Aku meletakkan mangkuk yang masih berisi bubur kacang hijau ke atas meja. Aku lebih tertarik mendengarkan cerita Galuh tentang gadis kecil anak Lek Darmi.
Galuh masih diam belum juga memulai ceritanya. Sementara aku sudah didera rasa penasaran.
"Kamu yakin mau dengar cerita tentang Rara?"
Kedua alisku bertaut, tapi kuanggukkan juga kepalaku.
"Rara itu anaknya Lek Darmi yang paling kecil. Dia terlahir bisu tuli. Dia tak pernah sekolah," papar Galuh.
"Jadi sehari-hari?"
"Bermain."
"Main dengan siapa?"
"Boneka Panda miliknya."
Aku terhenyak. Masih jelas kuingat, gadis kecil itu berpenampilan kumal, kepangan rambutnya acak-acakan. Dan yang lebih miris lagi, dia menggendong boneka Panda yang telinganya hilang sebelah. Warna bonekanya pun tidak bisa disebut bersih.
"Ra ...," panggil Galuh.