Dari mengajarkan matematika, aku melihat Ira tidak bisa menghitung mundur. Aku sendiri tidak tahu, hambatan jenis apakah yang dialami Ira. Tapi aku fokus mengajarkan menghitung mundur dengan lebih banyak sabar.
Ira bisa menjalani SD hingga lulus, melanjutkan ke SMP yang tentunya jangan pilih yang unggulan. SMA juga bisa dijalani, walaupun agak susah.Â
Ira menyelesaikan S1 jurusan bahasa Inggris di sebuah perguruan tinggi swasta. Dia pernah bekerja di sebuah kantor. Tapi sejak pandemi covid-19, Ira termasuk sebagai karyawan yang dirumahkan. Sekarang aku lihat dia berjualan makanan beku melalui Facebook. Aku tidak tahu, apakah Ira membuat sendiri atau bukan.
Putri bungsu kakakku, aku sebut namanya denga Wina (bukan sebenarnya). Wina dikatakan oleh dokter menderita autis.
Autis adalah penyakit yang ditandai dengan gangguan komunikasi dan interaksi sosial. Penderita autis seperti mempunyai dunia sendiri, interaksi dengan orang lain terganggu.
Kakak menyekolahkan Wina di sekolah umum. Lagi-lagi tentunya bukan sekolah unggulan. Aku sering melihat kakak mendapat semacam kisi-kisi soal ulangan. Dan benar ... soal itu yang keluar. Wina bisa mengerjakan, tetapi nilainya tidak bisa mendapat 100. Cukup saja, dinyatakan tuntas.
Sambil sekolah Wina mengikuti kursus melukis Manga. Wina bisa diterima S1 jurusan DKV di sebuah universitas swasta. Setelah lulus, Wina bekerja sebagai ilustrator  komik. Hebatnya ... saat pandemi covid-19. Malahan kakak-kakaknya  yang bukan ABK harus WFH dengan hanya menerima gaji sebesar 20% dari gaji semula.  Sedangkan Wina juga WFH tetapi dengan gaji tetap seperti gaji semula.Â
Seorang lagi, anak kakak ipar. Dokter menyatakan Henry (bukan nama sebenarnya) menderita ADHD.Â
Salah satu jenis autis adalah ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder). Jadi merupakan jenis autis, ditandai dengan attention deficit (gangguan memusatkan perhatian terhadap sesuatu) dan hyperactivity (hiperaktif)
Ibunya mengirim ke sekolah yang secara lebih terbuka menyatakan menerima ABK. Bukan SLB, tetapi  yang dinamakan sekolah Inklusi.
Di sana Henry menempuh pendidikan setingkat SD--SMP--SMA yang menggunakan pengantar Bahasa Inggris. Pada awal sekolah, ada rencana Henry akan lanjut sekolah keluar negeri, karena memang lanjutan sekolah tersebut ada di luar negeri. Tapi hingga saat ini Henry malahan sudah bekerja, sebagai guru olah raga di sekolah tersebut.Â