Mohon tunggu...
rindu
rindu Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

membaca minimal satu halaman adalah jendela dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran Abdul Karim Amrullah terhadap Transformasi Sosial

24 September 2024   07:58 Diperbarui: 24 September 2024   09:18 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://shorturl.at/3keaZ

PEMIKIRAN ABDUL KARIM AMRULLAH TERHADAP TRANSFORMASI SOSIAL

Abstrak 

 

Penelitian ini bertujuan untuk menggali pemahaman lebih dalam mengenai Abdul Karim Amrullah, seorang tokoh yang memiliki dampak signifikan dalam perkembangan pemikiran Islam di Indonesia, yang mana pemikiran beliau membuka jendela baru akan keseimbangan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan modern di masyarakat. Melalui pendekatan kualitatif dan analisis historis, penelitian ini mengeksplorasi kontribusi, pandangan, dan pengaruh Abdul Karim Amrullah terhadap pemikiran keagamaan dan sosial di masa lampau. Metode penelitian mencakup pendekatan sejarah dan analisis konten terhadap tulisan-tulisan Abdul Karim Amrullah. Data dikumpulkan melalui studi literatur dan analisis dokumen sejarah yang relevan. Penelitian ini memperhatikan sumber-sumber primer dan sekunder untuk memastikan keakuratan dan validitas informasi. Hasil penelitian menyoroti peran Abdul Karim Amrullah dalam merumuskan konsep keagamaan dan kontribusinya terhadap gerakan intelektual Islam di Indonesia. Temuan ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana pemikiran Abdul Karim Amrullah membentuk landasan ideologis dalam konteks sosial dan politik pada masanya. Kesimpulan dari penelitian ini menegaskan bahwa Abdul Karim Amrullah bukan hanya seorang pemikir Islam yang berpengaruh, tetapi juga seorang aktor penting dalam transformasi sosial masyarakat. Rekomendasi berfokus pada perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami konteks historis yang lebih luas dan dampak jangka panjang dari pemikiran Abdul Karim Amrullah.

Keywords: Abdul Karim Amrullah, Pemikiran, Transformasi Sosial.

 

PENDAHULUAN

       Abdul Karim Amrullah, atau le[1]bih dikenal dengan nama Buya Hamka, merupakan figur sentral yang memiliki peran besar dalam perkembangan pemikiran Islam di Indonesia. Melalui penelitian ini, kita akan memperdalam pemahaman terhadap sosok ini yang tidak hanya dikenal sebagai seorang ulama dan penulis, tetapi juga sebagai intelektual yang memberikan dampak signifikan terhadap masyarakat dan pemikiran keagamaan di tanah air. Buya Hamka bukan hanya seorang cendekiawan agama, melainkan juga seorang pemikir yang terlibat secara aktif dalam perumusan dan pengembangan pemikiran keislaman. Lahir pada 17 Februari 1908 di Kampung Molek, Minangkabau, Buya Hamka tumbuh dalam lingkungan yang kental dengan nilai-nilai keislaman tradisional. 

         Namun, keingintahuannya yang luar biasa mendorongnya untuk mengeksplorasi pemahaman Islam melalui pendekatan yang lebih luas dan mendalam. (Fhauziah, 2015) .Penelitian pertama yang dilakukan oleh Ichsan Wibowo Saputro (2016) membahas tentang konsep tauhid agar tidak hanya diartikan sebagai oneness of Allah SWT, tetapi juga mencakup implikasi lebih luas terhadap pendidikan Islam. Penelitian mendalam ke dalam aspek teologis konsep tauhid, penelitian Abdul Karim Amrullah mengeksplorasi aplikasi praktisnya dalam kehidupan sehari-hari dan implikasinya terhadap pendidikan Islam. Dalam perjalanan hidupnya, Buya Hamka tidak hanya mencurahkan waktu untuk mengejar ilmu agama, tetapi juga terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan politik. Pada era yang penuh gejolak ini, Buya Hamka berada di tengah-tengah perubahan sosial yang cepat dan kompleks. Pergulatan antara tradisi dan modernitas, serta pertarungan antara nilai-nilai keislaman dan arus pemikiran Barat, memberikan latar belakang yang mendalam bagi pemikiran Buya Hamka.

         Kontribusi intelektual Buya Hamka tidak terbatas pada ruang lingkup agama semata. Sebagai seorang penulis produktif, Buya Hamka menyumbangkan karya-karya yang tidak hanya membahas isu-isu keagamaan, tetapi juga mencakup berbagai aspek kehidupan sosial dan budaya masyarakat Indonesia. Karyanya yang paling terkenal, seperti "Di Bawah Lindungan Ka'bah," mencerminkan daya kritisnya terhadap realitas sosial dan perjuangannya dalam menyuarakan keadilan. Dalam hal pemikiran keagamaan, Buya Hamka memberikan kontribusi yang mengubah paradigma tradisional Islam di Indonesia. Pendekatan keseimbangan antara keislaman yang kuat dan keterbukaan terhadap ilmu pengetahuan membuatnya menjadi pemikir yang dihormati di kalangan umat Islam.

         Dalam novel "Di Bawah Lindungan Ka'bah," Buya Hamka menggambarkan Ka'bah bukan hanya sebagai bangunan fisik di Makkah, tetapi sebagai simbol spiritual dan keberanian. Melalui narasi yang kuat, Buya menciptakan kisah yang mencerminkan perjalanan batin para tokoh utamanya, terutama Hamid dan Zainab. Ka'bah menjadi titik sentral yang mengikat kisah cinta, perjuangan, dan pertumbuhan karakter dalam novel tersebut. Pemikiran keagamaan Buya Hamka tercermin dalam nilai-nilai keislaman yang disematkan dalam setiap aspek novel. Konsep tauhid dan ketakwaan pada Allah SWT mengalir dalam dialog dan tindakan tokoh-tokoh, menciptakan atmosfer spiritual yang kental. Ka'bah, dalam konteks ini, bukan hanya sebagai tujuan fisik perjalanan, tetapi juga sebagai lambang ketakwaan dan kepatuhan kepada Allah.

         Selain nilai-nilai keislaman, Buya juga mengeksplorasi nilai-nilai cinta dengan mendalam. Kisah cinta antara Hamid dan Zainab tidak hanya sekadar romantisme, tetapi juga mengandung makna mendalam tentang pengorbanan, kesetiaan, dan ujian. Buya berhasil menggambarkan cinta sebagai elemen integral dalam kehidupan yang membawa dampak mendalam pada karakter dan takdir tokoh-tokohnya. Dalam mendekati novel ini, Buya Hamka mengusung pendekatan keseimbangan antara keislaman yang kokoh dan keterbukaan terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini tercermin dalam karakter-karakter yang tidak hanya hidup dalam realitas keagamaan, tetapi juga terbuka terhadap pembelajaran dan pemahaman terhadap dunia. Dengan demikian, Buya menciptakan karya yang tidak hanya memukau dari segi naratif, tetapi juga merangsang pemikiran dan refleksi keagamaan serta sosial.

       Selain itu, Buya Hamka juga dikenal sebagai seorang penulis yang produktif. Karyanya yang paling terkenal, "Di Bawah Lindungan Ka'bah," tidak hanya sebuah kisah cinta yang melibatkan nilai-nilai keagamaan, tetapi juga kritik sosial terhadap masyarakat pada zamannya. Dalam novel ini, ia menghadirkan gambaran realitas sosial yang menggambarkan konflik antara tradisi dan modernitas, sekaligus menunjukkan keprihatinan terhadap ketidakadilan sosial. Dalam ranah sosial, Buya Hamka aktif terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebagai seorang ulama yang peka terhadap aspirasi rakyat, ia tidak hanya menyuarakan nilai-nilai keagamaan tetapi juga menempatkan dirinya di barisan depan perjuangan melawan penjajahan. Pemikiran keagamaan dan perjuangan sosialnya saling terkait, membentuk visi yang holistik tentang peran Islam dalam masyarakat. (Sulaeman Jalaludin, 2018)

       Pandangan Buya Hamka terhadap Islam juga mencerminkan semangat toleransi dan pluralisme. Meskipun hidup dalam masyarakat yang didominasi oleh Islam, ia menekankan pentingnya dialog antaragama dan menghormati perbedaan. Keinginannya untuk membangun pemahaman yang inklusif terhadap Islam dapat dilihat dalam karya-karyanya yang mendidik masyarakat tentang pentingnya saling menghormati di tengah perbedaan. Warisan intelektualnya terus hidup dalam pemikiran para cendekiawan Muslim Indonesia, dan pengaruhnya terhadap dinamika sosial dan politik masih dapat terlihat hingga saat ini. Abdul Karim Amrullah, atau Buya Hamka, tidak hanya menjadi tokoh sejarah yang mencerminkan keberagaman dan kekayaan pemikiran Islam di Indonesia, tetapi juga sebagai sumber inspirasi yang relevan dalam menghadapi tantangan zaman modern. Buya Hamka, dengan segala kompleksitas pemikirannya, mewariskan konsep keagamaan yang tidak statis dan terbuka terhadap perubahan. Pemikirannya yang tidak terpaku pada norma-norma tradisional semata, melainkan senantiasa beradaptasi dengan tuntutan zaman, menjadikannya sebagai pionir dalam merangkul modernitas tanpa meninggalkan akar keislamannya.

METODE

       Penelitian ini mengadopsi pendekatan sejarah dan analisis konten untuk menyelidiki pemikiran Abdul Karim Amrullah. Pendekatan sejarah digunakan untuk menggali konteks historis kehidupan Buya Hamka, sementara analisis konten diterapkan pada tulisan-tulisan beliau guna mengidentifikasi pola pemikiran, kontribus[2]i, dan pandangan yang diungkapkan. Pendekatan sejarah menjadikan kami untuk menempatkan pemikiran Buya Hamka dalam kerangka waktu dan peristiwa sejarah yang membentuk pandangannya. Analisis dokumenter sejarah, seperti biografi, catatan harian, dan sumber-sumber sejarah kontemporer, digunakan untuk memahami perjalanan hidup dan pengaruh lingkungan pada pemikiran beliau. Penelitian ini memperhatikan sumber-sumber primer yang dapat memberikan wawasan langsung dari Buya Hamka dan sumber-sumber sekunder yang memberikan interpretasi dan konteks lebih lanjut.

        Selanjutnya, metode analisis konten digunakan untuk memeriksa isi tulisan-tulisan Buya Hamka secara mendalam. Studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan kumpulan tulisan yang signifikan, termasuk karya-karya tafsir, novel, esai, dan artikel. Setelahnya, analisis konten diterapkan untuk mengidentifikasi tema, konsep utama, dan evolusi pemikiran Buya Hamka sepanjang rentang waktu tertentu. Aspek-aspek ini dijelaskan secara mendetail untuk memahami perkembangan ide dan pandangan beliau. Dalam hal partisipan, korpus penelitian ini terdiri dari tulisan-tulisan Buya Hamka yang meliputi berbagai genre. Data dikumpulkan melalui studi literatur secara teliti dan analisis dokumen sejarah yang relevan dengan pemikiran dan kontribusi Buya Hamka.

       Sumber-sumber primer seperti tulisan-tulisan beliau lan[3]gsung, serta wawancara dan ceramah yang dapat memberikan pemahaman tambahan, menjadi bagian integral dari penelitian ini. Instrumentasi penelitian mencakup penggunaan pedoman analisis konten yang telah dikembangkan, memfasilitasi kategorisasi dan evaluasi sistematik isi tulisan-tulisan Buya Hamka. Proses pengumpulan data melibatkan langkah-langkah sistematis dalam meninjau literatur dan menganalisis dokumen sejarah yang relevan, memastikan kelengkapan dan keberagaman data yang diperoleh. Analisis data dilakukan dengan mempertimbangkan kerangka teoretis yang melandasi penelitian ini, dengan fokus pada evolusi pemikiran Buya Hamka dan dampaknya terhadap pemikiran Islam di Indonesia.

       Hasil analisis ini diartikulasikan secara jelas dan kohesif dalam menyajikan temuan-temuan penelitian. Dengan kombinasi pendekatan sejarah dan analisis konten serta perhatian terhadap metodologi yang cermat, penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi yang mendalam terhadap pemahaman kita mengenai pemikiran dan warisan intelektual Abdul Karim Amrullah, atau Buya Hamka, dalam perkembangan pemikiran Islam di Indonesia.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Biografi

        Buya Hamka, yang lahir dengan nama Abdul Karim Amrullah pada 17 Februari 1908, di Kampung Molek, Minangkabau, adalah sosok ulama dan intelektual yang memberikan kontribusi monumental terhadap perkembangan pemikiran Islam di Indonesia. Kehidupan dan perjalanan Buya Hamka sejalan dengan masa-masa penting dalam sejarah Indonesia yang penuh gejolak, menciptakan kisah hidup yang menarik dan inspiratif. Buya Hamka tumbuh dalam lingkungan yang kental dengan nilai-nilai keislaman tradisional Minangkabau. Meskipun dari keluarga yang sederhana, semangat belajar Buya Hamka membawanya mengejar ilmu agama dengan tekun. Ia belajar di sekolah desa setempat sebelum melanjutkan pendidikan di sekolah agama. Ketenangannya dalam meniti jalan ilmu agama mencerminkan dedikasinya terhadap pemahaman yang lebih mendalam terhadap ajaran Islam.

        Perjalanan pendidikan Buya Hamka tidak terbatas pada ruang lingkup lokal. Ia melanjutkan studi ke Padang Panjang, dan kemudian ke Bukittinggi, tempat ia berguru kepada ulama-ulama terkemuka pada zamannya. Pengalaman belajarnya yang beragam ini membentuk pondasi keilmuannya yang kokoh dan memperkaya wawasannya terhadap berbagai aliran pemikiran Islam. Kehidupan Buya Hamka tidak hanya dipenuhi dengan pembelajaran agama, tetapi juga melibatkan dirinya dalam aktivitas sosial dan politik. Pada usia yang relatif muda, Buya Hamka telah aktif dalam gerakan keagamaan dan pergerakan nasional. Kepekaannya terhadap situasi sosial dan politik membawanya menjadi seorang yang tidak hanya menyuaraka[4]n nilai-nilai agama, tetapi juga bertindak nyata untuk membela keadilan dan kemerdekaan.

        Puncak dari perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 menyaksikan peran aktif Buya Hamka. Ia tidak hanya menjadi imam dalam sidang BPUPKI yang membahas dasar negara, tetapi juga menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Buya Hamka turut serta dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, menunjukkan kontribusi signifikan dalam menyusun landasan ideologis negara yang baru lahir. Namun, warisan Buya Hamka tidak hanya bersinar dalam ranah politik. Sebagai seorang penulis yang produktif, ia menciptakan karya-karya yang membentang dari tafsir, novel, esai, hingga puisi. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah "Di Bawah Lindungan Ka'bah," sebuah novel epik yang menggambarkan perjuangan dan cinta, serta menjadi jendela yang memperlihatkan pandangan Buya Hamka terhadap permasalahan sosial dan moral yang dihadapi masyarakat pada zamannya.

 

 Perjalan Pemikiran 

       Abdul Karim Amrullah, yang lebih dikenal sebagai Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau HAMKA, adalah seorang intelektual Muslim Indonesia yang hidup pada abad ke-20. Pemikirannya memiliki dampak yang signifikan terhadap pengembangan pemikiran Islam di Indonesia. Sebagai seorang ulama, penulis, dan pemikir, perjalanan pemikirannya mencakup berbagai aspek kehidupan dan agama. Pemikirannya diawali dengan pendidikan agama tradisional di pesantren lokal. Namun, setelah mendalami ilmu agama di Makkah dan Kairo, pemikirannya berkembang dengan memadukan tradisi keislaman dengan pemahaman modern. Ia menggabungkan pemikiran agama dengan ilmu pengetahuan modern untuk mencari solusi atas tantangan yang dihadapi umat Islam. Perjalanan pemikiran juga mencakup karyanya dalam dunia literatur. Sebagai penulis produktif, karyanya tidak hanya terbatas pada teologi, tetapi juga merangkum aspek sosial, politik, dan kehidupan sehari-hari. Karyanya yang terkenal, seperti Tafsir Al-Azhar dan novel Salah Asuhan, mencerminkan pemikirannya yang holistik terhadap kehidupan dan Islam. Dalam pemikirannya, menekankan perlunya menjaga harmoni antara Islam dan kemajuan. Ia menolak pemisahan antara agama dan kehidupan sehari-hari, memandangnya sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pemikirannya memainkan peran penting dalam membentuk wawasan Islam yang inklusif dan progresif di Indonesia.

 

Kosep Pemikiranya 

 

Perjalanan Pendidikan Dan Pengalaman Hidup Abdul Karim Amrullah

        Pendekatan interkonektif antara pendidikan tradisional Islam dan pengalaman hidup Abdul Karim Amrullah (HAMKA) memainkan peran krusial dalam membentuk pemikirannya yang mencerminkan keseimbangan antara nilai-nilai tradisional Islam dan pemahaman modern. Pendidikan awal HAMKA terjadi di lingkungan pesantren, dimana ia mendalami ajaran Islam secara mendalam. Hal ini memberikan landasan kuat bagi pemahaman dan penghayatan nilai-nilai tradisional Islam. Namun, perubahan signifikan terjadi saat HAMKA melanjutkan studi ke Makkah dan Kairo, pusat-pusat ilmu pengetahuan Islam dan pusat pengembangan pemikiran modern pada masa itu. Di Makkah dan Kairo, HAMKA terlibat dalam lingkungan intelektual yang lebih terbuka terhadap konsep-konsep dan ilmu pengetahuan modern.

         Pengalaman ini menjadi titik balik dalam perjalanan pemikirannya, membuka wawasannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran di luar tradisi pesantren. Ia tidak hanya mengejar ilmu agama, tetapi juga [5]memperdalam pengetahuan di berbagai bidang, termasuk sastra, sejarah, dan filsafat. Ia tidak melihat keduanya sebagai entitas yang saling bertentangan, melainkan sebagai elemen yang dapat saling melengkapi. Pendidikan di Makkah dan Kairo memberikan landasan pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas, memungkinkan HAMKA untuk mengaitkan nilai-nilai Islam dengan konteks zaman. Pertemuan HAMKA dengan berbagai pemikir dan intelektual di Makkah dan Kairo juga turut membentuk perspektifnya terhadap dialog antara Islam dan pemikiran modern. Ia terpapar pada pemikiran-pemikiran reformis dan modernis yang mendorong untuk mengadopsi dan menyesuaikan nilai-nilai Islam dengan kemajuan zaman.

         Namun, HAMKA tetap mempertahankan akarnya dalam tradisi Islam, melihatnya sebagai sumber nilai etika dan moral yang tetap relevan. Pemikiran HAMKA terhadap penggabungan nilai-nilai tradisional Islam dengan pemahaman modern tercermin dalam karyanya. Pemikirannya menciptakan ruang untuk diskusi dan dialog antara berbagai kelompok, mengurangi kesenjangan pemahaman antara nilai-nilai agama dan kemajuan ilmu pengetahuan. Dalam hal penggabungan nilai-nilai tradisional Islam dengan pemahaman modern, perjalanan pendidikan dan pengalaman hidup HAMKA menjadi integral dalam membentuk landasan pemikirannya yang inklusif. Ia tidak hanya memahami, melainkan juga merangkul dan mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam konteks zaman. Pemikirannya menjadi cahaya pencerahan bagi umat Islam Indonesia, menunjukkan bahwa keislaman tidak harus terisolasi dari dinamika perkembangan zaman, melainkan dapat menjadi sumber inspirasi dan panduan dalam menghadapi tantangan modern.[6]

Kontribusi Karya Sastra Dan Keilmuan Abdul Karim Amrullah

      Salah satu kontribusi utamanya adalah melalui karya keilmuannya dengan demikian, karya ini memberikan pandangan yang holistik dan relevan terhadap ajaran Islam, merangkul kemajuan ilmu pengetahuan tanpa mengorbankan esensi nilai-nilai keislaman. Karya sastra HAMKA, seperti novel Salah Asuhan, juga berperan dalam membentuk pemahaman masyarakat terhadap hubungan antara agama dan kemajuan. Melalui naratif yang kompleks, HAMKA menggambarkan konflik antara nilai-nilai tradisional dan modern dalam masyarakat.

       Novel ini menjadi cermin bagi masyarakat untuk merenungkan dinamika sosialnya sendiri dan bagaimana menjaga keseimbangan antara nilai-nilai agama dan tuntutan kemajuan. Pengaruh keilmuan dan sastra HAMKA terlihat dalam penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Karyanya menciptakan ruang untuk merenungkan bagaimana agama dapat diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan, dari urusan pribadi hingga tatanan sosial. Pemikirannya meresapi masyarakat dengan kesadaran akan pentingnya mempertahankan kesinambungan antara agama dan kemajuan, menginspirasi individu untuk mencari solusi yang menggabungkan nilai-nilai spiritual dengan dinamika zaman. Selain itu, HAMKA juga berperan aktif dalam memberikan ceramah dan tulisan-tulisan populer yang menjangkau masyarakat luas.

         Dalam komunikasinya, ia terus mendorong kesadaran akan keharmonisan antara agama dan kemajuan, memberikan pandangan yang mendalam dan mudah dicerna bagi semua lapisan masyarakat. Pemikirannya meresapi masyarakat Indonesia dengan semangat harmoni antara nilai-nilai agama dan kemajuan sebagai suatu keharusan. Kontribusi karya sastra dan keilmuan HAMKA menciptakan landasan kuat bagi perkembangan pemikiran Islam di Indonesia. Ia tidak hanya memberikan teori dan konsep, melainkan juga menghadirkan contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari melalui karya sastranya. Dalam upaya menjaga kesinambungan antara agama dan kemajuan, HAMKA menjadi pionir yang memberikan landasan pemikiran inklusif dan progresif, memperkaya wawasan masyarakat Indonesia terhadap harmoni antara tradisi dan modernitas.[7]

 

KESIMPULAN

Buya Hamka menciptakan cerita inpirasi dan membentuk fondasi kuat pemikiran Islam di Indonesia. Dengan pendekatan interkonektif antara pendidikan tradisional Islam pesantren dan pengalaman studi di Makkah serta Kairo, Hamka berhasil menciptakan keseimbangan harmonis antara Islam dan pemahaman modern. Perubahan signifikan dirasakannya saat mengejar ilmu keislaman di Makkah dan Kairo. Lingkungan intelektual terbuka memungkinkannya tidak hanya mendalami ilmu agama tradisional, tetapi juga mengeksplorasi ilmu pengetahuan modern, sastra, sejarah, dan filsafat. Membuka jendela pemikiran ke dunia baru, islam tidak tertinggal oleh kemajuan zaman, Tapi diintegrasikan dengan konteks sosial dan ilmu pengetahuan.

 

        Novel "Di Bawah Lindungan Ka'bah" karya Buya Hamka memancarkan kedalaman pemikiran dengan merangkai kisah cinta, perjuangan, dan nilai keislaman. Ka'bah tidak hanya menjadi latar fisik, melainkan simbol spiritual yang mengikat lika-liku perjalanan batin tokoh utama, Hamid dan Zainab. Setiap halaman, Buya menggambarkan pemikiran keagamaan dengan memperlihatkan konsep tauhid dan ketakwaan kepada Allah tercermin dalam dialog dan tindakan tokoh-tokoh. Lebih dari sekadar roman, kisah cinta antara Hamid dan Zainab sebagai narasi mendalam tentang pengorbanan, kesetiaan, dan ujian hidup. Novel ini memperlihatkan pendekatan seimbang antara keislaman yang kokoh dan keterbukaan terhadap ilmu pengetahuan, menciptakan karya yang tidak hanya memikat hati pembaca secara naratif, juga merangsang pemikiran tentang agama, cinta, dan kehidupan. Dalam esensinya, novel karya Hamka menjadi cerminan kuat daya kritis Buya Hamka terhadap realitas sosial pada zamannya. Cerita ini, tidak hanya menyajikan narasi romantis, melainkan juga menyuarakan suara keadilan, mengeksplorasi ketidaksetaraan, dan meresapi kondisi sosial masyarakat. Ka'bah, sebagai motif sentral, bukan sekadar tempat ibadah, tetapi menandakan keberanian dan spiritualitas dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan.

        Pemikiran Hamka terbukti meresap dalam setiap karakter, memperlihatkan kompleksitas manusia dan keteguhan iman di tengah liku kehidupan. Kontribusi Buya terhadap paradigma tradisional Islam di Indonesia termanifestasi melalui penggambaran keagamaan yang tidak statis, melainkan dinamis, terbuka terhadap perkembangan zaman. Dalam keseimbangan antara islam yang teguh dan keterbukaan ilmu pengetahuan, Hamka menciptakan karya sastra yang mengajak pembaca merenungkan hubungan antara agama, cinta, dan keadilan. Keseluruhan novel tidak hanya membangkitkan rasa, tetapi merangsang pemikiran mendalam terkait nilai kemanusiaan dan keislaman.

       Rekomendasi dari perjalanan hidup dan kontribusi Hamka adalah pentingnya mempertahankan kesinambungan antara agama dan kemajuan. Generasi penerus dapat mengambil inspirasi dari pendekatan inklusif Hamka dalam menyelaraskan nilai Islam dengan dinamika zaman. Dalam literasi keagamaan dan sastra, diharapkan adanya terus-menerusnya produksi karya-karya yang mencerminkan kompleksitas masyarakat Indonesia, menggambarkan dinamika konflik dan pencarian identitas di tengah perubahan. Karya sastra ini memiliki potensi untuk memperkaya pemahaman masyarakat terhadap kompleksitas hubungan antara agama dan kemajuan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Afdal, S. (2023). ACTUALIZATION OF ISLAMIC EDUCATIONAL THOUGHT ABDUL KARIM AMRULLAH AT THAWALIB EDUCATION PADANGPANJANG.

Afdal, S., & Bambang. (2021). Moderasi Pendidikan Islam Abdul Karim Amrullah pada Perguruan Thawalib Padangpanjang.

Afdal, S., Zulmuqim, & Samad, D. (2022). Pemikiran Pendidikan Islam Dr. H. Abdul Karim Amrullah (Studi pada Perguruan Thawalib Padangpanjang).

Asriani, L. (2016). MASALAH-MASALAH SOSIAL DALAM NOVEL DARI SUBUH HINGGA MALAM: PERJALANAN SEORANG PUTRA MINANG MENCARI JALAN KEBENARAN KARYA ABDUL WADUD KARIM AMRULLAH (Vol. 1, Issue 1).

Fauzi, M. A. (2019). Kontribusi Abdul Karim Amrullah dalam Perkembangan Muhammadiyah di Minangkabau Tahun 1925-1945.

Fhauziah, H. (2015). PERANAN SYEKH ABDUL KARIM AMRULLAH DALAM PENDIDIKAN ISLAM (STUDI TENTANG TRANSFORMASI SISTEM PENDIDIKAN ISLAM DI SUMATRA BARAT TAHUN 1902-1932).

Hasanah, U., Afianah, V. N., & Salik, M. (2021). KH. ABDUL KARIM AMRULLAH DAN GAGASANNYA DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI SUMATERA BARA.

Murtaza, A., & Syahputra, S. T. (n.d.). Ajaran Pendidikan Islam dalam Tafsir Al-Burhan Karya Abdul Karim Amrullah (Analisis Al-'Alaq 1-5).

Muslim. (2021). Haji Abdul Karim Amrullah dan Sejarah Muhammadiyah di Maninjau Sumatera Barat.

Rahmadanil, R., & Zuwanda, R. (2021). Inheritance Law in Minangkabau: A Comparative Study of the Application of Islamic and Customary Inheritance Law in Koto Tangah Subdistrict and Nanggalo Padang City. El-Qist: Journal of Islamic Economics and Business (JIEB), 11(2), 151--163. https://doi.org/10.15642/elqist.2021.11.2.151-163

Saputro, I. W. (2016). Konsep Tauhid Menurut Abdul Karim Amrullah dan Implikasinya terhadap Tujuan Pendidikan Islam (Vol. 11, Issue 2).

Sulaeman Jalaludin. (2018). PERANAN SYEKH ABDUL KARIM AMRULLAH DALAM PENDIDIKAN ISLAM (STUDI TENTANG TRANSFORMASI SISTEM PENDIDIKAN ISLAM DI SUMATRA BARAT TAHUN 1902-1932).

Suryani, I. (2021). PEMIKIRAN PROF. DR. H. ABDUL MALIK BIN H. ABDUL KARIM AMRULLAH (BUYA HAMKA) TENTANG PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM.

Yenni Dalil, F. M. (2022). Studi Komparatif Kitab Hadis Karya Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) dan Syekh Muhammad Yunus (Tuanku Sasak) Inong Satriadi *) Hafizzullah *). Juli-Desember) Istinarah, 4(2). http://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/istinarah/index

Zulmuqim, Z. (2015). Transformation of the Minangkabau Islamic Education: The Study of Educational thought of Abdul Karim Amrullah, Abdullah Ahmad And Rahmah El-Yunusiyah. Al-Ta Lim Journal, 22(2), 155--164. https://doi.org/10.15548/jt.v22i2.139

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun