Mohon tunggu...
Rini Perwitasari
Rini Perwitasari Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Postgraduate Politics & International Studies, University of Bath

Politics, Language, International Studies

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mundurnya Belva Salah Jokowi?

22 April 2020   14:10 Diperbarui: 22 April 2020   14:11 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belva dan Presiden Jokowi Sumber: katadata.com

Hari ini (21/04/20) di instagram Belva Devara mengumumkan dirinya mundur dari Staf Khusus Presiden. Belva yang merupakan CEO Ruang Guru, sebelumnya menerima kritikan pedas dari publik terkait proyek Kartu Pra-Kerja yang mengindikasikan adanya conflict of interest. 

Dimana di proyek tersebut Belva diisukan mendapat proyek miliaran. Apakah dengan mundurnya Belva dari Stafsus Presiden tersebut juga akan diikuti dengan mundurnya Ruang Guru sebagai salah satu mitra Kartu Pra Kerja? Ah saya pesimis. Saya rasa pilihan mundurnya beliau dari Stafsus Presiden tidak lain karena masih ingin "mengamankan" proyek tersebut.

Belva adalah salah satu contoh Staf Khusus Presiden Milenial Presiden Jokowi yang merupakan seorang pebisnis. Setelah sebelumnya Andi Taufan selaku Stafsus Presiden dan CEO PT Amartha Mikro Fintek mengirim surat kepada para Camat se-Indonesia terkait pemberian akses khusus penanganan Covid-19. 

Ada juga Stafsus lainnya yaitu Putri Tanjung dengan Creativepreneur Event Creator dan Kreavi, serta Angkie Yudistia yang merupakan pendiri Thisable Enterprise. Belum lagi Stafsus Milenial lainnya yang sudah kaya raya dan memiliki bisnis bawah tanah lainnya.

Apakah Pak Jokowi sengaja mengangkat Staf Khusus Milenial khusus hanya dari kalangan pebisnis atau Entrepreneur? 

Karena menganggap tolak ukur kesuksesan anak muda sekarang hanya dari jumlah rekening gendut mereka, aset yang telah dimiliki sedari muda, kesuksesan start-up mereka?
Karena setau saya, jabatan Staf Khusus Presiden tidak sama halnya seperti jabatan Staf Khusus Ekonomi/Keuangan/Teknologi. Harapannya adalah Staf Khusus Milenial tersebut bisa memberi masukan terkait kebijakan dan politik pemerintahan era Pak Jokowi.
Kalau hanya masukan perihal entrepreneurship toh sudah ada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif beserta staf-staf khususnya. Entah Pak Jokowi ini sedang menyiapkan generasi penerus bangsa atau pebisnis bangsa?

Apakah Pak Jokowi merasa bangga dengan mengangkat mereka menjadi Staf Khusus, sehingga terkesan Pak Jokowi peduli terhadap kalangan muda, sehingga melupakan ada negara yang harus diurus? Ada kader bangsa yang melek politik yang harus disiapkan agar becus mengurus bangsa dan negara ini kedepannya? Bukan hanya sekedar menyiapkan "cukong-cukong baru".

Sejujurnya, sewaktu kampanye kemarin saya merasa BANGGA dan 100% mendukung Bapak karena Bapak memberikan kesempatan kepada para anak muda yang melek politik, bahkan ada beberapa diantaranya aktivis-aktivis muda sebagai jubir milenial bapak. 

Saya pikir Pak Jokowi tidak hanya keranjingan "start-up dan entrepreneurship" tetapi masih memikirkan aktivis muda sebagai kader penerus bangsa yang idealis dan tidak hanya memikirkan kerajaan bisnis.

Saya mengira Pak Jokowi juga akan memilih anak muda yang memiliki background pendidikan politik dan idealisme tinggi untuk turut serta memajukan Indonesia melalui kerja-kerja politiknya di Stafsus Milenial ehhhh malah yg dipilih pelaku bisnis untuk melakukan kerja-kerja politik???!!! Akhirnyaaaa yaaa seperti ini. 

Oke mereka keren pak. Bisa menghasilkan uang miliaran bahkan triliyunan di usia muda. WOW BUKAN. Tetapi sebagai pemimpin bangsa ini Bapak juga seharusnya memikirkan anak muda yang bisa membantu bapak memberi masukan perihal politik dan pemerintahan. 

Serta sudah harus memikirkan generasi penerus bangsa yg memiliki jiwa idealis dan nasionalis tinggi bukan malah sebaliknya mengambil "keuntungan" dari Negerinya!!!

Beginilah akibatnya kalau pebisnis diberi tanggungjawab urusan politik pemerintahan, karena yang dipikirkan hanya usaha usaha, cuan-cuan dan berujung kepada konflik kepentingan.

Namun rupanya mungkin Pak Jokowi beranggapan bahwa aktivis muda itu jadul alias ketinggalan zaman, gak keren, terlalu utopis, berbeda dengan para CEO-CEO raksasa start-up tersebut. Tapi melihat tabiat mereka yg terungkap ini (entah apakah ada yg belum terungkap????) Saya ngeri bila suatu saat kelak Bangsa dan Negara yg kaya raya ini dipimpin oleh mereka-mereka itu. Mau dibawa kemana Negeri tercinta ini???

Tetapi Bapak mungkin terlalu sibuk sehingga tidak memberi atensi lebih, dan hanya melihat anak-anak muda yang viral dengan start-up nya, dengan harapan anak muda akan melihat Bapak pro terhadap kalangan milenial. Namun nyatanya? 

Ketika mereka diberi tugas politik dan pemerintahan acapkali blunder yang mengakibatkan gejolak di pemerintahan dan protes masyarakat, sehingga kami pun mempertanyakan mekanisme atau preferensi Bapak dalam memilih Stafsus Milenial.

Pak Presiden Jokowi yg terhormat, sekali lagi saya ingin mengatakan bahwa Bangsa ini tidak kekurangan orang pintar namun kekurangan orang yang baik, jujur dan memiliki idealisme tinggi untuk memperjuangkan kemajuan Bangsa-nya bukan Perutnya. 

Selagi bapak masih menjabat ini alangkah baiknya persiapkan generasi-generasi yang baik, jujur dan memiliki idealisme tinggi. Beri ruang mereka sebesar-besarnya bukan malah memberi ruang bagi pebisnis untuk melakukan kerja-kerja politik yang hasilnya malah seperti ini.

Saya memang bukan siapa-siapa, tetapi selaku pendukung Bapak dan kader bangsa yang masih peduli terhadap masa depan bangsa ini, saya berharap Bapak bisa memilih Staf Khusus atau "pembisik" Bapak yang lebih sesuai dengan bidangnya, seorang aktivis muda melek politik bukan aktivis muda abal-abal, sehingga tidak lagi mencampur-adukan antara urusan pemerintahan dan bisnis.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun