Mohon tunggu...
Sri Harini
Sri Harini Mohon Tunggu... Guru - Pribadi

Mencoba menghidupkan hati dengan belajar tiada henti

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Angkara Murka Itu Bernama Cinta

3 Mei 2018   12:05 Diperbarui: 3 Mei 2018   12:13 1154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak hendak diri ini menebar godaan jiwa

Apalagi menancapkan kuku durjana

Tak niat hati ini merajai sukma

Apalagi menjadikan diri penguasa jiwa

Namun saat saat bersama dalam canda..

Saat saat diri bebas menceritakan apa saja

Adalah saat saat yang melegakan jiwa

Saat saat yang melambungkan sukma

Saat saat yang menerbangkan asa ke langit jingga

Menembus awan hitam kelam

Menerjang gegap gempita kilat di angkasa

Merajai semua detik masa penanda jejak bersama

Tak hendak hati ini mengambil darinya

Gempita nadamu yang terdendang bersamanya

Alunan musik romansamu yang tercipta olehnya

Dan apalagi merampas smua detik waktu bahagiamu bersamanya

Namun yang ada hanyalah ingin slalu membersamai mereka

Mempersembahkan apapun yang mampu kupunya

Yang mampu menyunggingkan senyum bahagia mereka

Laksana semua yang ingin kau beri untuk mereka

Serupa pengorbanan jiwa yang kau ikhlaskan untuk mereka

Walau dengan itu rasa bahagiamu tergadaikan jua

 Walau dengan itu lelah dan sakit tak jua kau rasa

Jikapun itu lantas menjadi angkara murka

Sungguh .. tak hendak hati ini meniatkannya

Tak bermaksud merampas kebahagiaanmu bersama mereka

Apalagi membawamu menjauh dari dunia cerah mereka

Serta merampas cinta tulusmu pada mereka

Karna yang ada hanyalah terlimpah rasa

Untuk selalu dan selalu membawamu dalam tawa

Tawa bahagia setiap detik waktu kebersamaanmu

Juga senyum cerah hatimu saat bersama mereka

Perjalanan waktulah yang lantas meraja

Yang menampakkan rasa dalam realita

Membumikan cinta tulus menjadi duka nestapa

Merajakan angkara murka dalam alunan nada

Melahirkan cinta dalam ragam belenggu jiwa

RAMA DAN SHINTA. sumber: www.amazon.ca
RAMA DAN SHINTA. sumber: www.amazon.ca
Serupa analogi kisah Rama dan Shinta

Yang menjadikan Rahwana identik dengan durjana

Walau cinta tulus yang mewarnai sudut jiwa

Karna Ramawijaya tetaplah Ramawijaya

Raja agung yang slalu dipuja

Menafikan keraguannya akan kesetiaan Dewi Shinta

Dan Karna Shinta adalah Shinta

Yang lembut dan sangat mempesona jiwa

Namun diragukan kesetiaan cinta putihnya

Walau sebenar benarnya tetap menjaga kesucian hatinya

Hingga jiwapun dia korbankan sebagai pembuktiannya

Di tengah amukan api yang menjeritkan kidung duka lara di jiwa

Dan cinta tulus Rahwanapun menjadi angkara murka baginya

Satu tanya lantas terlisankan

Adakah Shinta mampu merasakan cinta tulus Rahwana?

Entahlah.. karna smua mengalir dalam jantra kehidupan nyata

Namun tetap tersimpan rapat di kedalaman hati Dewi Shinta

Yang ikut lebur dalam pembuktian kesucian cintanya

Kidung dukacita Rahwana

Yang tertakdirkan sebagai sosok angkaramurka

Selasa Legi, 1 Mei 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun