Mohon tunggu...
susi respati setyorini
susi respati setyorini Mohon Tunggu... Guru - penulis

Pengajar yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Cokelat dan Arloji

7 Juli 2020   15:20 Diperbarui: 12 Juli 2020   05:13 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cokelat dan Arloji adalah novel solo saya yang berkisah tentang perjalanan masa lalu. Pasti semua kita memiliki masa yang lampau dan kita sebut masa lalu bukan? Bagaimana perjalanannya? Mudahkah?

Blurb

Cinta adalah larik kehidupan yang pasti pernah dienyam setiap insan. Tak peduli manis seperti cokelat hangat atau pahit laksana kopi.

Namun, jarum panjang dan pendek pada arloji layaknya pengingat waktu bahwa siapa pun manusianya akan berunah.

Detikan bisa menjadi masa lalu. Apakah perlu diperjuangkan untuk kembali hadir di masa kini?

Prolog

Kata orang kesempurnaan tidak datang begitu saja, melainkan diupayakan. Aku setuju. Seperti secangkir cokelat hangat di depanku ini. Entah mengapa hanya di sini terasa enak dan pas di lidahku.

Sore itu berawan, keteduhan membuat aku betah berlama-lama di kafe itu. Tak terasa sudah dua jam aku menikmati cokelat---yang tak lagi hangat tentunya---bersama Pintu Terlarang-nya Sekar Ayu Asmara. Novel yang sudah lama aku beli, tetapi baru sempat kubaca.

Melihat awan semakin pekat, aku berpikir hujan akan turun beberapa saat lagi. Aku pun meraih cangkir yang masih berisi dua tiga tegukan lagi. Sialnya ....

"Woi! Jangan lari!"

Teriakan itu terdengar dekat di belakangku. Belum sempat menoleh, seseorang menabrakku, memuntahkan isi cangkir, dan meninggalkan kegaduhan sesaat.

"Aww ...."

Aku mengaduh. Kesal. Bukan karena cokelatku yang tumpah membasahi novel, ponsel, dan tas jinjingku, tetapi tabrakan itu membuatku nyeri.

"Ma-maaf."

"Jalan ati-ati, dong. Basah, nih!"

"Maaf. Sekali lagi maaf. Saya buru-buru."

Pria tinggi berbadan tegap, bicara terburu-buru. Bersembunyi di balik kaca mata hitamnya, ia berucap maaf dan langsung kabur. Cepat sekali dia menghilang sebelum aku sempat menuntutnya atas tindakan membuang tegukan cokelat terakhirku.

Aku berharap bisa menemukannya lagi, lalu memintanya ganti rugi!

Part berikutnya

https://www.kompasiana.com/rinisusi/5f04ab63d541df3b0e510204/cokelat-dan-arloji

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun