Wah ... kunci semua jalur-jalur pemborosan. Hemat tidak berarti pelit. Hemat itu membeli yang perlu, bukan yang mau. Pelit itu membeli yang perlu pun tidak mau.
Ujung-ujungnya pelit malah menjadikan boros. Tidak mau beli yang perlu, malahan beli yang tidak-tidak dan biasanya ngumpet-ngumpet dari keluarga.
Apakah beli yang perlu itu?
Beli sesuatu yang bisa membuat sehat, baik diri sendiri, atau pun keluarga. Beli yang bisa membuat bahagia, baik diri sendiri atau pun keluarga. Misalnya dalam hal membeli rumah, lebih baik yang sederhana di daerah baik yang tidak banjir dan lain-lain yang tidak merugikan. Daripada kontrak rumah bagus, tetapi bukan milik sendiri.Â
Dalam hal menghemat, janganlah lupa untuk membayar yang wajib terlebih dahulu. Misalnya internet-listrik-air-iuran satpam dan lain-lain, dibandingkan dengan membeli barang-barang konsumtif dengan alasan teman juga punya.Â
Ramadan pada masa pandemi covid-19, memiliki kebiasaan hemat tetapi sehat harus menjadi prioritas utama.Â
Kreatif.
Sifat kreatif sebaiknya dikembangkan sejak kecil. Dimulai dengan rasa ingin tahu yang besar, yang harus dijawab oleh ayah-ibu-guru dan orang dewasa yang baik disekitarnya.
Kreativitas akan sangat bermanfaat sejak masa sekolah, bekerja, juga pensiun. Tanpa memiliki sifat kreatif, hidup terasa hambar dan membosankan. Dan akan mudah terajak oleh orang lain ke jalan tidak benar.
Kreativitas bisa disalurkan dalam mengerjakan tugas di sekolah dan di kantor. Juga bisa tersalurkkan dengan berkebun di rumah. Memasak dan membuat kue juga bisa menjadi ajang kreativitas. Menulis di Kompasiana juga salah satu tempat penyaluran kreativitas yang penuh manfaat.