Kemudian kembali.
Belum ada pengunjung pagi itu. Aku sibuk membaca beberapa tulisan yang terlihat dan terjangkau. Karena asyiknya, aku tak menyadari, jika di sebelahku sudah tiba seorang lelaki yang ternyata sedang berdiri di sebelah kursiku,
"Suka nulis juga rupanya", salahnya ramah. Wajahnya yang menawan itu membuatku biasa saja, sebab ia adalah adik kelasku.
"Lumayan", menatapnya sejenak, lalu kembali ke laptop.
Kami berbincang-bincang banyak soal dunia tulis-menulis, bahkan sampai kepada soal bayaran. Hingga tanpa kusadari, sifat burukku keluar,
"Ya nggak seberapa sih dapetnya", keluhku.
Ntahlah, mungkin memang ia adalah sosok yang bijak, dengan ringannya ia berkata,
"Kalau di dunia tulis menulis mah, jangan ngarep banyak-banyak mbak. Asalkan seneng aja, pasti bakalan jalan terus. Tapi kalau orientasinya duit mulu, pasti cepet nggak betahnya", ~ katanya.Â
Yes. Hatiku membenarkan perkataannya. Yah, setidaknya bisa dijadikan acuanlah. Sekedar menjalankan hobi, yang dibayar, meski nggak banyak~ auwoooooo
~itu pendapatnya~ berbeda boleh loh ya. Semua orang bebas berpendapat~Â
Jogja. Rindu. 22 Desember 2018..