Zaman dulu, ada larangan untuk mengumbar yang saru-saru. La kok sekarang, malahan menjadi topik pilihan di Kompasiana.
Â
Sampai-Sampai yang perempuan menceritakan terbuka segala mules yang dirasakan, yang laki-laki berusaha memahami mules yang bagaimana yang dirasakan perempuan.
Ngomonginnya ga boleh terlalu gamblang. Nyebutnya juga satu huruf awal saja.Â
"Ssst "M" nduk, " kata si mbok "Semua sudah tahu tanpa bimbang."
Apabila telah tiba waktu, menjadi perawan ranum, si mbok sibuk menjahit popok kain untuk si genduk.
Bila "M" datang. Si mbok mengajarkan genduk mencuci popoknya dengan bersih.
"Lakukan sendiri dan klantang di matahari," kata si mbok.
Lalu harus diumpetin, seolah-olah benar-benar jangan terlihat oleh manusia dan dedemit.
Si genduk harus selalu menjaga agar popok tetap putih memplak, perlambang jiwa tetap kudus. Jangan tertinggal setitik pun noda.
Si mbok sudah untung, si genduk tidak ada gangguan perut. Banyak sekali perempuan repot mules bila menstruasi ... eh "M".
Si mbok rajin masak dengan bahan-bahan alami. Bumbu masak bikin sendiri, dari tanaman rempah yang berjejer di halaman rumah. Kunyit akan melancarkan darah yang keluar pada saat "M". Asam mengencangkan otot perut. Jahe menghilangkan sakit pada saat "M". Sereh meredakan perut kembung. Jadilah genduk tidak pernah ada gangguan pada saat "M". Selalu sehat.