Pandemi Covid-19 sedang melanda dunia. Bagai badai membuyarkan semua angan. Tak pandang bulu. Siapa pun bisa diterpa. Di mana-mana terguncang, baik fisik maupun ekonomi. Bilakah akan berlalu? Apakah empat, lima, enam, tujuh bulan? Atau satu, dua, tiga, empat tahun yang akan datang?Â
Guncangan fisik dengan serangan virus corona, biang pandemi covid-19. Penanggulangannya memerlukan cara yang berliku-liku pelik dan biaya yang sangat mahal. Guncangan ini menyebabkan aneka kepanikan yang berakibat terjadinya guncangan ekonomi juga.Â
Bisnis terhenti. PHK dimana-mana. Bantuan sosial (bansos) harus digulirkan. Lagi-lagi harus bertanya, bilakah akan berlalu? Â Tidak ada yang tahu. Ketidakpastian yang bisa membuat putus asa. Mari kencangkan 3 simpul diri, agar pandemi tak membuat hancur lebur.
Cukup tiga, yang merupakan syarat minimal untuk mendapatkan stabilitas dalam sebuah konstruksi. Mari-marilah kencangkan 3 simpul diri, pada masa baik masih berperang ataupun sesudah berdamai dengan covid-19.
Simpul-simpul apakah?
1. Simpul Tubuh. Simpul tubuh harus dikencangkan dengan terpenuhinya 3 kebutuhan primer, yaitu sandang, pangan dan papan.
- Setiap manusia harus bersandang. Sandang adalah pakaian untuk melindungi tubuh sebagai mahkluk berbudaya. Sandang tak harus mahal. Tapi cukup yang sopan sesuai budaya Indonesia dan nyaman untuk dikenakan di berbagai acara.Â
- Pangan dibutuhkan baik secara kuantitatif atau pun kualitatif, disesuaikan dengan umur atau situasi khusus. Pangan dengan pola Pedoman Gizi Sempurna (PGS) akan meningkatkan daya imun, ditambah vitamin C dengan dosis sesuai aturan membuat tubuh terhindar dari sasaran virus corona.Â
- Papan adalah pelindung tubuh dari  hujan, angin, panas, pagi, siang dan malam. Papan atau rumah dibutuhkan setiap manusia untuk tinggal bersama keluarga. Masing-masing bisa memenuhi kebutuhan rumah dengan sewa, kontrak atau memiliki. Pemenuhan kebutuhan rumah di Indonesia yang sebaiknya adalah memiliki rumah, untuk mewujukan stabilitas ekonomi masing-masing keluarga.
2. Simpul Jiwa. Simpul jiwa juga harus dikencangkan, karena jiwa adalah akar kehidupan. Jiwa tak boleh memiliki tekanan, harus cerdas berperilaku mencari rasa yang memberikan keamanan bagi kehidupan. Kencangkan simpul jiwa dengan rasa cinta, persahabatan dan mudah memaafkan.Â
- Cinta adalah suatu rasa yang indah, abadi dan tak bisa diumbar. Cinta akan abadi, hanya maut yang akan memisahkan. Cinta kepada Allah, orang tua, suami/istri, anak.
- Persahabatan merupakan rasa yang indah juga. Walaupun tidak untuk diumbar juga, tetapi tidak abadi. Persahabatan yang hanya sebentar itu biasa. Mungkin karena sedang sekelas. Begitu pindah kelas, lupa dan punya sahabat baru yang sekelas lagi. Walau sebentar, rasa persahabatan menjauhkan dari khianat.Â
- Mudah memaafkan adalah rasa yang harus disyukuri. Sebuah rasa yang indah yang sulit dilaksanakan. Â Bila mudah memaafkan, akan mudah memiliki rasa cinta dan persahabatan juga. Mudah memiliki empati, yang diikuti dengan gotong royong.
Seperti pepatah pujangga Romawi Decimus Iunius Juvenalis yang sering dikatakan kepada orang yang seimbang dalam perkembangan tubuh dan jiwanya. Biasanya sebutan untuk seorang juara, untuk seorang pemenang.
Men Sana In Corpore Sano
Dalam Tubuh yang Kuat Terdapat Jiwa yang Sehat
Tapi belum cukup untuk menunjang stabilitas ekonomi. Apalagi pada saat adanya pandemi covid-19.Â
Dalam tubuh yang kuat Terdapat Jiwa yang Sehat
Lengkapi dengan Akhlak yang Terpuji
Sungguh pandemi covid-19 membawa badai dahsyat. Yang menyebabkan adanya ketidakpastian panjang. PSBB di beberapa daerah. Banyak bisnis  terhenti. PHK dimana-mana.Â
Kepanikan menyebabkan adanya yang borong masker, borong vitamin, borong empon-empon. Harga menjadi tak terkendali. Kalau ada yang mengatakan tinja kucing bisa menyembuhkan covid-19, pastilah akan diborong juga.
Sebaliknya harga minyak merosot. Adanya PSBB membuat konsumsi energi menurun.Â
3. Simpul Akhlak. Kalaulah sejak awal simpul akhlak dikencangkan sebagai landasan hidup, pastilah harga-harga senantiasa terkendali. Belum terlambat, bisa dimulai dari sekarang.Â
Marilah mulai dari sekarang dan seterusnya, cerdas berperilaku menciptakan sistem stabilitas ekonomi yang tahan guncangan pandemi. Ada 3 akhlak  yang harus disimpul sebagai penopang makroprudensial aman terjaga.Â
- Hemat adalah salah satu jalan termudah untuk menjaga stabilitas ekonomi. Beli barang harus sesuai keperluan, jangan asal mau tapi belum tentu diperlukan. Selalu berhati-hati sekarang banyak cara untuk menggoda seseorang untuk terus dan terus membeli. Misalnya dengan adanya promo. Atau panik, main borong takut kehabisan. Bahkan pemerintah juga telah melakukan penghematan dalam menghadapi pandemi covid-19. Pemerintah melakukan realokasi anggaran kementrian,Â
- Memanfaatkan yang ada sebagai lanjutan dari penghematan. Sebagai contoh penghematan dalam pembuatan masker, dengan menggunakan kain batik sisa pembuatan seragam pernikahan anak. Dalam skala pemerintah, pemanfaatan lahan di negara Indonesia sangat baik untuk pertanian atau perkebunan. Juga pemanfaatan tenaga kerja dibawah 45 tahun yang terkena PHK, sangat potensial untuk bertani dan berkebun, dengan menggunakan dana bansos sebagai upah. Tenaga kerja Indonesia tidak selalu harus bekerja di kota, lalu terkena PHK. Â Lautan Indonesia yang luas, nenek moyang yang pelaut juga merupakan tempat bagi ABK Indonesia berkarya di negara sendiri. Mereka tidak harus pergi ke negara lain, yang kontraknya habis di saat ada pandemi. Larangan mudik atau pulang kampung tidak akan menjadi masalah yang kontroversial.
- Jangan menambah utang adalah jalan yang tersulit. Matematikawan India Brahmagupta (598-670 Masehi) menggambarkan bilangan negatif sebagai utang dan bilangan positif sebagai keberuntungan. Jadi jelas! Utang adalah negatif, sifat tidak baik. Memang sangat sulit jadi orang tidak pernah utang. Utang yang sering ditawarkan dalam bentuk lain adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Boleh untuk mengambil KPR bagi yang belum punya rumah. Biasanya melalui bank, dengan syarat  yang sudah ditentukan oleh pihak bank. Sebaiknya KPR tidak dilakukan bagi yang sudah memiliki rumah. Juga jangan menambah utang lagi apabila masih mempunyai utang. Jadikan bilangan negatif menjadi nol terlebih dahulu. Bagaimana dengan Surat Utang Negara (SUN)? Namanya utang, ya tentunya negatif. Saat ini, saat pandemi covid-19 melanda dunia dan juga melanda Indonesia. Indonesia sedang membahas, mau utang atau mau cetak uang baru. Plis... Plis ... jangan lakukan. Utang adalah negatif. Lakukan pemanfaatan yang ada. Ada tanah air Indonesia yang luas. Ada tenaga kerja Indonesia yang saat ini terkena PHK. Tetapi... tetapi jangan melakukan cetak uang juga. Bisa terjadi inflasi.
Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo, yang memiliki panggilan akrab Jokowi telah  mengajak masyarakat Indonesia hidup damai dengan corona hingga vaksin ditemukan.Â
Ajakan itu disampaikan melalui video yang diunggah Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden pada tanggal 7 Mei 2020. Damai tidak berarti menyerah, tetapi hidup damai dengan penyesuaian baru.
Perdamaian demi perkembangan ekonomi  akibat ketidakpastian panjang pandemi covid-19. Marilah sambut erat ajakan damai dengan mengencangkan 3 simpul diri.
Bumi Matkita,
Bandung, 16/05/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H