Mohon tunggu...
rindu
rindu Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

membaca minimal satu halaman adalah jendela dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran Abdul Karim Amrullah terhadap Transformasi Sosial

24 September 2024   07:58 Diperbarui: 24 September 2024   09:18 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://shorturl.at/3keaZ

         Dalam novel "Di Bawah Lindungan Ka'bah," Buya Hamka menggambarkan Ka'bah bukan hanya sebagai bangunan fisik di Makkah, tetapi sebagai simbol spiritual dan keberanian. Melalui narasi yang kuat, Buya menciptakan kisah yang mencerminkan perjalanan batin para tokoh utamanya, terutama Hamid dan Zainab. Ka'bah menjadi titik sentral yang mengikat kisah cinta, perjuangan, dan pertumbuhan karakter dalam novel tersebut. Pemikiran keagamaan Buya Hamka tercermin dalam nilai-nilai keislaman yang disematkan dalam setiap aspek novel. Konsep tauhid dan ketakwaan pada Allah SWT mengalir dalam dialog dan tindakan tokoh-tokoh, menciptakan atmosfer spiritual yang kental. Ka'bah, dalam konteks ini, bukan hanya sebagai tujuan fisik perjalanan, tetapi juga sebagai lambang ketakwaan dan kepatuhan kepada Allah.

         Selain nilai-nilai keislaman, Buya juga mengeksplorasi nilai-nilai cinta dengan mendalam. Kisah cinta antara Hamid dan Zainab tidak hanya sekadar romantisme, tetapi juga mengandung makna mendalam tentang pengorbanan, kesetiaan, dan ujian. Buya berhasil menggambarkan cinta sebagai elemen integral dalam kehidupan yang membawa dampak mendalam pada karakter dan takdir tokoh-tokohnya. Dalam mendekati novel ini, Buya Hamka mengusung pendekatan keseimbangan antara keislaman yang kokoh dan keterbukaan terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini tercermin dalam karakter-karakter yang tidak hanya hidup dalam realitas keagamaan, tetapi juga terbuka terhadap pembelajaran dan pemahaman terhadap dunia. Dengan demikian, Buya menciptakan karya yang tidak hanya memukau dari segi naratif, tetapi juga merangsang pemikiran dan refleksi keagamaan serta sosial.

       Selain itu, Buya Hamka juga dikenal sebagai seorang penulis yang produktif. Karyanya yang paling terkenal, "Di Bawah Lindungan Ka'bah," tidak hanya sebuah kisah cinta yang melibatkan nilai-nilai keagamaan, tetapi juga kritik sosial terhadap masyarakat pada zamannya. Dalam novel ini, ia menghadirkan gambaran realitas sosial yang menggambarkan konflik antara tradisi dan modernitas, sekaligus menunjukkan keprihatinan terhadap ketidakadilan sosial. Dalam ranah sosial, Buya Hamka aktif terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebagai seorang ulama yang peka terhadap aspirasi rakyat, ia tidak hanya menyuarakan nilai-nilai keagamaan tetapi juga menempatkan dirinya di barisan depan perjuangan melawan penjajahan. Pemikiran keagamaan dan perjuangan sosialnya saling terkait, membentuk visi yang holistik tentang peran Islam dalam masyarakat. (Sulaeman Jalaludin, 2018)

       Pandangan Buya Hamka terhadap Islam juga mencerminkan semangat toleransi dan pluralisme. Meskipun hidup dalam masyarakat yang didominasi oleh Islam, ia menekankan pentingnya dialog antaragama dan menghormati perbedaan. Keinginannya untuk membangun pemahaman yang inklusif terhadap Islam dapat dilihat dalam karya-karyanya yang mendidik masyarakat tentang pentingnya saling menghormati di tengah perbedaan. Warisan intelektualnya terus hidup dalam pemikiran para cendekiawan Muslim Indonesia, dan pengaruhnya terhadap dinamika sosial dan politik masih dapat terlihat hingga saat ini. Abdul Karim Amrullah, atau Buya Hamka, tidak hanya menjadi tokoh sejarah yang mencerminkan keberagaman dan kekayaan pemikiran Islam di Indonesia, tetapi juga sebagai sumber inspirasi yang relevan dalam menghadapi tantangan zaman modern. Buya Hamka, dengan segala kompleksitas pemikirannya, mewariskan konsep keagamaan yang tidak statis dan terbuka terhadap perubahan. Pemikirannya yang tidak terpaku pada norma-norma tradisional semata, melainkan senantiasa beradaptasi dengan tuntutan zaman, menjadikannya sebagai pionir dalam merangkul modernitas tanpa meninggalkan akar keislamannya.

METODE

       Penelitian ini mengadopsi pendekatan sejarah dan analisis konten untuk menyelidiki pemikiran Abdul Karim Amrullah. Pendekatan sejarah digunakan untuk menggali konteks historis kehidupan Buya Hamka, sementara analisis konten diterapkan pada tulisan-tulisan beliau guna mengidentifikasi pola pemikiran, kontribus[2]i, dan pandangan yang diungkapkan. Pendekatan sejarah menjadikan kami untuk menempatkan pemikiran Buya Hamka dalam kerangka waktu dan peristiwa sejarah yang membentuk pandangannya. Analisis dokumenter sejarah, seperti biografi, catatan harian, dan sumber-sumber sejarah kontemporer, digunakan untuk memahami perjalanan hidup dan pengaruh lingkungan pada pemikiran beliau. Penelitian ini memperhatikan sumber-sumber primer yang dapat memberikan wawasan langsung dari Buya Hamka dan sumber-sumber sekunder yang memberikan interpretasi dan konteks lebih lanjut.

        Selanjutnya, metode analisis konten digunakan untuk memeriksa isi tulisan-tulisan Buya Hamka secara mendalam. Studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan kumpulan tulisan yang signifikan, termasuk karya-karya tafsir, novel, esai, dan artikel. Setelahnya, analisis konten diterapkan untuk mengidentifikasi tema, konsep utama, dan evolusi pemikiran Buya Hamka sepanjang rentang waktu tertentu. Aspek-aspek ini dijelaskan secara mendetail untuk memahami perkembangan ide dan pandangan beliau. Dalam hal partisipan, korpus penelitian ini terdiri dari tulisan-tulisan Buya Hamka yang meliputi berbagai genre. Data dikumpulkan melalui studi literatur secara teliti dan analisis dokumen sejarah yang relevan dengan pemikiran dan kontribusi Buya Hamka.

       Sumber-sumber primer seperti tulisan-tulisan beliau lan[3]gsung, serta wawancara dan ceramah yang dapat memberikan pemahaman tambahan, menjadi bagian integral dari penelitian ini. Instrumentasi penelitian mencakup penggunaan pedoman analisis konten yang telah dikembangkan, memfasilitasi kategorisasi dan evaluasi sistematik isi tulisan-tulisan Buya Hamka. Proses pengumpulan data melibatkan langkah-langkah sistematis dalam meninjau literatur dan menganalisis dokumen sejarah yang relevan, memastikan kelengkapan dan keberagaman data yang diperoleh. Analisis data dilakukan dengan mempertimbangkan kerangka teoretis yang melandasi penelitian ini, dengan fokus pada evolusi pemikiran Buya Hamka dan dampaknya terhadap pemikiran Islam di Indonesia.

       Hasil analisis ini diartikulasikan secara jelas dan kohesif dalam menyajikan temuan-temuan penelitian. Dengan kombinasi pendekatan sejarah dan analisis konten serta perhatian terhadap metodologi yang cermat, penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi yang mendalam terhadap pemahaman kita mengenai pemikiran dan warisan intelektual Abdul Karim Amrullah, atau Buya Hamka, dalam perkembangan pemikiran Islam di Indonesia.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun