Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menghadapi Usia 25 dengan Tangis dan (25+10) dengan Tangguh, Bisakah?

19 Mei 2021   17:04 Diperbarui: 10 Maret 2022   08:55 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan PD. Sumbur gambar: Pixabay.

Dalam masalah usia, beda antara 25 dan (25+10). Secara rasional, adalah 10. Secara emosional adalah tangis dan tangguh.

Yara menyusuri jalan Dago, di kota kelahiran yang penuh kenangan indah Bandung. Pohon Damar yang berjajar rapi, merontokkan daun-daunnya sepanjang jalan. Ingin rasanya Yara duduk di bangku-bangku yang tersedia di trotoar. Tapi ingat saat ini pada masa pandemi covid-19, sebaiknya Yara segera pulang.

Dia terkenang Yardan, yang merupakan kekasihnya saat masa mahasiswa. Kalau masa itu sudah ada bangku-bangku di trotoar, pastilah mereka duduk-duduk sambil menikmati bekalnya. 

Yardan adalah mahasiswa dari jurusan matematika, merupakan seorang tempat dia menjatuhkan cintanya. Dia sendiri dari jurusan biologi. 

Sebagai mahasiswa yang datang merantau, Yardan tampak kurang berpunya. Tidak seperti dirinya yang mempunyai ayah yang tadinya juga perantau, dan sudah menjadi orang berpunya di kota Bandung.

Masa menjalin hubungan, dalam pembicaraan sehari-hari mereka tak pernah mempermasalahkan keberpunyaannya. Hanya saja kebiasaan Yardan yang sering tidur di ruang himpunan mahasiswa matematika (himatika) dan mandi di kamar mandi  (KM) umum di kampus seolah menunjukkan sebagai mahasiswa yang kurang. 

Beberapa kali wakil rektor bidang prasarana, ibu Irna, yang gemar melakukan sidak menangkap dan menegur Yardan. 

"Yardan, apakah ibu harus menggalang dana untuk mencari tempat kos buat kamu?"

"Hehehe," Yardan mencoba tertawa menahan rasa malu dan takut.

Ibu wakil rektor yang sangat cantik mengerutkan mulut agar hidungnya bisa menahan nafas, dan segera membuka jendela ruang himatika. Tangannya mengibas mengusir bau kurang sedap yang ditinggalkan Yardan.

Ibu Irna memang  kelewat rajin, tetapi untungnya tidak repot sendiri juga.

"Pak Parman tolong ruang himatika dibersihkan ya," perintahnya kepada seorang pembersih kampus yang ada di dekatnya. 

Tenaga pembersih kampus adalah tenaga outsourcing.  Mereka faham benar ibu wakil rektor bidang prasarana yang cantik inilah penentu perpanjangan kontrak kerja mereka.

Seluruh ruang harus bersih, sampai kinclong.

Yara dan Yardan menikmati desir angin dibawah rindangnya pohon rambutan yang ada di halaman rumah Yara. 

Ibunya menyuruh Yara menghidangkan sukun yang baru digoreng kepada Yardan. Sukun yang dipetik beberapa hari lalu dari halaman tempat mereka bercengkerama.

"Mau minum apa Yar? Tanya Yara kepada Yardan.

"Air putih saja Yang," jawab Yardan. 

Yardan sengaja memanggil Yara dengan Yang,  merupakan panggilan sayang terhadap seorang kekasih. Dan supaya tidak terjadi dobel Yar. 

Tahun berganti tahun, tiba saatnya Yara menyelesaikan S1 nya. Sedangkan Yardan masih berkutat dengan berbagai mata kuliah S1 dan kucing-kucingan dengan ibu Irna, wakil rektor yang cantik.

Suatu senja yang kelabu, saat ayah dan ibu ikut nimbrung mengobrol bersama Yara dan Yardan.  Dan menggunakan kesempatan untuk berbicara langsung kepada Yardan, bahwa sudah waktunya untuk lebih serius dalam hubungannya dengan Yara.

Ayah dan ibu hanya mencontoh saat mereka muda. Dengan usia yang sama 25 tahun, mereka menikah.

Lain bagi Yara dan Yardan, karena merasa adanya ketidak mapanan membuat Yardan mundur teratur. Ibunya berusaha membicarakan, bahwa bukan mapan dalam keuangan yang mereka harapkan. Tetapi adanya langkah-langkah yang menunjukkan keseriusan. Misalnya datangnya lamaran. 

"Benar Yang, aku tidak tahu harus melangkah ke mana," kata Yardan, "Dengan bu Irna saja aku masih kucing-kucingan yang bukan tanpa resiko diskors atau dikeluarkan."

"Memang amit-amit, jangan sampai," sambungnya lagi.

Tangis Yara tidak bisa menahan langkah mundur Yardan. Inilah yang dinamakan, putus hubungan dengan kekasih. Menjadi jomlo pada usia 25 tahun. Atau lebih tepat menjadi jomlo lagi.

Ibu Yara sebenarnya juga sedih. Tak menyangka dibalik kesederhanaan yang cenderung amburadul, Yardan memiliki harga diri yang tidak bisa ditawar.

Yardan tidak bersalah, sikap mundur diambil karena ada rambu-rambu yang baru dipasang pihak orang tua Yara. 

Sebuah rambu baru yang mengharuskan dia lebih hati-hati, dan merasa lebih baik merubah arah. Sebenarnya dari dulu dia sudah sangat berhat-hati, tiada kesalahan Yardan dalam menghadapi rambu-rambu percintaan secara umum.

Yardan hanya sedikit kacau dalam menghadapi rambu yang dipasang ibu Irna. Itu pun bukan karena ingin melawan, tetapi dia yakin negaranya tak akan sembarangan memutus mata rantai perjalanan pendidikan rakyatnya.

Tadinya sambil bekerja di bidangnya, bidang kesehatan di Jakarta, tanpa diketahui siapa-siapa Yara masih mengharap kehadiran Yardan. 

Bahkan ada kalanya menunggu datangnya Yardan lain, tentunya jika memungkinkan.

Tetapi kini pada usia (25+10), Yara sudah mengambil keputusan secara bulat untuk melaju sendiri. Tanpa harus menunggu siapa pun.

Dia enggan di rumah sering dititipi anak-anak dari 2 adik-adiknya yang sudah menikah sesuai harapan ayah ibu, yaitu pada usia 25 tahun. 

Yara merasa lebih ingin berkarya, dengan tangguh penuh percaya diri mengambil program doktor di kampusnya. Untung masih ada kesempatan untuk menekuni bidang tanaman empon-empon, yang konon bermanfaat untuk pandemi covid-19.

Hari ini, Yara pulang dari tes interview. Sengaja dia menikmati jalan kaki pergi dan pulang, dari rumah ke kampus dan ke rumah lagi. Dengan sedikit mengenang Yardan, sepanjang barisan pohon Damar yang masih tumbuh subur dengan kokoh sepanjang jalan Dago, Bandung.

Bumi Matkita, 

Bandung, 19/05/2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun