Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dear Presiden Jokowi

8 Mei 2020   12:08 Diperbarui: 8 Mei 2020   14:27 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pixabay-geralt

Walaupun virus yang usil pada pandemi covid-19 dan pandemi polio adalah virus yang berbeda, virus corona dan virus polio. Tetapi gejala awal orang yang terpapar secara positif pada umumnya hampir sama. Demam, seperti flu, batuk, sesak nafas dan tidak enak badan, walaupun sekarang pada pandemi covid-19 ada yang positif tetapi OTG, Orang Tanpa Gejala. Dulu, kata almarhum orang tua, saya juga mengalami demam dan seperti flu. Entah mengapa dulu sakit saya dikatakan  akibat  panas terus disuntik.  

Saya baru mengetahui bahwa saya terpapar pandemi polio dari dokter kandungan saat saya mengandung anak yang pertama. Beliau melihat tahun kelahiran saya pada catatan medis yang ada dalam genggamannya, dan mengajukan sedikit pertanyaan. Dan beliau mengatakan, bahwa saya terpapar virus polio pada saat ada pandemi polio 1950. Saya saat itu masih balita, sehingga saya belum bisa merasakan suasana pandemi polio tersebut.

Pada pandemi Covid-19 yang dimulai di Wuhan kebanyakan, virus corona menyerang orang tua yang berakibat meninggal dunia. Tetapi sekarang saat sudah menjadi pandemi dunia, banyak juga menyerang orang muda. Seperti dikatakan oleh Jubir Pemerintah untuk Covid-19, dr. Ahmad Yurianto, pasien positif terbanyak pada rentang 30-59 tahun. Sekarang angka kesembuhan sudah lebih besar daripada angka kematian. 

Sedangkan pandemi polio kebanyakan menyerang balita, kebanyakan sembuh dengan mengalami kelumpuhan anggota tubuh. Saya mengalami kelumpuhan pada kaki kiri. Apabila polio menyerang orang tua, kebanyakan berakhir dengan kematian juga.

Dear pak Jokowi, 

Menurut jubir pemerintah untuk covid-19 lagi, virus corona penyebab covid-19 mempunyai daya penularan yang sangat cepat. Karena inangnya manusia, maka untuk memutus mata rantai penularan diperlukan tindakan-tindakan berikut.

Cuci tangan.

Jaga jarak.

Di rumah saja.

Tingkatkan imun.

Gunakan masker.

Seperti yang sudah pernah saya tuliskan di Kompasiana, Merajut Cinta untuk Menghadapi Covid-19. Semua tindakan itu menyebabkan kegiatan-kegiatan work from home (WFH), belajar di rumah dan beribadah di rumah. 

Virus polio juga mempunyai daya penularan yang tak kalah cepat. Inangnya yang manusia juga menyebabkan sulitnya menanggulangi penyakit polio. Kemarin saya tanya teman almarhum ibu yang juga merasakan suasana pandemi polio 1950. Katanya pandemi covid-19 lebih jahat daripada pandemi polio. Saat pandemi polio, kantor-kantor dan sekolah-sekolah tetap melakukan kegiatan biasa. Gereja ditutup. Mesjid saat itu belum terlalu banyak. Umat Islam yang melakukan ibadah berjamaah di mesjid juga belum banyak. Gedung buoskop dan kolam renang yang saat itu merupakan tempat hiburan yang banyak dikunjungi, juga ditutup.

Menurut saya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang bapak selenggarakan adalah baik. Pembatasan kegiatan mana yang masih boleh beroperasi, dan pembatasan kegiatan mana yang harus berhenti beroperasi selama PSBB. Ditolaknya usulan penghentian kereta rel listrik (KRL) oleh Menteri Perhubungan Ad Interin bisa dimengerti, karena KRL masih diperlukan oleh pekerja yang kegiatannya masih boleh beroperasi selama PSBB. Hanya saja ada pembatasan, misalnya duduk berjauhan, menggunakan masker.

Saya teringat kata almarhum ayah, saya mengalami demam saat pulang dari bepergian menggunakan kereta api (KA). Jadi adanya kepala daerah di Jabar dan Gubernur DKI Anies Baswedan meminta penghentian KRL  selama PSBB bisa dimengerti juga, karena tampaknya KA dan kendaraan umum lain memang  merupakan sumber penularan.  

Dear pak Jokowi,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun