Sudah lebih dari setahun  hampir semua orang melakukan kegiatan secara online, daripada harus tatap muka. Hanya orang-orang tertentu, yang entah karena tidak bisa atau enggan menggunakan aplikasi belanja. Mereka melakukan kegiatan belanja tatap muka masa pandemi covid-19 , tetapi  dengan melaksanakan protokol kesehatan secara baik.Â
Alkisah Aqila, seorang ibu rumah tangga yang senang dan menikmati melakukan belanja dengan online. Berbeda dengan suaminya yang enggan menggunakan aplikasi belanja online.
Sebenarnya Qila, nama panggilan Aqila, tidak secara 100% belanja online. Dia masih belanja kepada tukang sayur dan tukang tahu langganan di komplek tempat tinggalnya.Â
Mang Diding tukang sayur yang melayani semua pelanggan dengan cara memesan sehari sebelumnya dengan aplikasi WA, begitu juga dengan mang Aben tukang tahu yang lucu dan ramah. Â
Walaupun melalui WA, tetapi saat mang Diding dan mang Aben mengantar pesanan harus tatap muka.Â
Untunglah kang Bidin suami Qila, tangkas belanja tatap muka dengan melaksanakan protokol kesehatan secara baik. Kang Bidin yang selalu menemui mang Diding atau mang Aben yang mengantar titipan Qila.
Tetapi ... tetapi saat ini Qila dan Bidin sedang berbeda pendapat dalam masalah online-online an ini.Â
Dalam masalah apa ya?
Mereka yang sudah lebih dari setahun tidak ada masalah dalam hal mau online atau tidak mau online, kok sekarang jadi ada acara beda pendapat segala.Â
"Aku pengin menggunakan aplikasi zakat online yang dibuat oleh Baznas itu lo pak," kata Qila kepada suaminya.
"Ah sebaiknya kita bayar zakat melaui masjid komplek saja," kata kang Bidin, "Kan bisa transfer juga kepada ibu RT, tidak usah mengantar ke rumah RT atau ke masjid."
"Cepat bu, isi formulir yang sudah diantar satpam ini," kata kang Bidin sambil menyerahkan formulir zakat yang sudah disemprot dengan disinfektan.Â
Dengan agak ogah-ogahan Qila mengambil formulir zakat yang diserahkan oleh suaminya.
"Formulirnya kok sudah lecek gini to pak," kata Qila, Â "Padahal aplikasi zakat di Baznas itu bagus."
"Lo ibu ini mau bayar zakat atau mau bangga-banggaan menggunakan aplikasi online yang bagus?" tanya kang Bidin terheran-heran.
Pada layanan Zakat online yang dibuat oleh Baznas, Muzaki yang wajib mambayar zakat harus memilih zakat yang akan dibayar. Maksudnya zakat fitrah, harta atau penghasilan. Untuk zakat  fitrah akan ditanyakan untuk berapa jiwa. Sesudah itu memasukkan data, berupa sapaan--nama--nomor hp--email.
"Lagian malu pak, kali ini kita hanya membayar zakat fitrah," kata Qila lagi, "Kan kosan kita sudah tutup, kita tidak bisa membayar zakat penghasilan."
"Lo..lo..lo ibu ini kok pakai malu segala, mestinya ibu bangga dan bersyukur," kata kang Bidin sambil memegang pundak istrinya, "Kita tidak sampai menjadi orang yang perlu diberi zakat."
Zakat merupakan harta yang disisihkan oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama, untuk diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan.Â
Aqila termenung sejenak, dia mencoba menghayati kata-kata suaminya, Sebenarnya Aqila tidak pernah mengeluh dengan berkurangnya pemasukan pada masa pandemi covid-19.Â
Cuman omongan tetangga itu lo, kadang-kadang nyelekit. Katanya Aqila sudah tidak sanggup ini, tidak sanggup itu.Â
Kang Bidin menjadi ikut sedih, melihat wajah Aqila yang seperti orang sangat bersedih hati. Dipeluknya istri yang telah dengan setia mendampingi dalam senang dan susah.
"Apa yang sebenarnya ibu pikirkan?" tanya kang Bidin
"Omongan tetangga terhadap zakat kita yang hanya sedikit , pak," jawabnya sambil tak bisa menahan tangisnya.
Kang Bidin lebih mempererat pelukannya, sambil mengelus punggung istrinya. Mengapa istrinya bisa sangat sedih menghadapi omongan tetangga tentang nominal zakat?
"Sudahlah bu jangan terlalu mendengarkan omongan tetangga," kata kang Bidin, "Kita membayar zakat melalui RT saja. "
Zakat mengikuti perintah Allah menjalankan rukun Islam yang ke-3, kecil atau besar ada aturannya dan sesuai dengan harta yang dimiliki.Â
Zakat akan lebih mendekatkan diri kepada Allah, yang membuat tak akan takut dengan omongan tetangga.
Zakat menyucikan harta kita, dengan adanya doa dari orang-orang yang menerima zakat.
Zakat juga penghapus dosa, dengan tidak banyak pikiran dan hanya fokus membayar zakat sesuai aturan.
"Sedikit atau banyak, zakat akan memenuhi kebutuhan hidup fakir miskin bu," kata kang Bidin, "Dan mengurangi kecemburuan sosial, ibu jangan malah merasa tertekan dengan omongan tetangga."
"Ya pak, terima kasih telah mengingatkan," balas Qila, "Dengan membayar zakat melalui RT berarti lebih bisa memberikan belas kasih kepada orang di sekitar sini ya pak."
"Zakat online tidak buruk, apalagi dalam masa pandemi covid-19," kata kang Bidin, "Alasan malu karena hanya membayar sedikit itulah yang buruk."
Aqila senyum-senyum malu sebenarnya, tapi dia yakin suaminya bukanlah orang yang senang mempermalukan apalagi terhadap istrinya.Â
Diambilnya bolpoin, dan kang Bidin segera mengisi formulir zakat dari masjid komplek yang dibagikan melalui RT. Anggota keluarga ada 2 orang, dan masjid komplek membuat aturan zakat fitrah dalam bentuk uang Rp 30000# per jiwa. Jadi zakat fitrah 2 x Rp 30000# = Rp 60000#. Dibulatkan denga Infaq atau Shodaqoh Rp 40000#. Dilengkapi dengan pernyataan mohon diterima uang sebanyak Rp 100000#
Setelah ditanda tangan oleh kang Bidin, Qila memotret formulir tersebut. Kemudian foto dikirim ke WA bu RT, dan uang ditransfer ke rekening bu RT. Sekedar untuk diketahui RT di komplek kami adalah seorang perempuan, bu RT.
"Online juga kan," kata kang Bidin.
"Ya tapi tidak sebagus aplikasi yang dibuat oleh Baznas," kata Qila.
"Wah itu lagi, nanti nagis lagi," kata Bidin agak menggoda.Â
Aqila menggelayutkan tangannya ke pundak suami, "Alhamdulihhah zakat sudah beres, ayo nonton acara 1 tahun meninggalnya Didi Kempot di Kompas TV. Mereka berdua duduk di depan TV--
Bumi Matkita,
Bandung, 06/05/2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H