Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menulis Kok Repot, Tulis Saja Apa yang Sedang Dipikir

8 Juni 2023   13:10 Diperbarui: 11 Juli 2023   10:14 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak menulis (Sumber: Shutterstock)

Awalnya memang sulit mengajak murid-muridku untuk mengekspresikan kemamuan anak-anak di kelas. Meskipun setiap kali saya masuk kelas saat pagi hari, anak-anak sibuk menyanyi. Tapi begitu langkahku tinggal beberapa meter sampai di pintu kelas, mendadak kelas berubah hening, seperti tivi yang dimatikan volumenya. Mute! padahal suaranya merdu.

"Lho, kalau nggak salah dengar barusan ibu dengar ada konser di kelas, kenapa mendadak bubar?" godaku sebelum membuka kelas.

Dan mereka cuma saling pandang seolah bertanya dalam hati, "Siapa yang ibu maksud?" Mereka pura-pura lupa.

kelas menulis-dokumentasi pribadi rini wulandari SMAN5 Banda Aceh
kelas menulis-dokumentasi pribadi rini wulandari SMAN5 Banda Aceh
Tapi sudahlah.

Dan di Hari Pendidikan tahun ini, sekolah memutuskan untuk membuka lagi lomba siswa kreatif, seperti tahun kemarin. 

Dengan panggung sederhana yang dipilih di sudut depan labkom, karena menghadap kelas baru dan di halaman kelas itu ditumbuhi deretan cemara menjulang yang teduh. Dengan suara udara mendesis setiap kali angin berhembus jadi pas jadi area panggung yang teduh.

Maka begitulah, saya disibukkan dengan persiapan sebagai ketua panitia lomba apa saja yang akan dibuat, termasuk persiapan pendaftaran online yang bisa dikunjungi para siswa kapanpun mereka mau. Sesuatu yang sejak kita sekolah dulu tak pernah dilakukan kecuali sejak pandemi, yang mengharuskan kelas dilakukan secara online

para juara menulis lomba sekolah-dokumentasi pribadi rini wulandari SMAN 5 Banda Aceh
para juara menulis lomba sekolah-dokumentasi pribadi rini wulandari SMAN 5 Banda Aceh

Bersekolah, belajar, beraktifitas dari sebuah layar kaca gadget atau laptop, bahkan personal komputer.

Butuh sekira tiga minggu menunggu para murid mendaftar, dan tak saya duga peminatnya begitu membludak. Benar bahwa ternyata jauh tersembunyi di balik kelas yang diam dan siswa pemalu, mereka menyimpan banyak bakat, surprise rasanya.

Dan hingga hari ke delapan belas, sekira delapan murid dari kelas saya sendiri juga telah masuk dalam daftar lomba. Saya menghitung hampir dua puluh anak mengikuti fotografi dan esai, dan delapan belas lainnya memilih poster. Sedangkan sisanya terbagi rata di vokal solo, puisi, dan tari.

Butuh Stimulan

siswa SMAN 5 peraih medali emas nasional-dok SMAN 5
siswa SMAN 5 peraih medali emas nasional-dok SMAN 5
Dulu sewaktu saya berdiri di depan kelas anak baru di kelas IX, saya tak menemukan seorangpun yang menunjuk tangan ketika ditawarkan kelas menulis. Saya pikir anak-anak memang tak suka menulis, atau mereka masih tak paham untuk apa harus ikut kelas menulis.

Beberapa anak kemudian menemuiku dan bertanya, sesulit apa kelas menulis itu?. Apakah mereka boleh menulis apa saja?. Apa saja yang kalian mau, kata saya  singkat ketika itu.

Maka dimulailah petualangan kelas bakat minat itu dari kelas menulis, lalu fotografi, hingga videografi. Ketika sebuah tulisan secara sembunyi saya kirim ke media, ternyata media begitu antusias menyambutnya. Dan di hari sabtu pagi ketika essay itu muncul di ruang akhir pekan, saya sodorkan kepadanya bukti koran itu dan ia terperanjat.

Kejutan luar biasa buatnya, begitu juga buat saya sebagai gurunya.

Ternyata memang kita butuh stimulan untuk memancing bakat-bakat itu keluar dari tempat persembunyianya. Anak-anak membutuhkan pemancing, orang yang menariknya dari persembunyian dan membantunya membuktikan eksistensi bakat itu lahir dan keluar ke permukaan.

Setiap anak ternyata adalah penulis ulung, meskipun hanya bercerita sebuah curhatan. Mereka memiliki kemampuan yang berbeda dari setiap pribadinya.

Ada sebuah tulisan sederhana, tapi kritis yang saya temukan pada suatu hari kala kelas menulis itu dimulai. Siswa kelas XI itu menulis tentang Awkarin dan lagu hitnya yang kontroversi.

Saya penasaran dan bertanya, "Mengapa ia tertarik menulis tentang itu?"

Katanya polos, berkali-kali saya dengar narasi lagu itu, meskipun terasa keras dan vulgar, tapi menuru saya itu sebuah cara anak muda melampiaskan kritiknya kepada para orang tua. Hanya saja bahasa lagu yang digunakannya terasa sangat tidak bermain di area etis etika. Tapi peduli apa, katanya. Selama pesan itu bisa tersampaikan dengan cara yang lain, menurutnya hal itu sah-sah saja.

Maka lagu hits Awkarin yang berisi protes quality time orang tua-anak, membuyarkan perhatian orang bahwa anak-anak ternyata kritis atas apa yang dialami dan dirasakan dalam hubungan orang tua-anak yang tak lagi harmoni.

Ketika tulisan itu kemudian dikirimkan ke sebuah media daerah ternyata direspon luar biasa. Tulisan itu langsung dimuat dan mendapat notifikasi di email, jika tulian berikutnya di tunggu pihak redaksi. Ketiak awalnya tahu tulisannya dimuat di media ia sangat terkejut dan tak menyangka.

Di kelas menulis, ia salah satu yang punya ciri khas dalam menulis, tapi murid lainnya juga tak kalah daya tariknya kalau soal menulis. 

Intinya setiap anak punya kelebihan yang berbeda. Dan melalui kelas menulis mereka bisa mengetahui apa kelebihan mereka sesungguhnya.

Kelas menulis-dokumentasi pribadi rini wulandari SMAN 5 Banda Aceh
Kelas menulis-dokumentasi pribadi rini wulandari SMAN 5 Banda Aceh

Kesibukan, mencari "berlian"  diantara bakat anak-anak membuat rasa lelah hilang, apalagi jika tak hanya menemukan satu, tapi banyak dari mereka.

Seseru itulah saya menemukan hal-hal baru dari minat bakat anak-anak di kelas-kelas yang berbeda. Ini justru memotivasi aku untuk terus bermain dengan banyak cara "lain", agar anak-anak mau terbuka, dengan bakat dan persoalan hidup yang menghimpitnya.

Saya akhirnya menyadari bahwa "curhat" ternyata bisa menjadi kail pemancing bakat anak di kelas menulis. Sebanarnya teori ini berasal dari rumus "tulis saja apa yang sedang kamu pikirkan" .Terbukti di kemudian hari, dengan latihan terus menerus mereka bahkan bisa menjadi juara diajang menulis di propinsi, bahkan ketika di adu dengan mahasiswa pun ternyata mereka tak kalah. 

referensi: 1,2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun