Mohon tunggu...
Rini Murdani
Rini Murdani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Saya Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, memiliki hobi membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kenapa Konsep Zero Defect Sulit Diterapkan pada Industri Layanan?

2 April 2024   21:48 Diperbarui: 2 April 2024   22:11 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap Industri atau perusahaan pasti berharap produk atau layanan yang dihasilkan bisa mencapai zero defect. Konsep zero defect atau tanpa cacat ini dapat meningkatkan kualitas mutu suatu produk atau layanan.

Namun, Apa itu zero defect? Apakah setiap industri atau perusahaan bisa menerapkan konsep zero defect? Bagaimana menerapkannya? Nah, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dibahas secara detail. Untuk itu, yuk simak penjelasan selengkapnya dibawah ini.

Apa itu Zero Defect?

Konsep Zero Defect pertama kali dikenalkan oleh salah satu tokoh mutu yaitu Philip B. Crosby dalam bukunya "Absolutes of Quality Management". Konsep tersebut merupakan sumbangan ide Crosby tentang mutu yang kontroversial. Pemikiran ini menjadi suatu komitmen agar selalu sukses dan mampu menghilangkan kegagalan.

Dikutip dari ocbc.id, Minggu (31/03/2024), Zero Defect adalah konsep dalam suatu industri yang menginginkan tidak adanya kecacatan (defect) pada setiap proses produksi. Hal ini berarti bahwa konsep zero defect mengharuskan industri untuk memperbaiki produk atau layanannya dari awal, sehingga nantinya akan terhindar dari cacat, kualitas produk akan meningkat, dan mampu menghemat biaya.

Kenapa Sulit Diterapkan Pada Industri Layanan?

Penerapan konsep tanpa cacat (zero defect) pada industri pelayanan akan sangat sulit dibandingkan pada industri produk. Dalam industri layanan, sangat sulit untuk menjamin suatu layanan tanpa adanya kecacatan. 

Salah satu alasannya yaitu karena dalam industri layanan sering melibatkan manusia, yang mana manusia bisa saja membuat kesalahan dalam pelaksanaannya. Kemudian, kualitas layanan sulit diukur secara objektif. 

Contohnya setiap pelanggan memiliki presepsi yang berbeda terhadap pelayanan yang mereka dapatkan, ada yang puas terhadap layanan yang diberikan dan ada juga yang tidak puas.

Meskipun demikian, zero defect merupakan tujuan yang penting bagi setiap industri dan perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk atau layanan. Selain itu, dikutip dari simplilearn.com, Minggu (31/03/2024) bahwa tanpa cacat (zero defect) bukan berati harus menghasilkan produk atau layanan yang sempurna, tapi berkaitan dengan keadaan dimana pemborosan dihilangkan, cacat dikurangi, dan mampu mempertahankan standar kualitas tertinggi dalam proyek.

Implementasi Zero Defect

Dilansir Moch.Tohet dan Zahrotul Ma'unnah dalam sebuah artikel yang berjudul "Quality Management For Zero Defect In School Based Pesantren". Terdapat salah satu lembaga pendidikan sekolah berbasis pesantren yang menerapkan konsep zero defect. Sekolah tersebut berada di Jawa Timur yaitu bernama SMA Nurul Jadid. 

Dalam perencanaan pendidikannya, SMA Nurul Jadid mengadakan sistem Zero Defect Planning (perencanaan tanpa cacat). Program ini mulai diterapkan diawal tahun ajaran baru, hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menghindari kesalahan sekecil apapun dari awal sesuai dengan prinsip zero defect. Untuk menerapkan sistem zero defect, sekolah ini membuat peraturan atau menghukum semua warga sekolah yang melanggar peraturan. 

Namun, hukuman yang diterapkan yang mampu membangun karakter siswa yang berakhlak dan berkarakter religius. Contohnya seperti hukuman bagi siswa yang terlambat datang ke sekolah, yaitu membaca surat Yasin dengan berdiri di tengah lapangan, dan hukuman bagi guru yang sering tidak masuk pada saat jam pelajaran adalah akan dikenakan surat peringatan dari kepala sekolah.

Untuk mengatasi kegagalan atau kecacatan dalam mutu pendidikan, di SMA Nurul Jadid membentuk sebuah tim yang bertugas untuk memantau dan memperbaiki jalannya mutu yang disebut dengan TPMP (Tim Peningkatan Mutu Pendidikan). (Tohet & Ma'unnah, 2023)

Jadi meskipun sulit, konsep zero defect pasti bisa diterapkan di industri layanan seperti pendidikan. Apalagi di zaman yang semakin maju ini, kita harus terus berinovasi untuk meningkatkan mutu agar tidak kalah saing dengan industri-industri yang lain.

Sumber:

OCBC NISP. Daikses pada Maret 2024. Pengertian Zero Defect dalam Produksi dan Cara Mencapainya. https://www.ocbc.id/id/article/2023/06/20/zero-defect-adalah

Simplilearn. Diakses pada Maret 2024. Konsep Zero Defects dalam Manajemen Mutu. https://g.co/kgs/81E8aYA

Tohet, M., & Ma'unnah, Z. (2023). Quality Management For Zero Defect In School Based Pesantren. Proceeding of International Conference on Education, Society and Humanity, 582-583. Diakses pada Maret 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun