Mohon tunggu...
Rini Marina
Rini Marina Mohon Tunggu... -

Saya Rini Marina, seorang guru di SMP Negeri 2 Kalitidu daerah kabupaten Bojonegoro. Selain mengajar saya juga aktif pada kegiatan sosial. Khususnya membantu para Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Selanjutnya mengembangkan pengolah limbah dan dijadikan nutrisi tanaman. Sehingga dapat meringankan biaya petani dalam bertanam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Waria Bukan Pilihanku

6 Januari 2018   05:01 Diperbarui: 6 Januari 2018   06:26 1367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Persahabatan telah ternodai. Darjan sudah tidak lagi mengindahkan kata-kata temannya lagi. Bahkan ibunya juga sudah tidak sanggup lagi. Berkali-kali ibunya menitip surat, namun tidak pernah dibalas. Sudah dua tahun ia melupakan ibunya. Bu Ijah selalu mendoakan anakny. Ia selalu berharap agar anaknya kembali ke jalan yang benar.

Darjan dulu bukan lagi Darjan sekarang. Itulah semboyan yang dimilikinya saat ini.Ia sudah terjerumus pada pergaulan yang tidak sehat. Dia lebih memilih dunianya sendiri. Bersama rekan-rekannya iamerasa menemukan kepuasan.Dalam kesehariannya ia hanya mengejar kesenangan semu.

Dunia malam telah menghiasi dirinya. Tinuk, itulah nama bekennya sekarang. Hidup di kota besar tidaklah mudah. Ia harus bekerja keras untuk mendapatkan penghidupannya. Sudah dua bulan dia sudah tidak bekerja di salon. Pemilik salon telah mengeluarkannya. Tinuk sudah tidak pedulikan masa depannya. Ia lupa dengan janji yang telah diucapkan pada ibunya.

Mahalnya kebutuhan sehari-hari membuat Tinuk berpikir. Ia harus mencari jalan untuk dapat tetap hidup. Profesi yang dijalaninya sekarang, membuatnya makin ribet. Ia susah mencari pekerjaan. Beberapa kali ia mencoba menawarkan jasanya. Tapi tak satupun yang mau menerimanya.

Bersama dengan teman dekatnya Neni, ia pergi meninggalkan kota pahlawan.Tinuk berusaha mencari tempat yang cocok.Berbagai informasi ia kumpulkan. Hingga mendapatkan tempat kost yang terletak di pesisirpantai utara. Tinuk tetap menjalani profesinya sebagai waria. Kehidupan yang dilakoninya penuh dengan suka cita.

Tanpa mengenal malu, ia harus mencari uang. Setiap pagi harus rela berpakaian kebaya mengenakan jarit dan bersanggul. Tinuk ngamen berkeliling kota hingga sore. Menjelang senja ia sudah beristirahat di tempat kost. Malam hari pukul 21.00, ia berangkat lagi hingga menjelang subuh.

Semakin banyak teman, tentu semakin banyak pengetahuan yang didapat. Tinuk mulai mengenal narkoba dan sejenisnya. Bahkan pergaulan yang tidak tidak sehatpun ia lakukan. Selama tiga tahun, Tinuk dalam keterpurukan. Tubuhnya yang sintal lambat laun menjadi kurus. Sesekali saja ia istirahat di tempat kost.

Sebelum sakit-sakitan ia beberapa kali pulang ke desa. Hingga ibunya dipanggil oleh Allah S.W.T. Tinuk hanya mempunyai saudara sepupu saja. Setiap bulan ia menyisihkan penghasilannya. Hasil jerih payahnya selama ini dapat merenovasi rumah ibunya. Selain itu Tinuk juga mempunyai sepuluh buah becak. Setiap sore ia mendapat uang setoran dari para penyewanya.

Udara malam serta pergaulan yang tidak baik, telah menjerumuskan dirinya. Wajahnya terlihat pucat dan kurus. Hampir disetiap senja datang, badannya mulai kedinginan. Meski sudah memakai jaket serta berselimut tak dapat meredakannya. Tubuhnya tetap saja menginggil. Tidak hanya itu saja. Batuk kering juga menghampirinya di setiap malam. Neni hanya membelikan obat seadanya di toko. Setelah sekian lama tidak ada perubahan.

Neni sangat kasihan dengan kondisi yang dialami teman dekatnya. Tanpa sepengetahuan Tinuk, ia menghubungi sepupunya Tinuk di desa. Betapa terkejutnya Harto, mendengar kabar tentang Tinuk yang sedang sakit. Tanpa banyak pertimbangan lagi, Harto meluncur ke tempat kost nya Tinuk. Beberapa kali Harto mengucapkan salam. Dengan langkah tertatih-tatih Tinuk menjawab salam dan membukakan pintunya.Harto tidak membayangkan, jika kondisi sepupunyamemprihatinkan.

"Mas, ayo pulang ke desa saja. Besuk kuantar berobat. Di sini kamu hidup sama siapa. Kalau di rumah masih ada keluarga yang memperhatikan. Paling tidak, ada yang merawatmu. Sudahlah gak usah banyak pertimbangan. Pikirkan masa depanmu. Masa kamu akan hidup seperti ini terus menerus. Yang jelas kali ini aku ingin kamu ikut pulang kami. " Harto mengatakannya dengan nada memohon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun