Betapa bahagia mendendang lagu dalam ulang tahun pernikahan yang ke 56.
Kebersamaan yang penuh perjuangan sangat mengagumkan.
Semua aral melintang dibuat porak poranda.
Diterjang badai kebersamaan dan gelombang saling cinta.
*****
Undangan merangkai kata untuk buku kenangan.
Aku terima dengan tangan terbuka dan hati penuh gejolak gembira.
Sayangnya aku hanya pujangga abal-abal dengan irama naik turun.
Bahkan terkadang sumbang tak bernada.
*****
Mencoba mengikuti panutan diri yang sangat jauh dari jangkauan jemari.
Ajarkan jiwa ini tetap bisa meluncur untuk  dalam menata jejak.
Yang telah jelas tampak  karena semak melintang telah terhalau.
Dengan contoh-contoh bijak yang ingin aku ikuti ... tetapi sering tersendat.
*****
Gerimis senja menggugah rindu yang penuh dendam.
Bisa menapaki jalan seperti yang ada bekas-bekas langkah.
Malam hampir tiba di ujung jalan penuh kerikil tajam.
Bilakah aku dapat membuat rata seperti seindah jalan raya.
*****
Puisi ini mengiringi angin yang ditiup sang bayu.
Membelai aneka beberhasilan yang telah tergapai.
Bersama bisikan sayup-sayup dengan irama merah merona.
Selamat dan selamat atas perjalanan pernikahan selama 56 tahun.
Bumi Matkita,
Bandung 14/01/2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H