Mengapa tahun kelahiran Nabi Muhammad saw hanya disebut dengan "Tahun Gajah", tak ada catatan spesifik tentang tahunnya? Mungkin ini pertanyaan yang tak biasa atau tak menjadi pertanyaan penting meskipun kita telah mendengarkan kisah ini sejak lama.
Jangankan di era pra Arab, di kampung saya jaman dulu, sebagian orang tua juga tak tahu persis kapan tahun lahirnya. Mereka sering menghubungkannya dengan kejadian atau peristiwa besar, gempa besar, banjir besar, perang kemerdekaan, masuknya Jepang, Belanda dan sebagainya.
Suatu ketika Gubernur Abu Musa Al-Asyari menuliskan surat untuk Khalifah Umar Bin Khatab ra. Ia mengaku bingung karena suratnya tak memiliki tahun. Ini menyulitkannya ketika menyimpan dokumen atau pengarsipan.Â
Inilah yang kemudian mendasari dibuatnya kalender Islam, karena ketika itu umat Muslim masih mengadopsi peradaban Arab pra-Islam tanpa angka tahun, tapi hanya memiliki pencatatan sebatas bulan dan tanggal.
Rasulullah saw sendiri menggunakan kalendar ini sebagai penyempurnaan waktu. Misalnya  saja, mengembalikan bulan menjadi 12 dan tidak memaju mundurkan bulan atau hari seperti halnya dilakukan sebelumnya di tanah Arab ketika itu yang sering membuat bingung karena memang tak menggunakan angka dalam menentukan tahun.Â
Berawal dari sini, para sahabat Rasulullah SAW pun berkumpul untuk menentukan kalender Islam. Salah satunya yang hadir adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan Thalhan bin Ubaidillah.
Mereka mengusulkan kalender Islam berdasarkan hari kelahiran Nabi Muhammad, ada yang mengusulkan sejak Nabi Muhammad diangkat sebagai rasul. Namun, usul yang diterima adalah usulan dari Ali Bin Abi Thalib di mana beliau mengusulkan agar kalender Hijriah Islam dimulai dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah. Dari usul Ali Bin Abi Thalib inilah sejarah kalender Islam pertama kali dibuat dan sejarah tahun baru Islam muncul.
Mengapa Menggunakan Kata Muharram?
Sebagai salah satu nama bulan yang paling utama, bulan pembuka dalam kalender Hijriyah, "Muharram" berasal dari kata  diharamkan, pantang dan dilarang. Di era itu, larangan ini berlaku untuk melakukan peperangan atau pertumpahan darah. dan secara simbolis juga dimaknai bulan yang diutamakan atau dimuliakan.Â
Muharam menjadi momentum sejarah yang penuh makna, didasari kepercayaan jika bulan ini merupakan awal yang baru dalam setahun. Permulaan tersebut terjadi saat hijrah di masa perang, dan  dengan dimulainya tahun Muharram, bahkan ketika itu di Arab tak terjadi peperangan. Hijrah mengandung semangat persaudaraan, antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar.Â
Momentum tahun baru hijriyah punya kandaungan semangat optimisme yang tinggi untuk berhijrah (beralih) dari hal yang baik ke yang lebih baik lagi. Â Menegaskan pentingnya menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, menciptakan birokrasi yang modern, yang transparan, rapi dan bersih
Meskipun begitu besar makna yang tersimpan di dalamnya, namun kenyataannya dalam kehidupan sekarang makna Tahun Baru Islam menjadi sesuatu yang ditinggalkan dan dilupakan. Padahal menjadi saat untuk berbenah diri atau ber-muhasabah diri, selalu mencerminkan akhlak mulia, memiliki semangat baru untuk merancang dan menjalani kehidupan kearah yang lebih baik.
Memulainya Kembali Dari Sekolah