Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Logika dan Payung

30 Maret 2021   20:04 Diperbarui: 5 April 2021   13:56 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain Payung. Sumber Gambar : Pixabay.

Lu Ban kasihan melihat istrinya yang juga mencintai suami, hingga basah kuyup saat mengantar makanan kepada suami yang sedang bekerja. Saat  melihat anak-anak kehujanan berpayung daun bunga teratai. Terpikirlah Lu Ban untuk membuat payung, bagi istrinya.

Payung yang tangkainya terbuat dari kayu, dan daun dari kertas yang dilapis lilin. Terciptalah payung pertama sebagai pelindung hujan, yang dikenal dengan nama umbrella diambil dari kata umbra. Umbra dimaksudkan sebagai bayangan untuk manusia berlindung dari panas dan hujan.

Diawali dengan rasa sayang kepada seorang istri, payung dibuat dengan desain indah dan warna-warni yang menarik. Sehingga pada abad ke 16, payung sangat terkenal di dunia. Selain sebagai alat pelindung panas dan hujan, juga merupakan pelengkap fesyen bagi perempuan. 

"Aku jadi pengin memberikan suvenir payung  pada hari pernikahan kita nanti mas," kata Chandra.

"Iya, apalagi katanya  pada abad 18, penulis Persia Jonas Hanway  dengan percaya diri menggunakan payung di depan umum," kata Bagas, "Dan sejak saat itu, para laki-laki mulai banyak yang menggunakan payung. Desain payung mulai banyak yang cocok untuk laki-laki, macho dalam bahan dan warna."

"Wah, harus jadi pertimbangan dalam mendesain payung untuk suvenir pernikahan kita nanti."

"Payung juga ada manfaat untuk logika lo mas," sambung Chandra lagi. 

"Maksudnya?" tanya Bagas terheran-heran.

"Itu dalam logika implikasi, untuk menentukan kebenaran pernyataan jika pernyataan 1 --> maka pernyataan 2."

"Maksudnya apa? tanya Bagas makin bingung, tidak mengerti.

"Begini," kata Candra berusaha memberikan penjelasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun