Satu-satunya tujuan Thyria setelah ini adalah dengan kembali ke rumah. Thyria masuk melalui jendela yang sama saat dia melompat keluar. Kemudian dia menutup jendelanya dengan rapat seraya menguncinya.Â
Kejadian barusan membuatnya syok. Thyria terduduk lemas. Seluruh tubuhnya gemetar karena trauma akan pengalaman yang lalu. Dulu, saat pertama kalinya menyerang manusia, dia dikepung dan hampir tertangkap sebelum berhasil melarikan diri. Beruntung rambut panjangnya menghalau wajahnya, sehingga mereka tidak mengetahui bagaimana rupanya.
Thyria memeluk tubuhnya. Tenggorokannya masih terasa kering. Dia belum sempat menghisap darah orang itu sampai puas. Alhasil kini dia terkurung di rumahnya sambil menahan hasrat haus yang belum stabil.
Tiba-tiba suara pintu terbuka terdengar di tengah keheningan rumah, diikuti dengan suara langkah kaki. Thyria diam membeku hanya untuk menebak siapa yang memasuki rumahnya. Apakah maling?
Tetapi kemudian bau yang tercium dari seseorang itu sangat Thyria kenal. Perlahan ketegangan di bahunya menjadi rileks. Thyria tahu siapa yang datang. Hingga pintu kamarnya dibuka dari luar, dan sepasang kaki pria mematung di ambang pintu.
"Thyria," ucap suara bariton pria itu. Ekspresi wajahnya terlihat terkejut saat melihat Thyria duduk meringkuk di lantai.
Pria bernama Lancer itu lantas melangkah mendekat. Dia meletakkan koper tangannya di lantai.
Lancer berlutut. "Tidak apa-apa. Aku ada di sini," ucap pria itu. Dia meraih lengan Thyria dan mengangkat dagunya agar mata gadis ini menatapnya. Thyria tidak menolak. Sehingga Lancer dapat melihat sepasang iris merah mata Thyria. Seperti rubby yang menawan, siapapun yang melihatnya pasti akan berdecak kagum.Â
Wajah pucat dan bibir merah yang bergetar, Lancer tahu kondisi gadis ini meskipun tidak mengadu. "Aku akan memberikan darahku untukmu," ujar Lancer sembari menarik Thyria ke pelukan. Dia mendekapnya dengan hangat, yang membuat wajah Thyria menempel pada pundaknya yang lebar.
Aroma darah Lancer seketika tercium kuat. Itu bagaikan heroin yang membuat manusia melayang dan ketagihan. Thyria berusaha keras mempertahankan sisi manusianya agar tidak melukai leher pria ini. Namun semakin dia menahan diri, semakin membuat insting buasnya mengalahkan kewarasannya lalu hilang kendali. Thyria membuka mulutnya lebar dan sepasang taring mengilap dibawah sinar rembulan dari jendela.
Lancer sengaja memberikan lehernya, memberikan darahnya pada Thyria. Pria ini menunggu dengan sabar untuk merasakan tusukan kecil yang akan melubangi lehernya. "Jangan ragu-ragu," tegur Lancer. Dia menekan tengkuk Thyria dengan sedikit tenaga.