Panas terik matahari begitu menyengat kulit, mata tua itu berbinar-binar menatap sekelilingnya. Terbesit di dalam benaknya akan datangnya secercah harapan perubah hidup.Â
Namun apa daya, jika si pemberi rezeki masih belum menampakkan karunianya. Pikiran nya yg tua hanya ditujukan untuk keluarga kecilnya. Tangannya yang lihai mencari barang-barang yg setidaknya mengenyangkan perut keluarganya.Â
Dari kejauhan ku perhatikan mata tua itu berbalik menengadah ke langit, seketika itu juga air matanya mengalir membasahi kedua pipinya yang keriput. Sedih becampur terharu merasuki diriku saat melihat kondisi dan keadaannya. Dengan langkah berani, ku berjalan menghampiri dirinya yang sedang disibukkan oleh sampah-sampah plastik.
    "Pak..., makan dulu, nanti nasinya keburu dingin". (kataku kepada bapak sembari kuperhatikan ia mengusap kedua mata tuanya yang basah dengan air mata. Â
Oh ya, sebelumnya aku ingin menceritakan sedikit tentang diriku dan keluargaku. Perkenalkan namaku nadia, aku adalah anak ke-1 dari 2 bersaudara. Aku duduk di bangku kelas sebelas sma, sementara adik ku yang bernama cika masih duduk di bangku sekolah dasar, dan kini ia kelas 5 SD.Â
Aku dan keluargaku berasal dari kalangan yang tidak mampu. Untuk dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, bapaklah yang menjadi tulang punggung keluarga. Bapak bekerja sebagai tukang sampah.
Dan aku juga bisa dikatakan sebagai anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tuaku, lantaran ibuku yang telah meninggal dunia waktu ngelahirin aku. Jadi, aku hanya tinggal bertiga bersama ayah dan adikku. Inilah cerita singkat hidupku yang bisa aku ceritakan kepada kalian semua. Sekarang kita lanjutin percakapanku dengan bapak.
    "Iya..iya bapak segera ke sana". (Kata bapak kepada ku sambil mendorong gerobak sampahnya). Setelah bapak mencuci kedua tangannya dengan air mineral kemasan dan duduk di hadapanku, kusodorkan nasi bungkus ke arahnya.
    "Ini pak nasinya. (Kataku kepada bapak).
    "Oh ya, terima kasih banyak ndok. Ngomong-ngomong, kamu kok belum mengganti seragam sekolahmu?, hari selasa kan seragamnya masih     dipakai". (Kata bapak sembari menunjukkan telunjuknya ke arahku).
    "Ehh, i..iya pak, tadi nadia ngak sempat ganti baju karena terburu-buru mau nganterin nasi bungkusnya,  nadia takut nanti nasinya keburu dingin. (Kataku kepada bapak sambil menyunggingkan senyuman).