Perasaan tidak nyaman tersebut dapat terus meningkat menjadi perasaan gelisah hingga ke kondisi sakit fisik, seperti diare, maag, dan sakit kepala. Psychological distress juga muncul dalam bentuk perubahan suasana hati yang terjadi secara tiba-tiba (mood swing). Salah satu faktor yang dapat menyebabkan workplace bullying adalah work demand constraints.
Jadi jika mood swing dialami oleh seseorang dan salah satu penyebabnya adalah karenaa faktor internal di kantor yang membuat kenyamanan bekerjanya terganggu, bukan karena faktor teknis kantor yang kecil dan sempit, bisa jadi itulah dampak dari workplace bullying. Jadi harus mulai diwaspadai.
Work demand constraints adalah suatu kondisi saat individu menghadapi tuntutan atau target pekerjaan, namun pada saat yang bersamaan individu menghadapi hambatan minimnya sumber daya. Misanya terpaksa bekerja manual karena ketiadaan alat atau ketidakmampuan menyediakan alat.
Tuntutan pekerjaan dapat berupa kondisi fisik atau psikologis yang bersumber dari tekanan waktu, beban kerja, ataupun lingkungan pekerjaan.
Dalam banyak kasus, yang pernah penulis dengar dari obrolan santai dengan pekerja di super market retail, mereka mengeluhkan target yang berlebihan, bahkan berkonsekuensi akan mendapat potongan gaji jika target tidak dipenuhi.
Dan beban pelatihan yang awalnya diklaim ditanggung oleh kantor pada akhirnya justru ditanggung oleh karyawan dengan berbagai alasan, karena tingkat prestasi kinerja dibawah standar dan lain-lain yang berifat wanprestasi dan dasar penilaiannya sangat subjektif.
Demikian juga seperti kasus yang pernah terjadi di sebuah super market waralaba, ketika karyawan baru tak menegur  pelanggan atau tak memberi senyuman, di ancam akan diberhentikan oleh supervisornya.
Kebetulan dalam kasus yang sempat mencuat sempat direkamnya sendiri dan dipublikasi sebagai cara untuk mempermalukan, meski sayangnya justru menjadi senjata makan tuan bagi supervisor itu sendiri.
Sedangkan job resource adalah aspek pekerjaan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan motivasi kerja bagi pertumbuhan dan perkembangan pekerja, seperti: otonomi, peluang kemajuan, pembelajaran dan pengembangan.
Bahwa setiap pekerja memiliki peluang yang sama untuk bekerja menjadi lebih baik, berprestasi menjadi lebih tinggi, dengan harapan atau imbalan kompensasi atau promosi. Meski faktor ini pulalah yang sering menjadi pemicu datangnya workplace bullying dari sesame rekan kerja atau bahkan atasan yang menjadi "saingannya" merebut peluang itu.
Work demand constraints terjadi ketika terdapat target pekerjaan namun, di satu sisi job resource rendah (minimnya otonomi). Namun demikian, situasi work demand constraint dapat memprediksi terjadinya workplace bullying tergantung dari kepribadian yang dimiliki karyawan.