Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melalui Pendidikan Seyogyanya Setiap Anak Terlindungi

23 Juli 2022   23:16 Diperbarui: 27 Juli 2022   06:51 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini 23/07/2022. adalah Hari Anak  2022. Indonesia merayakan dengan semboyan Anak Terlindungi, Indonesia Maju.

Sudahkah semboyan ini dijalankan, walaupun secara sederhana dalam kehidupan sehari-hari? Atau hanya digadang-gadang bagai slogan yang tertulis indah dan berbunyi nyaring saja? Mengapa masih ada anak-anak yang mengalami perundungan oleh berbagai pihak? 

Setiap insan melindungi   anak-anak melalui pendidikan, harapannya setelah dewasa anak bisa mandiri melindungi diri sendiri. Sayangnya sekarang banyak perlakuan kurang baik terhadap anak-anak, yang dijumpai dalam dunia pendidikan. Pelecehan dan pencabulan dilakukan oleh guru menghiasi halaman-halaman berita dan running text di televisi.  

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada dunia pendidikan, tanda zaman mengingatkan kita semua. Bukan semata dunia pendidikan yang merupakan tempat melindungi anak-anak, biarpun dunia pendidikan sudah berganti kurikulum berkali-kali. Terletak di bahu orang tua, sebenar-benarnya perlindungan anak-anak yang aman. 

ABK: Anak Berkebutuhan Khusus

Sumber gambar: MaxPixel
Sumber gambar: MaxPixel

Mari kita menerapkan semboyan Hari Anak 2022 , "Anak Terlindungi, Indonesia Maju" dalam kehidupan setiap hari dan kepada setiap anak-anak. Termasuk lindungi Anak Berkebutuhan Khusus, ABK.

ABK adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya, tetapi belum tentu menunjukan ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. 

ABK antara lain adalah anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras. Juga anak-anak yang mengalami kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan, dan kesulitan bersosialisasi. 

Pandidikan untuk ABK yang sudah ada sejak lama adalah Sekolah Luar Biasa (SLB).  Sayangnya SLB sering diartikan sebagai sekolah yang ketinggalan dalam metoda belajar dibandingkan sekolah umum. 

Sekarang banyak didirikan sekolah umum yang terbilang baru, yang menerima ABK. Sekolah Inklusi yang mengikutsertakan ABK dalam pendidikan umum. Pada Sekolah Inklusi, setiap kelasnya menerima siswa yang merupakan ABK sebanyak 5-10% dari jumlah siswa keseluruhan  di kelas. Guru kelas di Sekolah Inklusi didampingi oleh seorang guru yang akan membantu proses belajar bagi siswa yang merupakan ABK. 

Akhirnya semua berpulang pada orang tua, sekolah mana yang menjadi pilihannya.

Jenis-jenis SLB sesuai dengan kebutuhannya terdiri atas berbagai jurusan. Dari SLB A, SLB B, SLB C, SLB D, SLB E dan SLB G. 

Sebagai contoh, SLB A untuk anak-anak tunanetra.  Mereka memiliki hambatan dalam penglihatan. Untuk dapat menangkap apa yang diajarkan oleh guru, mereka harus mendengarkan dengan baik. Bisa dari suara guru langsung, atau yang sudah direkam menggunakan dari tape recorder. Lalu untuk mengingat, mereka mencatat dengan menggunakan metoda huruf Braille. 

Dengan pesatnya kemajuan teknologi, sekarang sudah ada aplikasi membaca dan merekam  yang dapat digunakan melalui komputer atau hape.

Seorang teman Daniel (bukan nama sebenarnya) menderita buta karena kecelakaan lalu lintas pada masa kecil, kira-kira umur 4 tahun.  Orang tuanya mengirim Daniel untuk menempuh pendidikan di SLB A. 

Aku mengenal Daniel di Wiyata Guna. Suamiku merupakan salah seorang relawan yang rutin membacakan buku untuk Daniel. Saat itu Daniel menjalani kuliah di IKIP Bandung, yang sekarang namanya Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Pada pendidikan S1, Daniel mengambil jurusan Sastra Inggris. Aku tidak tahu jurusan apa yang diambil pada saat menempuh S2. Pada saat menyelesaikan S3 jurusan Bimbingan dan Konseling, Daniel mengundang suamiku untuk hadir pada sidang pengukuhan Doktor.

Daniel menjalani karir sebagai pengajar di UPI, hingga pensiun. Dengan pemilihan pendidikan yang baik , bukan tidak mungkin ABK bisa melaksanakan tugas dan kewajiban secara baik.  

Lain lagi dengan Ira (bukan nama sebenarnya). Dia adalah anak tetangga. Ira sekolah di sekolah umum, bersama anakku. Sebenarnya Ira sudah pernah bersekolah di sekolah umum yang lain yang ada di bilangan Jakarta Selatan. Tetapi sekolahnya menyarankan pindah ke sekolah untuk ABK.  

Sekolah tempat anakku belajar adalah sekolah umum yang baru dibangun. Baru ada kelas 1 dan kelas 2. 

Ibunya mendaftarkan Ira sebagai murid kelas 1 lagi. Jadi tidak memberitahukan Ira pernah diminta keluar oleh sekolah terdahulu. 

Ira  mengalami kesulitan belajar. Kebetulan aku menerima les matematika. Jadilah Ira belajar matematika bersama aku.

Dari mengajarkan matematika, aku melihat Ira tidak bisa menghitung mundur. Aku sendiri tidak tahu, hambatan jenis apakah yang dialami Ira. Tapi aku fokus mengajarkan menghitung mundur dengan lebih banyak sabar.

Ira bisa menjalani SD hingga lulus, melanjutkan ke SMP yang tentunya jangan pilih yang unggulan. SMA juga bisa dijalani, walaupun agak susah. 

Ira menyelesaikan S1 jurusan bahasa Inggris di sebuah perguruan tinggi swasta. Dia pernah bekerja di sebuah kantor. Tapi sejak pandemi covid-19, Ira termasuk sebagai karyawan yang dirumahkan. Sekarang aku lihat dia berjualan makanan beku melalui Facebook. Aku tidak tahu, apakah Ira membuat sendiri atau bukan.

Putri bungsu kakakku, aku sebut namanya denga Wina (bukan sebenarnya). Wina dikatakan oleh dokter menderita autis.

Autis adalah penyakit yang ditandai dengan gangguan komunikasi dan interaksi sosial. Penderita autis seperti mempunyai dunia sendiri, interaksi dengan orang lain terganggu.

Kakak menyekolahkan Wina di sekolah umum. Lagi-lagi tentunya bukan sekolah unggulan. Aku sering melihat kakak mendapat semacam kisi-kisi soal ulangan. Dan benar ... soal itu yang keluar. Wina bisa mengerjakan, tetapi nilainya tidak bisa mendapat 100. Cukup saja, dinyatakan tuntas.

Sambil sekolah Wina mengikuti kursus melukis Manga. Wina bisa diterima S1 jurusan DKV di sebuah universitas swasta. Setelah lulus, Wina bekerja sebagai ilustrator  komik. Hebatnya ... saat pandemi covid-19. Malahan kakak-kakaknya  yang bukan ABK harus WFH dengan hanya menerima gaji sebesar 20% dari gaji semula.  Sedangkan Wina juga WFH tetapi dengan gaji tetap seperti gaji semula. 

Seorang lagi, anak kakak ipar. Dokter menyatakan Henry (bukan nama sebenarnya) menderita ADHD. 

Salah satu jenis autis adalah ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder). Jadi merupakan jenis autis, ditandai dengan attention deficit (gangguan memusatkan perhatian terhadap sesuatu) dan hyperactivity (hiperaktif)

Ibunya mengirim ke sekolah yang secara lebih terbuka menyatakan menerima ABK. Bukan SLB, tetapi  yang dinamakan sekolah Inklusi.

Di sana Henry menempuh pendidikan setingkat SD--SMP--SMA yang menggunakan pengantar Bahasa Inggris. Pada awal sekolah, ada rencana Henry akan lanjut sekolah keluar negeri, karena memang lanjutan sekolah tersebut ada di luar negeri. Tapi hingga saat ini Henry malahan sudah bekerja, sebagai guru olah raga di sekolah tersebut. 

Sudah banyak di Indonesia, sekolah yang bermanfaat  untuk ABK. Asalkan ... asalkan orang tua tidak salah pilih. 

Pernah aku menonton Kick Andy Show, sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI) yang tadinya aku kira sejenis sekolah untuk ABK. Tetapi ... tetapi malahan ternyata terjadi kasus pelecehan seksual.  

Mudah-mudahan perkembangan pendidikan di Indonesia bisa lebih baik. Tidak perlu terlalu muluk-muluk, cukup untuk membuat anak-anak  berdiri sendiri dan bermanfaat bagi bangsa dan negara Indonesia. Lebih penting lagi ... terhindar dari kasus-kasus perundungan dan pelecehan terhadap anak-anak.

Selamat Hari Anak Nasional 2022

Referensi: 1, 2, 3. 

Bumi Matkita,

Bandung 23/07/2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun