mencakup dimensi akademik dan non-akademik. Seleksi prestasi akademik, misalnya, melibatkan ujian tulis yang menguji pengetahuan umum, bahasa, dan matematika.

Ujian ini mampu memberikan gambaran tentang kapasitas akademis siswa, meskipun masih memiliki kelemahan dalam mengukur aspek kompetensi praktis. 

Sedangkan ujian keterampilan, mengevaluasi kemampuan praktis seperti menulis atau menggunakan komputer, memberikan insight yang lebih mendalam terkait kompetensi siswa di luar kemampuan akademisnya.

Di sisi lain, seleksi prestasi non-akademik lebih menyoroti bakat dan keterampilan siswa di bidang-bidang tertentu. Ujian olahraga, sebagai contoh, mengukur keterampilan fisik dan kebugaran, sementara ujian seni dapat mengungkapkan bakat dalam musik, tari, atau seni rupa.

Ini adalah bentuk seleksi yang mencoba menemukan siswa yang memiliki potensi di luar lingkup akademis, menggarisbawahi kepentingan pada kompetensi dalam bidang non-akademik.

Seleksi prestasi ekstrakurikuler membuka lebar pintu untuk mengakomodasi berbagai jenis prestasi di luar kelas. 

Dengan mempertimbangkan portofolio siswa, sekolah dapat menilai kontribusi dan prestasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler. Wawancara, sebagai metode seleksi prestasi ekstrakurikuler, bisa memberikan ruang bagi penilaian yang lebih mendalam terkait kepribadian, kepemimpinan, dan motivasi siswa. 

Dan bisa lebih objektif menyerap informasi berkaitan dengan kemampuan siswa di luar kemampuan akademiknya.

Pada kenyataannya, di sekolah saya saja terdapat beberapa siswa yang tidak berprestasi baik secara akademis.

Namun dalam bidang olahraga dan seni, melukis, membuat poster, merancang majalah dinding, hingga menulis menunjukkan kemampuan yang luar biasa dan di atas rata-rata, bahkan jika dibandingkan dengan siswa lain yang berprestasi akademik.

Jadi sebenarnya seleksi prestasi khusus, seperti pemberian beasiswa atau partisipasi dalam olimpiade dan lomba, dapat menjadi metode seleksi yang mengarah pada pengembangan bakat dan potensi luar biasa. 

Beasiswa dapat menjadi motivasi ekstra bagi siswa untuk mengejar prestasi terbaiknya, sedangkan olimpiade atau lomba dapat menjadi panggung untuk menemukan bakat istimewa.

Gambaran Prestasi yang Lebih Objektif

Seperti keterangan yang disampaikan oleh guru teman saya, bahwa seleksi melalui jalur prestasi sekalipun juga membuka peluang bagi siswa yang memiliki kompetensi khusus pada bidang tertentu.

Begitupun juga dengan seleksi melalui jalur undangan, tentu sekolah tak mau malu dan akan meneyeleksi dan mengirim siswa terbaiknya ke sekolah pengundangnya, sehingga peluang siswa tanpa prestasi menjadi tertutup.

Padahal, meskipun berbagai jenis seleksi memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang siswa, implementasinya tidak lepas dari berbagai tantangan. 

Ujian tulis, misalnya, terkadang tidak dapat menggambarkan potensi penuh siswa, terutama mereka yang memiliki bakat dan kemampuan di luar ranah akademis. Portfolio dan wawancara, memang bisa memberikan informasi yang lebih holistik, namun bisa menjadi subjektif dan memakan waktu.

Agar sekolah tidak terjebak pada situasi yang membingungkan antara memilih siswa yang berprestasi dan dibuktikan dengan sertifikat atau penghargaan kemenangan, atau siswa yang tidak memiliki prestasi, namun memiliki kemampaun, dan kompetensi berupa pemikiran yang kritis dan cerdas.

Solusi terbaik dalam menjalankan seleksi PPDB adalah mengadopsi pendekatan yang seimbang. Kombinasi berbagai jenis seleksi dapat memberikan gambaran lengkap tentang kapasitas dan kompetensi siswa. 

Penerapan teknologi, seperti ujian online atau platform e-learning, dapat meningkatkan efisiensi dan keterukuran proses seleksi. Pentingnya transparansi dan keterbukaan dalam menyajikan kriteria penilaian kepada siswa dan orang tua juga tidak bisa diabaikan.

Dalam menjawab apakah sekolah harus kaku dalam PPDB, diperlukan pemahaman bahwa kaku di sini tidak harus diartikan sebagai ketidakfleksibelan. 

Kaku mencerminkan adanya aturan dan prosedur yang jelas, yang dapat dipertanggungjawabkan dan menghasilkan keadilan. Namun, fleksibilitas tetap diperlukan dalam mengakomodasi keberagaman siswa dan mencegah adanya diskriminasi.

Dan sebenarnya, PPDB jalur prestasi adalah proses yang kompleks yang memerlukan perhatian ekstra terhadap keadilan dan kualitas pendidikan. 

Dengan memilih metode seleksi yang bijaksana, sekolah dapat memastikan bahwa siswa yang diterima memiliki potensi untuk berkembang secara optimal, baik dari segi kapasitas maupun kompetensi. 

Seiring perkembangan zaman, penting bagi lembaga pendidikan untuk terus memperbarui metode seleksi mereka agar tetap relevan dan mampu mengakomodasi dinamika kebutuhan pendidikan masyarakat.

Intinya bahwa dengan sekolah mengakomodir  kombinasi berbagai jenis seleksi, memadukan ujian tulis, praktis, dan non-akademik untuk memberikan gambaran lengkap. 

Terutama tentang transparansi dan keterbukaan, dengan cara  menyajikan kriteria penilaian dengan jelas kepada siswa dan orang tua.

Dukungan pemanfaatan teknologi dapat membantu adanya penilaian yang objektif terhadap kemampuan siswa saat melalui proses seleksi. Terutama karena penggunaan teknologi memungkian sekolah bisa menerapkan ujian online atau platform e-learning untuk memastikan efisiensi dan keterukuran.

Ini juga akan membantu sekolah dalam mengembangkan sistem ujian yang adil, yang dapat memastikan bahwa ujian tidak memihak pada satu jenis kecerdasan atau bakat tertentu.

Ini berkaitan dengan pendidikan yang inklusif, memberikan kesempatan bagi siswa dengan kebutuhan khusus untuk berpartisipasi dalam proses seleksi. Serta melatih sekolah untuk mengelola wawancara dengan adil dan objektif.

Jadi apakah sekolah memang harus sangat prosedural dan kaku?.  Ketidakkenyalan atau keteguhan dalam menjalankan PPDB memang penting untuk memastikan standar dan kualitas pendidikan. 

Namun, kaku sekali lagi tidak harus diartikan sebagai ketidakfleksibelan. Kaku di sini lebih mencerminkan adanya aturan dan prosedur yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Fleksibilitas tetap perlu dalam mengakomodasi keunikan dan keberagaman setiap siswa.

Bahwa berdasarkan pengalaman kami di lingkungan para guru disekolah, seleksi PPDB jalur prestasi memang memerlukan keseimbangan antara mengidentifikasi kapasitas dan kompetensi siswa. 

Dalam memilih jenis seleksi dan ujian, transparansi, inklusivitas, dan adil adalah kunci penting untuk mendapatkan hasil seleksi yang baik.

Solusi terbaik adalah memanfaatkan berbagai metode penilaian untuk memberikan gambaran lengkap tentang potensi siswa. Pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan akademis, tetapi juga tentang pengembangan karakter dan bakat yang menjadi modal berharga dalam menghadapi masa depan.

Bagaimana Orang Tua Bersikap?

Ketidaktahuan para orang tua, atau informasi yang meragukan membuat banyak orang tua merasa gundah ketika akan memberikan pilihan kepada anaknya melalui jalur undangan atau prestasi.

Tanpa bukti apapun membuat orang tua merasa berkecil hati, apalagi anaknya sebagai siswa yang akan melanjutkan sekolah. Padahal kita meyakini bahwa banyak orang tua yang lebih memahami bakat anaknya.

Mereka, para orang tua berkeyakinan bahwa sertifikat tidak bisa dijadikan ukuran mutlak dan satu-satunya yang bisa menjelaskan kapasitas dan kompetensi anaknya.

Namun saat kita mengizinkan anak mengikuti jalur prestasi meski tak memilikisertifikat juara, namun berprestasi akademik dan memilki kapasitas dalam memahami berbagai masalah secara kritis, yakinkah anak untuk percaya diri dan berusaha optimal, tanpa perlu terbebani oleh masalah teknis ada atau tidak adanya sertifikat kejuaraan.

Beri dukungan dan motivasi untuk tidak mengecilkan harapannya. Bagaimanapun semua harus dicoba, namun juga harus disertai pengertian dari para orang tua tentang kemungkinan risiko yang dapat dialaminya jika terjadi penolakan dari sekolah yang melakukan seleksi.

Dengan orang tua memahami realitas bahwa sekolah-sekolah juga tak sepenuhnya bersikap kaku, menjadi motivasi tambahan untuk tidak lekas menyerah saat memberi kesempatan kepada putera-puterinya. Sikap orang tua yang demikian untuk mengakomodir keinginan anaknya agar mencoba optimal berkompetisi saat ingin mencapai harapannya. Karena kapasitas setiap anak berbeda.

Tentu kita masih ingat dengan sebuah WhatApss, yang dikirim seorang guru disebuah sekolah di Jakarta, saat hendak mengundang orang tuanya mengambil rapor.

Ia menuliskan pesan yang kurang lebih maksud dan intinya adalah, bahwa para orang tua dan anak-anak tidak perlu kuatir jika mendapatkan nilai pelajaran yang rendah untuk mata pelajaran tertentu.

Karena tak semua siswa memang berbakat menjadi seorang saintis. Diantara para siswa ada yang berbakat menjadi seniman, pelukis, sastrawan yang jauh dari ilmu saintis, namun mereka bukanlah siswa yang bodoh.

Kemampuan, bakat, dan minat setiap siswa berbeda-beda. Dan ukuran-ukuran yang objektif itulah yang mestinya harus menjadi pertimbangan juga ketika sekolah memutuskan akan menerima siswa saat PPDB agar lebih objektif hasilnya.

referensi: 1,2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun