Mohon tunggu...
Rini Rahmiwati
Rini Rahmiwati Mohon Tunggu... Lainnya - Nama saya Rini, seorang mahasiswi fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, semester 2 jurusan Hukum Keluarga Islam.

Nama saya Rini Riski Rahmiwati. Saya adalah seorang mahasiswi fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta semester 2 jurusan Hukum Keluarga Islam. Saya adalah seorang yang sangat tertarik dan begitu menggeluti bidang tulis-menulis semenjak duduk di bangku SMP dan berminat menggapai mimpi menjadi seorang sastrawan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Benang Merah di Ujung Senja

17 Juni 2020   01:40 Diperbarui: 17 Juni 2020   01:31 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sedih hati ini, ketika kepalaku terprovokasi oleh pikiran-pikiran negatif bahwa bapak mungkin mengidap penyakit yang sengaja ia sembunyikan dariku. Karena waktuku yang bertabrakan dengan waktu shalat, Jadi kuputuskan untuk pergi ke tempat bapak setelah selesai shalat dzuhur. Tidak ingin membuang-buang waktu, kulangkahkan kakiku dengan cepat menuju ke masjid sekitar rumahku.

                    ********

Setelah selesai melaksanakan shalat dzuhur berjamaah di masjid, aku berlari ke tempat biasanya bapak nongkrong setelah selesai bekerja. Bapak ku sering berpindah-pindah tempat ketika mencari sampah, tetapi tempat stay bapak pada saat nongkrong, ya di dekat partigaan lampu merah yang berdiri di sampingnya tempat pangkalan ojek. 

Di tempat pangkalan ojek itulah, biasanya aku menemani bapak makan nasi bungkus, yang ku bawa dari rumah seusai pulang dari sekolah. Aku dan bapak begitu akrab dengan para tukang ojek di sana, karena kami sering bercengkrama mengenai segala hal, mulai dari harga BBM yang semakin melonjak naik, sampai kasus penggelapan dana oleh para pejabat-pejabat petinggi Negara.

Selang beberapa menit berlari dari masjid ke tempat pangkalan ojek, aku akhirnya sampai juga ke tempat yang menjadi sasaranku itu. Dari tempatku berdiri, ku perhatikan bapak yang begitu riang, saat sedang ngobrol dengan teman-teman tukang ojeknya yang lain, seakan-akan tidak pernah ada beban di dalam dirinya. 

Aku berjalan ke arah bapak dengan napas terengah-engah karena tenagaku habis dipake untuk berlari ditambah lagi dengan teriknya matahari siang ini. Melihat kehadiranku, keheningan seakan memecah suasana karena semua mata tertuju pada diriku ketika aku berdiri di hadapan bapak.

        "Nadia, kenapa nak?, kok kamu keringatan gitu, kayak orang habis dikejar-kejar". (Kata bapak heran).

        "Iya ndok, kamu habis dikejar-kejar siapa, anjing atau orang gila". (Kata pakde Gibran yang merupakan salah satu tukang ojek di situ).

         " Kalau dikejer ya teriak, biar nanti mas anto bisa nolongin kamu dengan kekutan super mas". (Kata mas anto yang juga merupakan tukang ojek di situ).

Karena keakraban kami layaknya seorang keluarga, aku tidak pernah merasa tersinggung atas guyonan yang mereka lontarkan apalagi menyangkut candaan mas anto, hal itu biasa bagiku. Tetapi mendengar celotehan mereka semua, hatiku semakin sedih terutama ketika aku melihat bapak yang begitu bahagianya ketika tertawa bersama temen-temen tukang ojeknya.

        "Ngak....ngak, aku ngak lagi di kejar, kok, aku tadi  memang sengaja lari karena aku mau nanya sesuatu yang pentiiiing banget sama bapak. (Kataku kepada bapak dengan raut wajah penuh keyakinan).     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun