Sementara, ada 32,5% responden yang mendaur ulang pakaian lama dengan nilai tambah alias upcycling. Survei ini dilakukan terhadap 2.303 responden yang merupakan milenial dan gen Z. Survei dilakukan pada 3 September 2022 melalui aplikasi JakPat.
Produk ramah lingkungan berkaitan erat dengan elemen ekonomi dan ekologi sekaligus. Keuntungan dari pengembangan inovasi produk ramah lingkungan antara lain untuk menjaga sumber daya alam, mengurangi emisi, menghemat energi, mengurangi limbah, mengurangi pencemaran lingkungan, dan termasuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
Waspadai Praktik Greenwashing
Saat ini kita memang dihadapkan pada dilema dalam pilihan kita saat membeli produk. Memilih produk massal atau yang artisanal.
Produk massal seringkali lebih terjangkau harganya, memungkinkan konsumen untuk memiliki pilihan yang lebih luas dengan biaya yang lebih rendah.
Namun, produksi massal seringkali melibatkan penggunaan sumber daya yang besar dan menciptakan limbah yang tidak ramah lingkungan. Bahkan tidak sedikit yang menyembunyikannya dalam label greenwashing-semacam produk keberlanjutan yang diatasnamakan peduli lingkungan.
Misalnya, seperti kasus produk galon air mineral sekali pakai.
Bahwa sebenarnya sejumlah produk dengan label “eco-friendly”,“nature-friendly”,“biodegradable”,“natural”, “organic” atau “save the earth” bisa saja memang produk-produk asli ramah lingkungan. Atau sebaliknya produk-produk yang hanya diklaim ramah lingkungan, tapi prosesnya ternyata tidak ramah lingkungan.
Produsen nakal seperti inilah yang membuat kita kehilangan kepercayaan kepada produk hijau, dan produk yang diproduksi para artisan-dengan hasil produk yang alami .
Karena adanya praktik tersebut, saya semakin berusaha cermat saat membeli produk. Selain dari bantuan referensi, saya berusaha mengecek roduk secara cermat.
Harus diakui dan mungkin menjadi hal yang paling aneh harus kita ketahui adalah, bahwa semakin bertambahnya kesadaran orang tentang lingkungan, justru menjadi dorongan sejumlah produsen untuk meluncurkan produk-produk yang diberi label ramah lingkungan.
Celakanya, beberapa produsen sebenarnya cuma melakukan apa yang diistilahkan sebagai greenwashing, yaitu bentuk promosi dan pemasaran untuk membangun persepsi bahwa produk-produk yang mereka jual maupun proses produksi yang mereka lakukan sebagai ramah lingkungan.
Dalam menangani sebuah produk, pelabelan produk merupakan salah satu cara untuk melakukan greenwashing atau greensheen. salah satu cara perusahaan untuk memanfaatkan permintaan (demand) yang terus meningkat terhadap produk-produk yang ramah lingkungan.
Istilah "pencucian hijau" (greenwashing) diciptakan oleh Jay Westervelt pada 1986 untuk mendeskripsikan praktik industri hotel yang menempatkan plakat di setiap kamar yang mempromosikan penggunaan ulang handuk, yang artinya setiap pelanggan yang menginap tidak mendapat handuk yang benar-benar baru, dengan alasan "menyelamatkan lingkungan". Padahal praktik yang terlihat berwawasan lingkungan ternyata bertujuan meningkatkan laba.
Sebagai konsumen kita harus waspada agar tak begitu saja terperdaya praktik-praktik greenwashing. Kita harus bersikap kritis agar terhindar dari jebakan greenwashing.
Untuk itu, kita harus selalu membaca label produk dengan teliti. Jika diperlukan kita harus melakukan riset, yang saat ini semakin dimungkinkan lewat penelusuran secara online.
Keberadaan Indeks Ekolabel, direktori yang memuat hampir 456 produk bersertifikat ramah lingkungan di 199 negara dan 25 sektor industri, dapat dimanfaatkan untuk lebih memastikan apakah produk-produk yang ditawarkan termasuk benar-benar ramah lingkungan atau tidak.
Dalam kaitannya dengan urusan domestik, agar makin mudah konsumen memastikan sebuah produk itu ramah lingkungan perlu pula segera dibuat standarisasi nasional yang lebih luas terkait produk-produk yang berkategori ramah lingkungan.