Bimbingan belajar di rumah, disebut dengan "les" yang sepertinya diambil dari kata bahasa Belanda.Â
Kegiatan les yang diselenggarakan nini, lebih menitikberatkan agar siswa bisa mengerti pelajaran yang diajarkan oleh guru di kelas.Â
Jadi kebanyakan siswa-siswinya adalah anak-anak yang tadinya tidak bisa menjadi bisa. Bukan anak-anak yang mengejar agar menjadi juara kelas.
Hal ini pula yang dilakukan nini kepada Laras. Nini mengajarkan kepada Laras untuk berusaha mengerti apa yang dikatakan gurunya.Â
Walaupun program pendidikan sekarang katanya lebih memberikan kemerdekaan, nini masih melihat hadirnya guru di kelas bagi anak-anak seumuran Laras adalah untuk "digugu dan ditiru". Â
Bermain dan Belajar
Nini baru melihat, walaupun ikut kelas daring di Kinderfield, Bandung, Laras juga banyak menambah keterampilan bermain dari guru.Â
Bukan hanya permainan dalam bentuk daring, ada permainan dalam bentuk menggerakkan fisik yang tak kalah seru.Â
Awalnya nini heran, untuk apa pihak Kinderfield memberikan potongan kertas koran. Ternyata potongan tersebut bisa membentuk sebuah pola, yang bila diletakkan di lantai menjadi permainan "hopscotch" yang kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia "main jingkat".
Laras belajar main jingkat dengan mengikuti instruksi dan contoh yang diberikan oleh guru,  yang bisa didengar dan dilihat melalui  ipad.Â
"One leg, two legs."Â
Sambil memperhatikan gerakan Laras yang gembira dan melakukan berulang-ulang, nini jadi ingat sebuah permainan yang sangat populer pada masa nini masih kecil.