Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Semoga keselamatan menyertai bapak, juga rahmat dan berkah Allah,
Beberapa hari lalu saya menonton acara Mata Najwa di TV ONE. Acara yang merupakan wawancara Najwa Shihab dengan tokoh-tokoh di Indonesia. Pada tanggal 20 April Najwa Shihab yang kerap dipanggil dengan mbak Nana, melakukan wawancara dengan bapak, tokoh nomor 1 di Indonesia  Presiden Joko Widodo. Dengan judul Jokowi Diuji Pandemi. Jokowi adalah nama panggilan panggilan bapak. Saya juga akrab menyebut dengan Jokowi.
Saya sangat tertarik saat Mata Najwa  memasuki sesi,Â
"Kapan negeri ini akan kembali normal. Kapan kita bisa kembali beraktifitas seperti biasa. Kapan puncak pandemi terjadi dan melandai. Jika pandemi ini adalah ujian, kapan bangsa ini akan bisa lulus dari ujian."
Seperti biasa, bapak  memberikan jawaban yang sangat menarik,Â
"Mbak Nana, setiap hari masuk ke saya itungan-itungan kapan puncaknya dan kapan akan turun. Itungan- itungan dan model matematis yang berbeda-beda. Ada yang menyampaikan disitu, minggu ke dua April sudah puncak dan akan turun. Ada yang minggu terakhir April, ada yang awal Mei, ada yang pertengahan Mei, ada yang akhir Mei dan ada yang Juni. Berbeda-beda semua, karena tadi..."
sesuatu yang bapak katakan pada awal acara,
Virus Corona ini barang baru, covid-19 ini barang baru yang itungannya menurut saya bisa dihitung dengan cara yang berbeda-beda dan hasil yang berbeda-beda. Kalau ditanya ke saya, saya ingin optimis, saya ingin optimis, bulan Juli sudah masuk pada posisi ringan."Â
setelah ada sedikit komentar dari Najwa Shihab, bapak melanjutkan,Â
"Tetapi dengan catatan masyarakat memiliki kedisiplinan yang kuat. "
Dear Pak Jokowi,
Dengan bapak katakan banyak itungan-itungan yang masuk, bolehlah saya ikut memasukkan pandangan tentang covid-19. Saya seorang ibu, bahkan seorang nenek yang masih ingin menulis. Melalui Kompasiana, saya memberanikan diri menulis sepucuk surat untuk bapak.Â
Saya selalu ingin membandingkan pandemi covid-19 sekarang dengan pandemi polio yang terjadi pada tahun 1950. Tentu saja ada alasan yang kuat, kenapa saya selalu ingin membandingkan dengan pandemi polio. Kerena saya adalah korban pandemi polio. Kalau menggunakan istilah-istilah yang di gunakan pada pandemi covid-19 sekarang, saya adalah PDP positif pada pandemi polio yang berhasil disembuhkan.
Dear pak Jokowi,