Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Permainan Engklek Menunjukkan Betapa Penting, Sulit, dan Nyaman Memiliki "Rumah" Sendiri

28 November 2021   18:42 Diperbarui: 30 November 2021   11:13 1261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses pembuatan permainan tradisional engklek menggunakan kapur di trotoar kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat (Sumber: Koalisi Pejalan Kaki/ Alfredo Sitorus via Kompas.com)

Kegiatan aku sehari-hari menemani cucu mengikuti sekolah daring di Kinderfield, Bandung. Setiap hari Senin hingga Jumat, jam 9.00 hingga jam 10.30 WIB. 

Ayah dan ibu yang merupakan dokter, harus bekerja di rumah sakit. Apalagi pandemi Covid-19 belum punah, jadi dokter masih merupakan pahlawan yang setiap hari diperlukan negara. 

Rencananya Kinderfield akan menyelenggarakan program hybrid pada term yang akan datang. Maksudnya meyelenggarakan pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas dalam waktu dan kapasitas kelas yang mana waktu ditetapkan seminggu sekali. 

Kapasitas kelas tidak lebih dari 5 anak-anak.  Tentu saja untuk mereka yang berminat,  dengan persetujuan orang tua. 

Setiap orang tua harus menandatangani perjanjian yang cukup ketat. Isinya segala resiko akibat pandemi adalah tanggung jawab masing-masing orang tua. 

Permainan Engklek (Desain oleh Rini DST menggunakan Canva)
Permainan Engklek (Desain oleh Rini DST menggunakan Canva)

Dari 9 murid yang terdaftar dalam kelas daring, hanya cucuku Laras yang tidak mengikuti program PTM pada term yang akan datang. 

Alasan ibunya Laras yang merupakan anakku, masih ada pandemi dan anak-anak belum mendapat vaksin covid-19. Dan, mungkin juga, karena ada nini dan engki yang masih senang menemani Laras mengikuti kelas daring.

Bimbingan Belajar di Rumah

Laras dan Nini (Koleksi Pribadi)
Laras dan Nini (Koleksi Pribadi)

Sebetulnya sejak dulu, nini memang memberikan bimbingan belajar di rumah bagi banyak anak-anak. Jadi tidaklah heran, nini senang mendampingi Laras mengikuti kelas daring. 

Bimbingan belajar di rumah, disebut dengan "les" yang sepertinya diambil dari kata bahasa Belanda. 

Kegiatan les yang diselenggarakan nini, lebih menitikberatkan agar siswa bisa mengerti pelajaran yang diajarkan oleh guru di kelas. 

Jadi kebanyakan siswa-siswinya adalah anak-anak yang tadinya tidak bisa menjadi bisa. Bukan anak-anak yang mengejar agar menjadi juara kelas.

Hal ini pula yang dilakukan nini kepada Laras. Nini mengajarkan kepada Laras untuk berusaha mengerti apa yang dikatakan gurunya. 

Walaupun program pendidikan sekarang katanya lebih memberikan kemerdekaan, nini masih melihat hadirnya guru di kelas bagi anak-anak seumuran Laras adalah untuk "digugu dan ditiru".  

Bermain dan Belajar

Nini baru melihat, walaupun ikut kelas daring di Kinderfield, Bandung, Laras juga banyak menambah keterampilan bermain dari guru. 

Bukan hanya permainan dalam bentuk daring, ada permainan dalam bentuk menggerakkan fisik yang tak kalah seru. 

Awalnya nini heran, untuk apa pihak Kinderfield memberikan potongan kertas koran. Ternyata potongan tersebut bisa membentuk sebuah pola, yang bila diletakkan di lantai menjadi permainan "hopscotch" yang kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia "main jingkat".

Laras belajar main jingkat dengan mengikuti instruksi dan contoh yang diberikan oleh guru,  yang bisa didengar dan dilihat melalui  ipad. 

"One leg, two legs." 

Sambil memperhatikan gerakan Laras yang gembira dan melakukan berulang-ulang, nini jadi ingat sebuah permainan yang sangat populer pada masa nini masih kecil.

Permainan Engklek

Arena permainan Engklek buatan nini dan engki (Foto dibuat sendiri)
Arena permainan Engklek buatan nini dan engki (Foto dibuat sendiri)

Adalah sebuah permainan anak-anak yang bisa dilakukan untuk 2  hingga 5 anak-anak, atau bahkan lebih. 

Bila dilakukan oleh 1 anak, biasanya untuk belajar dan berlatih. Sedangkan jika dilakukan olen 2 anak atau lebih, parmainannya bersifat pertandingan. 

Nini jadi semangat ingin memperkenalkan permainan engklek kepada Laras. Dulu bersama teman-teman, nini mengggambar arena permainan engklek di tanah. 

Walau rumah nini sekarang juga memiliki halaman cukup luas, tetapi ada di bagian depan rumah. Dengan adanya pandemi Covid-19, nini dan engki jarang mengajak Laras bermain di halaman depan. Nini takut ada tamu mendadak, Sedangkan halaman belakang agak sempit.

Nini mencari di marketplace yang biasanya segala ada. Ternyata benar, ada karpet untuk bermain engklek. Ada berbagai penawaran, dengan dekorasi latar belakang yang berbeda-beda. 

Selain karpet yang digambari sebagai arena, permainan engklek juga memerlukan gaco Ini membuat harga seperangkat alat permainan engklek semakin berbeda-beda. Selain luas dan dekorasi, adanya gaco juga membuat adanya perbedaan harga.

Nini dan engki merasa sayang membeli peralatan engklek di Tokopedia. Bukan sekedar karena harga yang berkisar Rp 37500 hingga Rp 100000, tetapi juga terkenang zaman dulu. 

Setiap anak tak pernah membeli segala keperluan bermain engklek, asyik menggambar di tanah dan mencari kreweng untuk gaco.

Kebetulan ada futon yang sudah agak lama dibeli oleh adik ibunya Laras, yang sekarang setiap hari juga digunakan untuk bermain oleh Laras. 

Nini dan engki menggambar pola untuk permainan engklek, dan mencari bahan bekas yang cocok untuk gaco.

Aturan Permainan Engklek

"Kita harus follow the rule kan nini?" Itu salah satu kalimat yang sering diucapkan Laras sejak mengikuti sekolah daring Kinderfield.

"Ya," jawab nini, "Walaupun hanya sebuah permainan, engklek juga ada aturannya."

Pertama, hompimpa terlebih dahulu, yang dilanjutkan dengan bersuten. Siapa menang boleh bermain paling awal, siapa kalah harus bermain paling akhir.

Kedua, lempar gaco ke dalam sebuah petak arena permainan engklek, lalu ikuti dengan lompat  berangkat engklek. 

Bagaimana caranya lompat berangkat engklek? Lompat menggunakan satu kaki, pilih kaki yang aktif. Mulai dari petak nomor 1, 2 dan 3. 

Lanjut lompat mendarat dengan dua kaki ke petak nomor 4 dan 5, kaki kanan di petak di nomor 5 dan kaki kiri di petak nomor 4.  Lagi lompat satu kaki di petak nomor 6. 

Lanjut lompat mendarat dengan dua kaki ke petak nomor 7 dan 8, kaki kanan di petak nomor 8 dan kaki kiri di petak nomor 7. 

Lalu istirahat di nomor 9, sambil membalikkan badan untuk lompat kembali. 

Ketiga, lompat kembali engklek, dimulai dua kaki di petak nomor 7 dan 8, kaki kanan di petak nomor 7 dan kaki kiri di petak nomor 8. 

Seterusnya lompat kembali satu kaki di petak nomor 6, dan lompat kembali mendarat dengan dua kaki di petak nomor 4 dan 5, kanan di petak nomor 4 dan kiri di petak nomor 5. 

Selanjutnya kembali  lompat satu kaki di petak nomor 3, 2, dan ambil gaco yang di petak nomor 1, sambil lanjutkan lompat satu kaki untuk keluar arena engklek. 

Keempat, selesailah melakukan lompat berangkat dan kembali engklek, nini mengatakannya dengan menyelesaikan lompat engklek 1 balikan. Setiap habis melempar gaco, harus melakuknan lompat engklek 1 balikan.

Kelima, apabila saat melempar gaco gagal masuk petak yang dituju, dikatakan mati. Begitu juga apabila saat melakukan lompat engklek menginjak garis, dikatakan mati juga. 

Kalau mati, harus menyerahkan kesempatan  permainan kepada anak yang giliran berikutnya. Sampai tiba pada gilirannya lagi untuk meneruskan melempar gaco pada petak berikutnya. 

Keenam, begitu juga dengan lempar gaco, terus dari petak ke petak berikutnya., dengan urutan 1,2,... hingga 8. Dan harus kembali lagi lempar gaco dari 8 hingga 1 lagi. Jika lempar gacuk telah terselesaikan, nini mengatakan telah menyelesaikan sebuah sawah. Lalu dilanjutkan, boleh mencari rumah.

Ketujuh, cara mencari rumah, gaco yang ada di telapak tangan dilempar untuk diletakkan di punggung tangan. Kalau tidak berhasil dikatakan mati, dan harus memberikan kesempatan kepada anak giliran berikutnya. 

Kalau berhasil harus membawa gaco di punggung tangan untuk melakukan lompat engklek 1 balikan. Kalau tidak berhasil, lagi-lagi dikatakan mati. 

Harus menyerahkan kesempatan kepada anak giliran berikutnya. Kalau berhasil, lempar gaco ke bagian belakang. Jika jatuh dalam sebuah petak, akan memiliki rumah pada petak tersebut. 

Setelah diperhatikan dengn seksama, setiap petak hanya boleh diinjak dengan satu kaki. Tentunya selain tempat istirahat petak nomor 9. 

Kecuali telah berhasil memiliki rumah, boleh menginjak rumah milik sendiri dengan 2 kaki. Tetapi rumah milik orang lain tidak boleh diinjak, harus dilompati. 

Bagi nini harus melompati rumah orang adalah yang tersulit. Bagi Laras melempar ke bagian belakang saat mencari rumah adalah yang tersulit. Karena Laras terburu-buru ingin menengok ke belakang sebelum gaco jatuh. 

Pemenang permainan engklek adalah yang memiliki rumah paling banyak. 

Manfaat Permainan Engklek?

Selain sebagai permainan yang sangat menggembirakan, permainan engklek sangat bagus sebagai permainan edukasi untuk anak-anak. 

  1. Supaya sehat, dengan adanya gerakan melompat-lompat.
  2. Melatih keseimbangan dengan melompat menggunakan satu kaki.
  3. Belajar menghitung maju dari 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan mundur dari 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1.
  4. Melatih ketepatan melempar gaco.
  5. Melatih kesabaran, setiap gaco maju selangkah harus melakukan engklek 1 balikan.
  6. Mengakui kegagalan dengan adanya mati.
  7. Belajar menunggu kesempatan dan giliran.
  8. Merasakan sulitnya memiliki rumah.
  9. Tidak boleh sembarangan di rumah orang lain.
  10. Rumah sendiri merupakan tempat istirahat yang nyaman, boleh berdiri atas dua kaki.

Kebetulan saat ini orang tua Laras baru memiliki rumah di Alamanda, maksudnya komplek Alamanda, Bandung.

"Lebih susah cari rumah di sini ya nini, daripada ayah dan ibu mencari rumah di Alamanda," kata Laras

"Hehehe," nini tertawa sambil mengusap rambut Laras dengan rasa sayang.

Bumi Matkita,

Bandung, 28/11/2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun