Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memahami P5 Kurmer, Apa Bedanya dengan Penguatan Karakter Profil Pelajar Pancasila Sebelumnya?

10 Desember 2023   18:38 Diperbarui: 16 Desember 2023   22:11 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Program P5 SMAN 5 Banda Aceh-Siswa kelas X-Fase E  dengan karya produk upcycling sumber gambar dokumentasi pribadi rini wulandari

Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan  projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) sebagai kegiatan baru dalam Kurikulum Merdeka. Penekanan khususnya juga tetap pada penguatan karakter sesuai dengan doktrin Profil Pelajar Pancasila di sekolah seperti sebelumnya.

Apa yang membedakannya dari program sebelumnya adalah penempatan Program P5 secara khusus di dalam Kurikulum Merdeka sebagai penguatan pendidikan karakter dalam porsi jam tersendiri melalui kegiatan tanpa mengatasnamakan bidang studi tertentu. Tidak harus mengaitkannya dengan materi pelajaran tertentu. 

Sedangkan sebelumnya pendidikan karakter dimasukkan dalam kegiatan pembelajaran tatap muka atau intrakurikuler

Rincian untuk memahaminya, jika dulu saat kita menggunakan kurikulum K13,  sebuah mata pelajaran seperti ekonomi akuntansi berlangsung 6 jam per minggu. 

Maka dalam Kurikulum Merdeka, jam pelajaran Ekonomi Akuntansi tetap 6 jam, disusun 5 jam untuk mengajar dan 1 jam terpisah untuk kegiatan P5.

Dan jam intrakurikuler tidak dapat digabung dengan jam P5 atau kokurikuler. Sehingga kumpulan “potongan” jam dari setiap mata pelajaran digabung yang berjumlah 1 jam tadi, diletakkan dalam satu blok.

Penempatannya bisa pada blok setiap minggu, misalnya 2 jam per hari atau hari tertentu di setiap minggu sejumlah sekian jam, atau minggu khusus untuk P5 setelah pelaksanaan intrakurikuler dalam periode tertentu. 

Sementara pada Kurikulum Merdeka, P5 hanya diampu oleh guru yang mengajar mata pelajaran wajib saja.

 projek penguatan profil pelajar pancasila sumber gambar kuliahdimana.id
 projek penguatan profil pelajar pancasila sumber gambar kuliahdimana.id

Pengenalan Program P5 di sekolah sumber gambar fin.co.id
Pengenalan Program P5 di sekolah sumber gambar fin.co.id

Salah Memahami "Projek

Tidak ada target pembelajaran untuk kegiatan P5, sebagaimana yang diatur oleh Kemendikbuddistek, sehingga meskipun kegiatan P5 berasal dari jam tatap muka yang dikumpulkan dari potongan 1 jam pelajaran ((kecuali mata pelajaran Pancasila, Bahasa Inggris dan Seni Budaya), namun tidak dapat disatukan menjadi rangkaian pelajaran tertentu. 

Maka kemudian diaplikasikan dalam bentuk projek. Dan inilah yang kemudian disalahpahami dalam prakteknya di sekolah, sehingga menimbulkan kesalahpahaman.

Umumnya yang disebut "projek" atau disering disalahpahami sebagai "Proyek", selalu berkaitan dengan pendanaan. Sehingga orientasi para guru yang diberi tanggungjawab menjalankan projek merasa terbebani karena kebingungan mencari bentuk kegiatan dalam ketiadaan dananya.

Apa pilihan kegiatan atau produk yang harus diajukan, bahkan sebagian guru berasumsi harus mengajukan proposal rancangan biaya kepada kepala sekolah agar membiayai setiap kegiatan siswa sehingga menghasilkan produk.

Jika hal itu yang terjadi, tentu saja P5 justru akan menjadi masalah baru dalam pendidikan kita yang sudah banyak terbebani, kini justru ditambah beban baru.

Apalagi jika sampai melibatkan siswa dan wali murid untuk mengeluarkan biaya untuk melakukan kegiatan P5. Inilah kesalahpahaman yang terjadi di sekolah-sekolah kita saat ini yang sudah menerapkan Kurmer

Padahal yang menjadi kesalahan dasarnya adalah, bahwa P5 berlandaskan projek, bukan proyek

Orang dengan segera akan mengansumsikan proyek berkaitan dengan kegiatan yang menggunakan pendanaan tertentu. 

Sedangkan Projek mengacu pada tugas-tugas belajar yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan, baik secara tertulis maupun lisan, dalam waktu tertentu. 

produk project -1 Ranub lam puan Kopiah MEukeutop Kel A_X6 SMAN 5 Banda Aceh sumber gambar dokumen pribadi Rini Wulandari
produk project -1 Ranub lam puan Kopiah MEukeutop Kel A_X6 SMAN 5 Banda Aceh sumber gambar dokumen pribadi Rini Wulandari

produk kerajinan dari limbah dalam projek P5 sumber gambar satujam
produk kerajinan dari limbah dalam projek P5 sumber gambar satujam

Dan rancangan P5 memang telah didesain sedemikian rupa untuk menguatkan karakter siswa meliputi orientasi, kontekstualisasi, aksi dan refleksi dalam bentuk kegiatan yang lebih kreatif dan aktif. 

Pengalaman di sekolah kami di SMAN 5 Banda Aceh, pada awalnya juga mengarah kepada asumsi tersebut, namun melalui diskusi yang intens diantara para guru yang bertanggungjawab dalam P5.

Kegiatan kemudian diarahkan pada kegiatan sesuai tematik yang salah satunya berorientasi pada pemanfaatan barang daur ulang.

Sementara di sisi lain masih banyak satuan pendidikan memulai kegiatan P5 dengan mengajukan proposal anggaran atau kegiatan yang mengeluarkan biaya, sehingga ketika pameran hasil karya siswa, produknya dikomersialisasi dan merubah orientasi refleksi P5 menjadi produk komersil.

Program P5 SMAN 5 Banda Aceh-Siswa kelas X-Fase E  dengan karya produk upcycling sumber gambar dokumentasi pribadi rini wulandari
Program P5 SMAN 5 Banda Aceh-Siswa kelas X-Fase E  dengan karya produk upcycling sumber gambar dokumentasi pribadi rini wulandari

Substansi P5 Berbasis proses

Dalam Kurikulum Merdeka terdapat 3 jenis projek yang harus dijalankan prosesnya di setiap sekolah, dengan melibatkan guru dan siswa secara aktif.

Pertama, projek mata pelajaran, kegiatannya berupa materi pelajaran tertentu yang bersifat projek dan tujuan dasarnya mengacu pada capaian pembelajaran yang sudah ditentukan Kemendikbud. 

Kedua, projek berbasis produk yang pelaksanaan kegiatannya dibuat dalam pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. 

Dan ketiga, projek menguatkan karakter siswa yaitu P5 yang kini wajib dilaksanakan di satuan pendidikan sebagai kokurikuler.

Kesalahpahaman berikutnya yang terjadi adalah salah dalam memahami P5 sebagai pembelajaran prakarya. Tentu saja hal ini keliru, karena yang diharapkan dari program P5 bukan itu. 

Jika hal itu yang terjadi maka hasil akhir dari proses yang menjadi fokusnya adalah "benda" berupa produk yang dihasilkan, bukan proses karakter apa yang diperoleh dalam aktivitas. 

Padahal Kemendikbudristek memberikan pedoman jelas dalam naskahnya tentang pelaksanaan P5 dan spiritnya di dalam "proses" yang dilakukannya.

Intinya bahwa P5 mengacu pada penguatan dimensi profil pelajar Pancasila yang sudah disusun dengan jelas, yaitu (1) Beriman, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, (2) Berkebhinekaan global, (3) Bergotong-royong, (4) Mandiri, (5) Kritis, (6) Kreatif. Jadi bukan produk yang dihasilkan menjadi subtansi kegiatan P5. 

Bagaimana dalam proses membangun sebuah produk, juga turut dikembangkan atau digali berbagai karakter Profil Pelajar Pancasila yang bisa dikuatkan selama proses tersebut berlangsung dari sebuah projek. 

Oleh karena itu untuk membantu menguatkan dimensi profil pelajar Pancasila, kegiatan P5 dikemas dalam tema-tema tertentu. 

Seperti yang sudah kami lakukan dalam dua sesi sebelumnya, berkaitan dengan produk berkaitan dengan penguatan tradisi lokal (pembuatan ranub lampuan), yang mendorong pemahaman penguatan nilai-nilai tradisi kearifan lokal dan pelestarian budaya dari bahan yang ada di alam-disekitaran kampung para siswa.

Dan upcycling, pemanfaatan produk bekas untuk menghasilkan produk yang lebih bernilai guna. Nilai-nilai yang digali berkaitan dengan gagasan ekonomi sirkular-pemanfaatan limbah. 

Dua pilihan tematik ini kami harapkan bisa membangun karakter siswa dalam dua sisi, nilai tradisi yang menguat dan kebiasaan positif memanfaatkan limbah lebih bernilai guna.

Iini juga berkaitan dengan bagaimana membentuk pribadi mandiri dan bertanggungjawab. Sementara produk merupakan konsekuensi langsung dari proses yang dilakukan oleh siswa.

Pada intinya, bisa saja tematik kegiatan P5 tidak berbentuk produk benda, namun juga bisa merupakan inisiatif positif, kampanye, bentuk literasi tanpa perlu merasa terbebani dengan "proyek". Tapi justru bagaimana P5 mendorong penguatan karakter profil PElajar Pancasila sebagai substansi dasar capaiannya.

Pelibatan siswa secara aktif menjadi metodenya, dan hal ini yang membedakannya dengan pembelajaran intrakurikuler dimana seorang guru menyusun rencana pembelajaran atau modul ajar secara individu. 

Pada kokurikuler P5, sebaiknya guru menyusun modul projek bersama kelompok siswa yang diampunya

Prosesnya dimulai dari dimensi profil pelajar pancasila yang akan dikuatkan, memberi tema pada kegiatan P5, mengatur timeline per minggu kegiatan hingga refleksi nantinya. Proses tersebutlah yang memuat pendidikan karakter yang ingin dibangun. 

Keterlibatan semua siswa dalam kelompok adalah wujud aplikasi karakter gotong royong, kebersamaan dalam mencapai sebuah tujuan yang baik. Seperti juga dalam penilaian pembelajaran reguler, kegiatan pembelajaran P5 juga dinilai dari aspek formatif dan sumatif.

Dalam hal formatif, penilaian dapat dimulai ketika bersama menggali ide, menyusun modul projek, melakukan aksi bersama, memberikan gagasan, berkomunikasi dalam kelompok. 

Sementara sumatif dapat dinilai pada saat refleksi, siswa memaparkan nilai profil pelajar Pancasila yang mereka dapatkan selama melaksanakan kegiatan P5. 

Penilaian yang dilakukan oleh fasilitator P5, bukanlah kebermanfaatan produk. Namun proses yang didapatkan siswa dalam aktivitasnya untuk menguatkan karakter mereka.

referensi:1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun