Itu artinya elektrifikasi tak lagi berpusat pada perusahaan listrik negara yang selama ini bergantung pada energi coklat alias energi fosil.
Investasi Pada Energi Sehat dan Bersih
Energi yang tak terbarukan-brow energi dari fosil (Bensin, solar dan sejenisnya), dan tumbuhan (batu bara), pada akhirnya akan menipis seiring banyaknya pemakaian, dan terus bergantinya generasi, sedangkan life must go on.
Maka cara cerdas yang sedang digagas adalah bagaimana memanfaatkan sumber energi lain selain fosil.
Di bilang murah juga tidak, karena memulai penggunaan PLTS Atap juga membutuhkan alat. Namun anggap saja sebagai  investasi masa depan. Meski harus mengelarkan biaya ekstra pada awal pemasangan alat penangkap energi surya, namun kita juga mendapat keuntungan dari berkurangnya ketergantungan pada listrik PLN.
Setidaknya jika kita merawatnya dengan benar, kita tak akan terkena dampak mati listrik karena pemadaman, atau biaya yang mungkin akan terus membumbung tinggi seiring makin langka dan mahalnya energi fosil. Sehingga kita harus terbiasa berhemat.
Sumber energi utama PLTS Atap adalah matahari. Matahari memiliki energi pancaran di seluruh permukaannya sebesar L=3.828*10^26 W. Maka besaran energi yang diterima bumi tiap satuan detik meter persegi adalah sekitar 1.380 W/m2.
Namun perlu diingat, karena bumi memiliki atmosfer dan awan yang menyerap energi matahari, menyebabkan energi yang diterima di permukaan bumi tidak sepenuhnya sejumlah 1380 W/m2.
Sinar matahari secara rata-rata memiliki kekuatan cahaya sebesar 115 lumen/watt, kita bandingkan dengan jenis cahaya buatan lainnya seperti lampu fluorescent 40 W yang hanya mampu memberikan kekuatan cahaya sebesar 50-80 lumen/watt.
Dan intensitas energi surya juga tak ada batasan bagi siapapun penggunanya dan "gratis" diserap dari alam.
Tantangan sekaligus ancaman kita sebagai manusia modern yang dilengkapi dengan banyak peralatan dan ketergantungan pemenuhan kebutuhan dengan alat menggunakan listrik adalah ketergantungan pada energi fosil.