"Mengapa pelangi berwarna-warni Ni?" Tanya Laras.
"Sinar yang berwarna putih yang datang dari udara yang menumbuk prisma kristal, selain mengalami pembelokan juga mengalami penguraian warna," jawab Nini.
"Me-ji-ku-hi-bi-ni-u!" kata Laras dengan cepat.
"Apa itu?" tanya nini.
"Merah-jingga-kuning-hijau-biri-nila-ungu!" balas Laras dengan lebih cepat dan yakin.
"Wah, cucu nini sudah pintar," puji nini.
Sinar matahari yang berwarna putih bersifat polikromatik, gabugan dari beberapa cahaya dengan panjang gelombang berbeda. Warna-warna yang dapat dilihat dengan mata seorang manusia adalah merah-jingga-kuning-hijau-biri-nila-ungu, yang masing masing mempunyai panjang gelombang yang berbeda.Â
Matematikawan dan fisikawan Belanda Christiaan Huygens menemukan sinar matahari yang putih dibiaskan dan diuraikan menjadi berwarna-warni merah-jingga-kuning-hijau-biri-nila-ungu.
Sudut datang sinar matahari yang datang dan sudut bias sinar dengan warna me-ji-ku-hi-bi-ni-u berbanding lurus dengan panjang gelombang sinar datang dan panjang gelombang sinar me-ji-ku-hi-bi-ni-u yang tampak pada langit biru.
"Ni, katanya adik Zaina juga pernah melihat pelangi pada dinding rumah seberangnya," kata Laras sambil bertanya, "Apakah di Jepang pelangi di dinding?"
"Tentu tidak," jawab nini, "Kejadian yang dilihat Zaina adalah peristiwa pembiasan dan penguraian sinar seperti penelitian Snellius dan Huygens, yang terjadi di rumah seberang."
"Mungkin kaca pintu atau jendela rumah seberang apato Zaina berbentuk prisma ya Ni?" tanya Laras lagi, cucu nini yang selalu ingin tahu.