Implementasi Zero Defect
Dilansir Moch.Tohet dan Zahrotul Ma'unnah dalam sebuah artikel yang berjudul "Quality Management For Zero Defect In School Based Pesantren". Terdapat salah satu lembaga pendidikan sekolah berbasis pesantren yang menerapkan konsep zero defect. Sekolah tersebut berada di Jawa Timur yaitu bernama SMA Nurul Jadid.Â
Dalam perencanaan pendidikannya, SMA Nurul Jadid mengadakan sistem Zero Defect Planning (perencanaan tanpa cacat). Program ini mulai diterapkan diawal tahun ajaran baru, hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menghindari kesalahan sekecil apapun dari awal sesuai dengan prinsip zero defect. Untuk menerapkan sistem zero defect, sekolah ini membuat peraturan atau menghukum semua warga sekolah yang melanggar peraturan.Â
Namun, hukuman yang diterapkan yang mampu membangun karakter siswa yang berakhlak dan berkarakter religius. Contohnya seperti hukuman bagi siswa yang terlambat datang ke sekolah, yaitu membaca surat Yasin dengan berdiri di tengah lapangan, dan hukuman bagi guru yang sering tidak masuk pada saat jam pelajaran adalah akan dikenakan surat peringatan dari kepala sekolah.
Untuk mengatasi kegagalan atau kecacatan dalam mutu pendidikan, di SMA Nurul Jadid membentuk sebuah tim yang bertugas untuk memantau dan memperbaiki jalannya mutu yang disebut dengan TPMP (Tim Peningkatan Mutu Pendidikan). (Tohet & Ma'unnah, 2023)
Jadi meskipun sulit, konsep zero defect pasti bisa diterapkan di industri layanan seperti pendidikan. Apalagi di zaman yang semakin maju ini, kita harus terus berinovasi untuk meningkatkan mutu agar tidak kalah saing dengan industri-industri yang lain.
Sumber:
OCBC NISP. Daikses pada Maret 2024. Pengertian Zero Defect dalam Produksi dan Cara Mencapainya. https://www.ocbc.id/id/article/2023/06/20/zero-defect-adalah
Simplilearn. Diakses pada Maret 2024. Konsep Zero Defects dalam Manajemen Mutu. https://g.co/kgs/81E8aYA
Tohet, M., & Ma'unnah, Z. (2023). Quality Management For Zero Defect In School Based Pesantren. Proceeding of International Conference on Education, Society and Humanity, 582-583. Diakses pada Maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H