Mohon tunggu...
Ringgo Ahmad
Ringgo Ahmad Mohon Tunggu... Pengangguran -

Mahasiswa tingkat (jauh dari) akhir. Rajin membaca, malas menabung. Rendah hati, tinggi diri. Penikmat Kvelertak setiap pagi. Selebihnya tentang saya, nanti saja kalau bertemu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ikigai, Konsep Hidup Timur yang Ramai di Barat

14 Agustus 2018   10:36 Diperbarui: 15 Agustus 2018   01:14 1378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.performanceexcellencenetwork.org

Toynbee mengkorelasikan antara peradaban dan melemahnya spiritual. Kesimpulannya, tembok peradaban tanpa lantai transenden adalah hal yang ringkih.

Barat berhasil mengoptimalkan sains, mengganti jiwa manusia dengan akal pikirannya. Agama menjadi kalah tanding dengan psikologi dalam menjawab masalah-masalah keberadaan manusia. 

Hari ini buah pikir Thomas Aquinas yang memadukan psikologi dengan teologi, nyaris tak dicolek Barat.  Beralih ke psikologi materialisme Descartes, positivisme Cartesian-Newtonian, dan Psikoanalisisnya Freud.

Sebelum pada akhinya mereka putar balik ke Timur dan tertawan konsep spiritulitas timur. Salah satunya ikigai, konsep hidup yang dianut oleh masyarakat Jepang kuno, di mana media Barat mulai sering membahas  hal tersebut.

Apa itu Ikigai?

Mengutip Ken Mogi dari The Book of Ikigai (Noura Publishing, 2018), ikigai adalah istilah untuk menjelaskan kesenangan dan makna kehidupan. Kata iki berarti hidup dan gai ialah alasan. 

Ikigai adalah alasan untuk hidup. Atau dalam pengartian lain, alasan mengapa anda bangun di pagi hari. Akihiro Hasegawa dari Toyo Eiwa University menyatakan pendapat lain, menurutnya gai berasal dari kata kai yang berarti tempurung kerang. Muncul pertama kali pada periode Heian (794 ke 1185). "Dari situ ikigai diartikan sebagai bilai kehidupan," tuturnya dikutip dari bbc.com.

Mieko Kamiya, seorang psikiater dan penulis buku Ikigai Ni Suite, malah melihat kata ikigai memiliki kemiripan arti dengan kebahagiaan namun dengan nuansa yang lebih halus. Ikigai serupa hal yang terus membuat kaki kita bergerak maju, meski itu nyeri.

Ikigai bersifat luwes, dan tidak terkait khusus pada satu hal. Ikigai satu orang bisa berbeda-beda dengan orang lain. Serta, ikigai tidak juga melulu soal pendapatan, kekasih, aktivitas liburan, mobil mewah, atau pun pujian. 

Dan Buettner, seorang penulis dari Amerika Serikat pernah menemui seorang nenek di Okinawa yang ikigainya ialah menggendong cicit perempuannya yang kecil. Begitulah ikigai, tak selalu dan tak mesti mengacu pada hal atau nilai yang besar.

Oleh orang Barat, ikigai sering disangkutpautkan dengan diagram Venn. Merujuk tulisan Yukari Mitsuhashi, yang terdapat empat kualitas tumpang tindih, apa yang anda sukai, apa yang anda kuasai, apa yang dibutuhkan dunia, dan apa yang dibayar dari anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun