Mohon tunggu...
Rini Marina
Rini Marina Mohon Tunggu... -

Saya Rini Marina, seorang guru di SMP Negeri 2 Kalitidu daerah kabupaten Bojonegoro. Selain mengajar saya juga aktif pada kegiatan sosial. Khususnya membantu para Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Selanjutnya mengembangkan pengolah limbah dan dijadikan nutrisi tanaman. Sehingga dapat meringankan biaya petani dalam bertanam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Waria Bukan Pilihanku

6 Januari 2018   05:01 Diperbarui: 6 Januari 2018   06:26 1367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya waktu yang dinanti telah tiba. Pagi hari selepas jalan pagi, ia bersiap-siap ke rumah sakit. Segenap jiwa raganya telah dipersiapkan. Hampir satu jam perjalananuntuk sampai ke rumah sakit. Sampailah ia di depan gerbang rumah sakit. Namun ia harus menuju tempat parkir terlebih dahulu. Darjan memasuki lorong rumah sakit. Sorot matanya mencari tempat duduk untuk menunggu.Pagi itu pasien sangat  membludak. Belum lagi pasien yang rawat inap. Keadaan yang sungguh menguji kesabarannya.

Tibalah giliran nama Darjan yang dipanggil oleh petugas. Beberapa saat ia diperiksa oleh dokter dan pergi ke lab. Pasien yang berada di sekelilingnya juga para ODHA. Hatinya serasa teriris sembilu. Pemandangan itu membuat ingatannya kembali pada masa lalu. Pikirannya melayang dan memikirkan dirinya saat itu. Dengan penuh rasa syukur ia menguatkan hatinya. Ternyata dirinya masih diberikan orang-orang yang menyayanginya.

Sambil menunggu hasil tes, Darjan ngobrol dengan para ODHA di sekitarnya. Masa lalunya yang kelam dibeberkan pada mereka. Mereka mendengarkan dengan penuh antusias. Darjan mulai berbagi pengalaman dengan mereka. Hingga mempertemukan herbal SRIAJI dengan mereka. Cukup lama mereka asyik bercerita, sampai lupa menunggu hasil tes. Tiga jam telah berlalu. Darjan kembali dipanggil oleh petugas. Dengan sigap ia masuk ke ruangan yang telah ditunjukkan petugas. Ia menahan perasaan gundah. Namun semua itu dapat dikendalikan.

Seorang dokter berkulit bersih, muda dan berparas ganteng  membuka amplop coklat. Bola matanya berbinar-binar melihat tulisan dari amplop itu. Melihat ekspresi wajah sang dokter, pikirannya menjadi tak menentu. Dengan suara hampir tak terdengar ia bertanya pada dokter.

"Bagaimana dengan hasil tes saya pak dokter?" tanya Darjan dengan penuh harapan.

Tiba-tiba saja dokter memberikan ucapan selamat dan bersalaman. Ia seakan tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya.

"Sekarang kamu sudah sehat dan lihat hasilnya. Kamu sudah non reaktif." Kata dokter pada Darjan.

Seketika itu juga ia melakukan sujud syukur. Darjan menangis bahagia atas kabar itu. Sangat disayangkan hasil rekam medisnya tak diberikan. Yang terpenting buat Darjan, sekarang dia sudah benar-benar sembuh.

Lembaran baru kehidupan keduanya dijalani dengan penuh makna. Ia selalu menggunakan waktunya dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat. Ia telah berbaur dengan masyrakat sekitar.

Aktivitas yang ada di desanya selalu diikutinya. Kini hari-hari yang dilaluinya tak lagi menyisakan duka, namun segalanya penuh rasa syukur. Tak jarang ia selalu berbagi kepada yang membutuhkan. Hidupnya kian menjadi inspirasi bagi lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun