Aku memalingkan pandanganku ke arah rumah, tepatnya kamar depan. Bersinar? Ah, mungkin hanya pantulan sinar bulan kala malam.
"Kak, saya pamit, ya." Tanpa menunggu jawabanku Mulia sudah pergi, dengan membawa motornya melaju kencang. Aku menggelengkan kepala melihat polahnya yang ketakutan dengan ceritanya sendiri.
Aku melangkah masuk ke halaman dan merogoh saku tas untuk mencari kunci rumah.
Hari mulai gelap, sepertinya aku harus bergegas masuk dan membereskan rumah. Aku masih mencari kunci rumah yang aku masukkan di saku tas bagian dalam. Aneh! Kenapa kunci itu tidak ada? Aku masih ingat memasukkannya dalam tas sebelum berangkat pagi tadi.
Aku menghela naoas sambil terus mengingat di mana aku meletakkan kunci rumah.
"Kamu cari ini?" tiba-tiba seseorang mengejutkan aku sambil mengukurkan sebuah kunci.
Aku terperanjat hampir melompat melihatnya. Kehadirannya tanpa kusadari. Lelaki brewokan berkulit gelap masih enunggu uluran kunci darinya kuterima.
"Kamu siapa? Dari mana kamu dapatkan kunci ini?" selidikku.
"Kamu menjatuhkannya di depan pagar, waktu kamu membayar ojek," jawabnya.
Aku tertegun sambil mengingat kejadian tadi. Apa benar kunci rumah aku masukkan saku jaketku? Bukannya aku jelas menyimpannya dalam saku tasku?
Aku masih belum yakin aku menjatuhkan kunciku, tapi bukan saatnya aku berlama-lama di depan rumah sementara senja sudah mulai menyapa mega.
"Kamu datang terlalu malam. Biar aku bantu membersihkan rumahmu," katanya datar. Dia lalu masuk ke rumah tanpa meminta persetujuanku dulu. Aku masih ragu dengan membiarkan lelaki itu berada dalam rumah dan hanya berdua saja.
"Kamu tak perlu takut. Aku cuma mau menolongmu saja. Di sini tidak ada penginapan."
Aku masih bergeming. Tanpa bicara aku masuk dan meletakkan tas bawaanku di atas sofa bertutup kain.
"Kamu ...."
"Aku Galuh, aku tinggal di belakang rumahmu ini," potongnya seolah tahu maksud pertanyaanku.
Di belakang rumah? Bukankah belakang rumah adalah rumah Paman Basman? Aku berbicara sendiri sambil memperhatikan Galuh bekerja.
Dia membersihkan kamar dan membuka kain penutup kasur dan membersihkan sarang laba-laba di plafon kamar. Sekejap saja kamar bersih.
"Letakkan barangmu di kamar. Paling tidak kamu bisa istirahat malam ini," ujarnya tanpa menoleh ke arahku. Dia meneruskan menyapu.
Aku masuk ke kamar. Benar saja, kamar sudah bersih dan aku bisa tidur nyenyak malam ini.
"Aku pamit. Kalau kamu perlu aku, buka pintu belakang," katanya lagi.
"Terima kasih," kataku.
Aku melihat caranya berbicara dan menghindari tatapanku sedikit aneh. Lelaki misterius, bisikku. Setelah aku menutup dan mengunci pintu, aku kembali ke kamar.
Aku merebahkan tubuhku yang mulai kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang seharian ini.
Tanganku bergerak mencari ponsel di saku tas. Dan apa yang terambil bersama ponsel sungguh mengejutkanku.
Kunci! Ternyata kunci rumah ada di saku tasku.
#30dwcjilid14
#day3
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI