"Oh ya..ngak apa-apa. Emm..bagaimana tadi pelajaran kamu di sekolah?, harapan bapak sih, semoga kamu mendapatkan nilai yang baik".
    "Emm....alhamdulillah, nadia dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan mendapatkan nilai yang memuaskan. Astagfirullah, aku telah membohongi bapak, padahal faktanya, nilai ku makin anjlok".(kataku di dalam hati).
    "Syukurlah, ingatlah baik-baik pesan bapak ini nadia, kamu berasal dari keluarga yang kurang mampu, dan setiap harinya bapak bekerja banting tulang  hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari kamu  dan adik mu, agar dapat menyelesaikan pendidikan kalian hingga ke perguruan tinggi. Bersyukurlah kalian masih bisa bersekolah, lihatlah di zaman sekarang ini, banyak anak yang putus sekolah hanya karena kekurangan biaya. Dan ada satu hal lagi yang perlu kamu ketahui, ketika kamu sudah menjadi orang yang sukses, jangan pernah sombong dan bantulah para kaum duafa yang membutuhkan bantuan". (Kata bapak panjang lebar).
   "Iya pak, nadia akan selalu menginggat pesan dari bapak".
   "Ya sudah, sekarang bapak mau lanjutin kerjaan bapak, kamu pulang sana gih, ganti baju". (Kata bapak sambil mengelu-elus rambutku).
   "Baik pak, nadia pulang ke rumah duluan ya. Assalamualaikum". (Kata ku sembari mencium tangan bapak).
 Setelah perpamitan dengan bapak, aku langsung pulang menuju ke rumah ku yang jaraknya tidak jauh dari tempat bapak mencari sampah.
                 *********
Sesampainya di rumah, aku langsung menanggalkan pakaianku dan bersiap-siap pergi ke masjid, untuk segera menunaikan shalat dzuhur berjamaah. Sebelum kaki ku melangkah keluar meninggalkan rumah, dua bola mata ku tertuju langsung ke arah sapu tangan usang milik bapak yang tergeletak begitu saja di atas meja, meninggalkan bekas lumuran darah di dalam nya. Sontak aku begitu terkejut dan kaget terhadap apa yang aku lihat.
     "Astagfirullah apa yang terjadi pada bapak, kenapa sapu tangan bapak penuh dengan lumuran darah yang mengering. Apakah bapak memiliki penyakit yang selama ini tidak ku ketahui, tapi mengapa bapak tidak pernah menceritakan apa yang di alami nya kepada ku?, lantas apa maksud bapak sehingga ia merahasiakan ini semua dari ku?". (Kata ku dengan panik dan berbicara pada diri sendiri).
Pikiran ku begitu bergelayut karena banyaknya pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada bapak, dan kenapa bapak tidak pernah menceritakan apa yang dialaminya.